1

296 7 2
                                    

Plak!

"Bodoh! Masa gini saja tidak bisa! Lihat kakak dan adik kamu, dia bisa dengan mudah mendapatkan peringkat dikelas, masa nilai pelajaran IPA semua Cuma mendapat nilai 8?" tak hanya mukaku yang perih, hatiku hancur, hancur sehancur hancurnya seperti puluhan panah menyerang hatiku, Aku tak berani menatap orang yang telah menghancurkanku malam ini, aku mulai membencinya.

"Jangan diam saja! Jawab! Kenapa nilai 8 selalu berada dalam rapor mu?! Apa aku kurang memfasilitasimu? Handphone sudah ku belikan, sepatu selalu berganti tiap tahun, uang jajan sudah ku beri tiap bulannya, Apa masih kurang? Hah!" teriaknya. Hei aku tak pernah meminta semua fasilitas yang kau beri, apakah kau mengerti bagaimana perasaan ku selama ini?, batinku

"Saya tidak mau tahu, masuk kamar dan kunci pintu kamarmu, jangan harap malam ini kau dapat makan malam! Pergi!" dia mendorongku hingga ku tersungkur. Ku berlari menuju kamar serta mengunci pintu. Mamah selalu seperti ini, semenjak ayahku meninggalkan keluarga kami.

Jujur saja aku tak membutuhkan fasilitas yang beliau berikan kepadaku, aku tak membutuhkan sepatu yang tiap tahun selalu berganti, aku tak membutuhkan sepeserpun uang jajan jika beliau keberatan, aku bisa mencari uang sendiri, aku bisa menghidupi diriku sendiri. Rasanya aku ingin keluar dari rumah ini, namun selalu saja saudaraku menahan niatku. Tak inginku berlama lama dalam situasi ini kuputuskan untuk menghibur diriku dengan membaca Novel Komedi hingga ku terlelap.

***

Hari ini hari sabtu, kuputuskan untuk mulai mengulang pelajaran yang telah kupelajari semester kemarin dan materi yang akan ku pelajari semester depan. Dua jam berlalu, tiba tiba ku ingat peristiwa semalam, itu membuatku jatuh, 'bodoh?' aku tak bodoh, hanya dia saja yang tidak bisa meliat potensi dalam diriku, ga adil. Mengapa selalu kakak dan adikku yang selalu diperhatikan, yang selau dituntun, yang selalu diberi cinta. Ku menangis sejadi jadinya, aku tak bisa melupakan apa yang telah terjadi semalam dan apa yang beliau lakukan terhadapku selama ini, hatiku masih sakit.

Kling! Handphone ku berdering, ada pesan masuk, ternyata grup kajian remaja yang selalu ku hadiri,

Assalamualaikum ukhtifillah bagaimana kabarnya? Hari ini ada kajian ya di Masjid Nurul 'ilmi pukul 10.00, penceramah Uztazah Nisa. Sayang banget untuk dilewatkan jangan lupa dating yaa.. ^¬^

Alhamdulillah ini yang ku butuhkan hari ini, segera ku bersiap. Kukenakan gamis berwarna baby blue dan khimar berwarna senada, dan ku siapkan Al Qur'an terjemahan, buku tulis, serta pulpen kedalam tasku, Semoga ini dapat mengobati sakit hatiku.

Ku keluar dengan perlahan, keluargaku sedang tidak ada dirumah, oke bisa pergi dengan mudah, tetapi saat ku membuka pintu rumah tak bisa terbuka, aku yakin mereka mengunci diriku, dengan berat hati ku keluar melewati pintu belakang serta menguncinya, ku tulis surat tanda pamitku keluat rumah.

Diperjalanan kunyalakan lagu menggunakan earphone untuk menemani perjalanan ku ke Masjid menggunakan motor, ditengah jalan kku lihat Uztazah Nisa sedang menunggu seseorang, segera kuhampirinya. "Assalamualaikum Uztazah, sedang menunggu apa?" ucapku sambil melepas earphone kananku. "Waalaikummussalam, eeh Fiyaa sudah lama tak berjumpa. Ini saya lagi nunggu adik saya untuk mengantarkan saya ke Masjid Nurul 'Ilmi." Ucapnya sambari tersenyum manis. "ooh Uztazah bareng sama Fiyya aja, Fiyya juga mau kesana kok". Beliau mengangguk dan segera menaiki motorku karna waktu sudah menunjukan pukul 09.55.

" oh ya Fiyya udah lama nih enggak ikut kajian, kemana aja nih?" Tanya beliau bersahabat. "biasa uztazah, anak sekolahan banyak banget tugas hehehe" aku berbohong, sebenarnya aku selalu ketiduran saat ada jadwal kajian, ku jawab dengan santai seperti tak ada masalah, " yakin enggak ada yang ingin diceritakan?" akh pertanyaan itu membuatku lemah, aku juga butuh orang yang amanah dalam memegang ceritaku seperti Uztazah Nisa, tapi aku tak bisa bercerita saat ini lalu ku tolak dengan lembut.

Aku butuh kasih sayang MUWhere stories live. Discover now