Prolog

275 89 30
                                    

Brak!

Sebuah kursi kayu berhasil melayang bebas menghantam permukaan dinding yang rapuh. Benda itu sedikit lagi saja hampir mengenai anak laki-laki yang sedari tadi hanya diam. Badan kecilnya meringkuk lemah menunjukkan betapa takut dirinya saat ini. Anak itu membisu. Seolah pasrah dengan keadaan.

"ANJ*NG!! SEJAK KAPAN SEKOLAH ITU CAPEK?!"

Diam. Anak itu tak berkutik sama sekali. Kepalanya menunduk.

"MASIH SEKOLAH TAPI UDAH NGELUH CAPEK! GIMANA KALO KERJA?!"

Bentakan itu kian menjadi. Pria itu mengeluarkan suara geram yang memekakkan seisi ruangan. Ungkapan kasar tak henti ia lontarkan.

"GOBL*K! NGOMONG ANJ*NG!!"

Plak!

Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi kanan anak itu. Tangannya refleks memegangi pipinya yang memerah. Pandangannya semakin buram. Cairan bening terlihat sudah siap tumpah di kedua pelupuk matanya.

Perlahan cairan itu mulai menembus pertahanannya, mengalir lembut pada kedua belah pipinya.

"SETAN! PUNYA MULUT TAPI GA PERNAH DIPAKE!"

Pria itu menendang tubuh kecil anak laki-laki itu. Ia merasa jengah. Tidak ada jawaban dari sang anak.

"MATI AJA SEKALIAN! ANAK SIALAN!"

Pria itu berbalik. Membuka pintu, lalu menutupnya dengan sekali hentakan. Anak laki-laki tersebut tetap membisu. Badannya lemas. Dia menyenderkan kepalanya pada dinding ruangan. Cairan bening keluar semakin deras. Anak itu menangis.

Maherat

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maherat [Unpublish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang