01 - Awal Kisah

36 2 3
                                    

Dia Mentari Rumaisha Zara, duduk di bangku kelas 10 SMA. Berparas cantik, imut, dan cuek.

"Mentari, nenek pergi kerja dulu ya!" Teriak nenek Mentari dari depan sambil mengambil sepedah tua berkaratnya.

Akhir akhir ini, dia sangat merasa kesepian. Berjuang, berkerja keras, dan hidup tanpa kedua orang tua. Bagaimana lagi keadaan yang memaksa dirinya harus ada diposisi seperti sekarang ini.

Kedua orang tuanya telah bercerai 3 bulan yang lalu. Ayah Mentari selingkuh dengan teman sekantor untuk kedua kalinya dan pergi begitu saja meninggalkan Mentari dan Tante Lusi. Permasalahan itulah yang membuat hati Mentari benar-benar hancur, dan Tante Lusi juga harus menjalani perawatan karena gangguan mental yang cukup serius. Keadaan Tante Lusi benar-benar begitu memprihatinkan.

Sudah banyak ruang yang telah Mentari sediakan, namun tidak ada sedikit pun yang berisikan harapan.
Hingga tiba saatnya Mentari benar benar putus asa.Tetapi harus memilki beberapa tujuan kehidupan. Memilih berjuang, bertahan, atau meninggalkan

Semenjak kejadian tersebut, nenek Mentari membawa dirinya untuk pergi tinggal bersamanya.
Berat rasanya untuk Mentari menerima semua itu, tetapi semua telah terjadi. Tidak bisa menghindari dan tidak bisa menolak untuk kembali.

" Nek, Terus ini Mentari sarapan pake apa?" Tanya lemas Mentari sambil membuka tudung saji dan tak melihat sesuap nasi beserta lauk.

Nenek mentari sudah sangat tua. Tapi setiap harinya masih bekerja di toko kue milik Bu Ranti. Mentari melarang neneknya untuk tidak bekerja, alhasil tak ada satupun kata yang di perdulikan oleh neneknya. Sayangnya kakek Mentari sudah meninggal sebelum dia lahir. Jika kakeknya masih hidup pasti nenek akan menuruti apa perkataan kakek Mentari.

Tak terdengar jawaban apapun dari sang nenek, membuat dua kaki Mentari perlahan berjalan menuju teras depan rumah untuk melihat apakah nenek sudah meninggalkan rumah. Ternyata benar nenek sudah meninggalkan rumah sejak berpamitan dengannya tadi.

"Nenek udah berangkat kerja? Kasihan banget nenek, gara-gara aku jadi susah begini, apa aku harus cari kerja juga?" Pikir was-was yang terus terucap dalam hati kian merangsang Mentari untuk bertindak mencari jalan keluarnya.

Nampaknya hari ini kali pertama Mentari harus pergi ke sekolah sendirian tanpa mengisi perut dengan sedikit makanan apapun, hanya segelas air yang mengisi perutnya.

"Pak, berhenti pak!!" Teriakan dan lambaian Mentari  dengan tujuan menghentikan laju angkot dipinggir jalan Kenanga.

"Angkot dik? Ayo cepet masuk depan aja!!!" Suruh kernet angkot 52 dengan meneteskan keringat di  baju putih penuh noda miliknya.

Kehidupan Mentari sangat berubah drastis sejak perceraian kedua orang tuanya. Dia yang dulu selalu dimanja, disayang, dilayani, sekarang berbeda. Dia harus bisa mandiri, pergi ke sekolah sendiri, menyiapkan segalanya sendiri. Tentu hal ini sangatlah berat untuknya, namun Mentari harus berusaha karena ia tak mau merepotkan neneknya yang sudah tua.

"Kok panas banget ya bang angkotnya? Padahal kan masih pagi," tanya Mentari ke supir yang duduk disebelahnya.

"Yaelah, namanya juga angkot. Emang nggak pernah naik angkot ya kamu?" tanya balik supir angkot 52 sambil menunjukkan wajah sinis kepada Mentari.

"Masih pagi kok juga bau keringat gini bang? Abangnya belum mandi?" Tanya polos Mentari kepada supir yang duduk tegak di samping kanannya.

"Adik ini banyak tanya ya," sahut kernet angkot dengan tatapan cukup tajam mengarah kepada Mentari.

Mentari tidak menjawab satu kata pun, dia hanya bisa diam dan memandang kearah sepatu miliknya.

"Yuk turun turun, jln. Manis Mangga!"
Suara semangat membara dari kernet tersebut.

"Nanti angkotnya lewat SMA Putra Bangsa kan pak?" Tanya Mentari penuh dengan ketakutan.

"Ya enggalah dik, mana bisa lewat daerah sana, kan ini angkot B, kalo mau ke SMA Putra Bangsa tadi seharusnya naik angkot A" ucap kernet kepada Mentari.

"Turun sini aja kamu, jalan kaki deket nanti kalo turunnya disini!" Jelas supir angkot 52 dengan nada sedikit kesal.

"Oh gitu ya pak?"

Berjalan dari Manis Mangga ke sekolah cukup melelahkan, jarak turun Mentari dan sekolah bisa dibilang cukup jauh. Supir angkot tadi ternyata sengaja berbohong kepada Mentari.

"Muka lu kenapa pucet gitu sih Tar? Lu kenapa? Eh jawab dong ! Jangan diem!" Ujar Talitha.

●●●

ADS

jangan lupa buat vote dan comment!!

Thanks.

MEntaRiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang