Satu

15 1 0
                                    


"Jadi sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan?"

Sejak beberapa menit lalu, Ano hanya diam memperhatikan gelas di depan mejanya. Pikirannya kembali ke kejadian tadi siang.
Ano tahu, harusnya dia tidak perlu repot repot memikirkan tentangnya. Tapi rasa penasaran yang besar membuatnya terus memikirkan kejadian tadi siang.

Tanpa pikir panjang akhirnya Ano berdiri, menyugar rambutnya ke belakang dan berniat untuk menemuinya.
"Sial!! Mending gue temui aja, daripada kepikiran terus!" kata Ano menyambar kontak mobil kesayangannya.

Sepanjang jalan Ano ditemani siaran Radio favoritnya. Ini hari senin. Jadi jadwalnya untuk mendengarkan siaran radio ini.

"Oke, malam ini kita kedatangan bintang tamu yang bikin kalian bakal terkejut. Gimana nggak? Kita semua yg ada di ruangan ini aja terkejut! Jadi, bisa dikatakan ini tuh spesial guest.
Dan tanpa banyak bacot lagi ya kan, gue kenalin aja nih, tamu spesial kita, mas Kiiikoooo." penyiar radionya semangat banget.
Tapi liat ekspresi muka Ano! Langsung berubah dan Ano langsung menepi untuk menghentikan mobilnya.

"Kiko?" Ucap Ano lirih sambil menyenderkan kepalanya ke senderan jok.

*****

"No? Darimana lu?" Tanya bang Bagas tetangga kamar Ano.
"Cari angin bang!" Jawab Ano ngasal.
Ano memang baru pulang dari acara jalan jalan malemnya.
"Tadi ada titipan tuh buat lu. Gue taruh di atas rak sepatu lu." Kata bang Bagas sambil menghisap rokoknya.

Kalau kalian mau main ke kosnya Ano, kalian itu harus lewatin jalan yg sebelah kanannya ada gazebo. Lha gazebo ini yang biasa dipake anak anak kos buat nongkrong, nerima tamu, ngerjain tugas rame rame dan ngrokok juga kaya bang Bagas sekarang.

"Titipan? Dari siapa bang?" Tanya Ano bingung.
"Tadi bilangnya sih titipan dari Sera, undangan pernikahan!" baru selesai ngomong, belum nutup juga mulutnya bang Bagas. Ano langsung lari menuju kamarnya.
Tujuannya satu, undangan di atas rak sepatu seperti yang dibilang Bang Bagas.
Saat sudah di depan rak sepatu, Ano diam memperhatikan undangan itu. Matanya sedikit berkaca kaca. Ano hanya diam dan menunduk memperhatikan undangan itu. Dan itu berlangsung cukup lama.

"Apa akhirnya harus seperti ini?" Batin Ano pilu.

Badan Ano lemas seperti tidak punya tenaga. Dia akhirnya memilih mendudukkan dirinya di lantai sambil terus memandangi undangan di atas rak sepatunya itu.

"Berakhir di sini! " Kata Ano lirih.







Sorry! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang