2

111 3 0
                                    

waktu menunjukan pukul 16.30 saatnya pulang, aku sudah janji kepada anak anakku untuk pulang lebih cepat untuk melihat hasil ujian yang mereka perjuangkan, hari ini jadwalku sangat padat, itulah yang membuatku tak dapat menghadiri pembagian rapot anak-anakku, rasa lelah sudah membuat otot punggungku kaku. "permisi Bu Andini, maaf terjadi kesalahan dalam pendataan proyek baru perusahaan kita dan harus diselesaikan hari ini juga." hah? terjadi kesalahan? "apa!? aku kan sudah menyuruhmu untuk memeriksa ulang pendataan proyek? bagaimana bisa terjadi kesalahan?!" aku mulai geram sulit sekali untuk menenangkan pikiranku.

perusahaan yang aku dan almarhum suamiku firman bangun dari nol tak boleh gagal, aku harus bisa mempertahankannya, dengan berat hati kutarik map berisi pendataan proyek perusahaan dari sekertarisku, dan akan ku kerjakan sendiri. dia mengikutiku dan menemaniku walaupun aku tak memintanya

empat jam berlalu akhirnya tugasku selesai, dan saatnnya pulang ku antar sekertarisku terlebih dahulu sebagai tanda ucapan terima kasih. Hampir pukul Sembilan malam, ini sudah malam, tak akan sempat membeli pesanan anak-anakku karena semua took sudah tutup, dan kuputuskan untuk pulang.

***

"Assalamualaikum..." rumah ku sudah sepi, kemana anak-anakku?. " Hanaa... Fiyya... Alya... Mamah pulang..." tak berapa lama anak-anak keluar dari kamar masing-masing sambil membawa sebuah map berisikan hasil ujian mereka lalu memberikannya kepadaku sambil mencium pipiku. Kulihat hasil ujian mereka satu persatu, dan aku tak bisa menahan amarahku melihat nilai 8 dari rapot Fiyya, aku tak dapat mengendalikan diriku.

Plak! Aku menamparnya "Bodoh! Masa gini saja tidak bisa! Lihat kakak dan adik kamu, dia bisa dengan mudah mendapatkan peringkat dikelas, masa nilai pelajaran IPA semua Cuma mendapat nilai 8?"

"Jangan diam saja! Jawab! Kenapa nilai 8 selalu berada dalam rapor mu?! Apa mamah kurang memfasilitasimu? Handphone sudah mamah belikan, sepatu selalu berganti tiap tahun, uang jajan sudah mamah beri tiap bulannya, Apa masih kurang? Hah!" aku membentaknya sebagai pelampiasan. "mamah tidak mau tahu, masuk kamar dan kunci pintu kamarmu, jangan harap malam ini kau dapat makan malam! Pergi!" aku mengemas barangku dan menuju kamarku dalam keadaan kesal.

Mandi air hangat membuatku jauh lebih segar, seketika teringat apa yang telah kulakukan kepada Fiyya, Astagfirullah aku telah merusak hampir seluruh mentalnya atau bahkan seluruhnya, orang tua macam apa aku ini ya Allah.. apakah kejahatanku dapat diampuni oleh kasih sayang Mu?. Segera ku keluar kamar menuju kamar Fiyya, kamarnnya dikunci dan ruangan sudah sepi, kuputuskan untuk menemuinya esok hari.

***

'ya Allah ampuni dosa ku ampuni dosa anak-anakku, maafkan diri ini yang begitu hina dan rendah tak dapat menjaga anak-anakku dengan baik, bimbinglah aku ya Allah, bimbingkah aku dengan kasih sayangmu, aamiin...' sebentar lagi waktu shubuh, kuputuskan untuk keluar dan menuju kamar Fiyya, namun hasilnya tetap sama, ia masih tidur.

Ku raih sebuah buku, ya buku harianku, walaupun aku sudah bekerja aku selalu menulis pengalaman ku dalam buku harianku.

Orang tua macam apa aku ini? Selalu menyalahkan kesalahanku kepada anak-anakku, Firman maafkan aku, aku sudah tak tahan lagi dengan sifatku yang selalu membuat anak-anakku terluka. Aku harus apa?

Tiba-tiba seseorang memeluk pingganggku dan ternyata itu adalah Alya, anak bungsuku. "Ada apa cantik?" ucapku lembut "Mamah, maafin ka Fiyya ya..." aku tersentak "Mamah beli kado yuk buat ka Fiyya, hari ini dia ulang tahun" Astagfirullah hampir saja aku lupa dan kebetulan sekali hari ini libur. "iya cantik, nanti ajak ka Hana juga ya" Alya mengangguk

***

"mau beliin apa nih buat ka Fiyya?" Tanya ku girang. "beliin gamis di Toko LimaIndo aja mah" Hana memberi usul dan kami menyetujuinya, ku jalankan mobil kearah utara menuju Toko LimaIndo, tokonya lumayan jauh.

Tiga jam berlalu, dan kami sudah membawa sebuah kotak berisi gamis dan khimar untuk anakku Fiyya, setelah ini aku akan minta maaf kepadanya. Mobil melaju menembus angin menuju rumah.

Brak! Aku terkejut, ku lihat anakku yang berada disamping dan kursi belakang, sebuah benda memecahkan kaca mobil ku dan aku tak dapat mendefinisikannya ini sangat menyakitkan buatku, seketika mataku terpejam, aku tak tahu apa yang terjadi setelah ini duniaku hilang.

***

"ibu.. ibu apakah ibu baik baik saja? Halo?" ku buka mataku. Pemandangan berwarna putih serta bau obat yang menusuk indra penciumanku, yang berada dalam pikiranku adalah kesalahaku kepada Fiyya anakku. Ketika beberapa detik aku membuka mata, aku meminta selembar kertas dan sebuah pulpen dari seorang perawat, aku lebih memilih menulis sebuah pesan daripada menunggu kedatangan Fiyya, aku sudah tak kuat lagi. Setengah pesan ku tulis untuk Fiyya, namun sepertinya malaikat maut sudah tak sabar dan aku memilih menyerah, kini pandangan ku hanyalah kegelapan dan rasa bersalah, apakah Allah mengampuni dosaku? Apakah Fiyya memaafkan kesalahanku? Ya Allah jaga anakku, jauhkan anakku dari sifat dendam, dari sifat yang membuat penyakit hati, maafkan aku tak mampu menjaganya dengan baik, lindungi anakku... tiiiiiiiiittt.....

~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 27, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aku butuh kasih sayang MUWhere stories live. Discover now