Empat

6 0 0
                                    

Setelah kejadian itu, Ano akhirnya memilih menjauh dari segala hal tentang Sera dan Kiko. Ano pindah kos. Dia ganti nomer handphone.
Dan Ano juga udah gk pernah ngantor lagi. Dia udah jelasin ke Bang Bimo kenapa akhirnya dia memutuskan untuk ambil cuti. Sedangkan projectnya, dengan terpaksa diserahkan ke orang lain.
Sejak saat itu juga, Ano merubah segala hidupnya dan perasaannya. Yang dulunya selalu Sera, sekarang dia buang jauh pikiran itu.

Setelah itu, Ano juga sempat kenalan dengan seorang cewek yang kosnya deket kos barunya. Mereka pdkt cukup lama. Tapi begitulah Ano, dia tidak pernah ingin terikat dengan suatu hubungan setelah insiden Sera.
Pun dengan pertemanan. Sekarang Ano malas berteman dengan orang orang yang tidak satu frekuensi dengan dirinya. Apalagi berteman dengan pengkhianat, Ano sudah tidak bisa percaya lagi dengan orang lain sejak Kiko merusak rasa percaya Ano. Memang mungkin bagi orang lain Ano egois dan menyebalkan, tapi ini demi kesehatan mentalnya.

Lihat Ano yang sekarang, dia bahagia dan tanpa beban. Menikmati hidup dengan kesendirian memang suatu keputusan terbaik bagi Ano.

Hingga kejadian siang itu mulai mengusiknya kembali.
Hari itu Ano memutuskan istirahat dan makan siang di deket kosnya. Biar bisa mlipir tidur siang. Saat masuk ke tempat makan favoritnya Ano seperti melihat seseorang yang familiar.
Ya, orang itu Kiko dan seorang anak SMA. Awalnya Ano berusaha bodo amat dan akan melupakan kejadian tadi siang tapi ternyata hal itu terus ada di benaknya. Melihat Kiko dan Anak SMA itu bertengkar, Ano makin penasaran.

Setelah kejadian tadi siang di tempat makan itu, pikiran Ano kemana mana. Dia mulai suudzon ke Kiko

"Jadi sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan?"

"Sial!! Mending gue temui aja, daripada kepikiran terus!" kata Ano menyambar kontak mobil kesayangannya.

Sepanjang jalan Ano ditemani siaran Radio favoritnya. Waktu itu hari senin. Jadi jadwalnya untuk mendengarkan siaran radio favoritnya.
Hingga akhirnya nama Kiko disebut. Berarti Ano tidak salah lihat. Itu memang Kiko. Dia sudah kembali dari luar negeri.
"Apa mungkin, sera juga kembali?" Gumam Ano lirih.
Kemudian tanpa pikir panjang Ano memutar balik mobilnya dan memutuskan untuk pulang dan tidak jadi pergi memastikan kejadian tadi siang. Dan berakhir dengan menemukan undangan pernikahan Sera dan Kiko di atas rak sepatu depan kamar kostnya. 

****

Undangan pernikahan yang dikirim sudah lebih dari satu minggu itu sama sekali tidak Ano sentuh. Hanya tergeletak di atas rak sepatu. Mungkin sebentar lagi Ano punya rencana untuk membuangnya.
Undangan pernikahan itu menjadi alasan semakin kuatnya perasaan benci Ano ke Kiko. Entahlah bagaimana perasaannya soal Sera.
Jujur, walaupun Ano beberapa kali dekat dengan cewek, tapi bayang bayang Sera masih ada di pikirannya. 
Apalagi perpisahan terakhir mereka bisa dikatakan cukup buruk.

Hari ini, Ano sudah janjian untuk ketemu dengan seseorang. Ya walaupun hatinya sedang tidak karuan, tapi karena sebentar lagi akhir bulan. Dia butuh uang.
Jadi seperih dan seberantakan apapun hatinya Ano, masih lebih penting kerjaan dia yang menghasilkan duit.

Penampilan Ano hari ini simple. Kaos warna hitam dengan celana jeans berwarna terang. Kemudian untuk sepatu dia menggunakan kets dan tidak lupa topi NY warna navy yang jadi favoritnya. 

Sampai di tempat janjian Ano lumayan kaget. Dia pikir ketemuannya cuma sama beberapa orang. Lha waktu udah di tempat, malah kaya rombongan ibu ibu PKK.
Ano agak cringe juga si.

"Halo? Mas Ano yah? Kenalin gue Dita, yang hubungin mas." Kata cewek yang tiba tiba nyamperin dan nyapa Ano duluan. Dita juga mengulurkan tangan untuk berjabatan.

"Oh iya, gue Ano. Jadi mbaknya yang semalem whatsapp?" Dita mengangguk dan tersenyum untuk menjawab pertanyaan Ano barusan.

Entah kenapa, menurut Ano, Dita agak mirip sama Sera. Kan, jadi mikirin Sera terus!

"Sorry ya mas, gue sebelumnya lupa ngasih tau lu kalo konsep fotonya itu ya rame rame. Ini emang prewedding, cuma karena ada beberapa alasan akhirnya dibarengin sama foto keluarga. Nggak keberatan kan?"

~Before I Give My Heart Away~

Entah darimana asal muasalnya, tiba tiba ada spanduk gede banget menghalangi pandangan Ano dan di spanduk itu tertulis "before i give my heart away"

Awalnya Ano udah mau emosi tapi keburu gk jadi karena pandangannya gk sengaja bertabrakan dengan pandangan Sera.
Ya!!  Sera ada di situ juga. 

Salah tingkah.
Ano super salah tingkah. Dia buru buru mengalungkan kameranya ke leher dan sedikit menjauh dari tempat itu. 

"Kenapa ada Sera di sini!!" Kata Ano sambil menyalakan sebatang rokoknya.

"Mas!! Kok di sini sih? Kita udah siap. Orang yg ditunggu juga udah dateng." Tiba tiba Dita berdiri di belakang Ano. 
Sedikit kaget, Ano buru buru mematikan rokoknya. 

"Sorry mba!!" Kata Ano singkat. 

"Oh lg ngrokok. Kalo gitu selesaiin dulu aja gapapa mas. Nimbang nanggung." Kata Dita masih berdiri dan memperhatikan Ano.

"Gue udah selesai kok. Tapi kenapa mba liatin gue gitu? Ada yg salah?" tanya Ano memperhatikan penampilannya dari bawah ke atas. 

"Lu udah bener bener lupain semua tentang kak Sera ternyata. Termasuk lupain gue juga."

"Sorry, maksudnya gimana mba?"

"Gue minta maaf ya atas nama kak Sera. Sebenernya kak Sera pengin banget jelasin ini semua ke lu. Tapi lu malah ngilang waktu itu. Sekarang gue rasa, lu udah move on dari kak Sera. Gue gk perlu khawatir lg soal lu dan kak Sera." Kata Dita panjang lebar. Ano masih belum ngerti juga dan masih belum tahu juga siapa Dita. 

"Kenapa gue harus inget inget pengkhianat kaya mereka. Gue anggep mereka udah gk ada di muka bumi ini."

"Sebenernya, mungkin ini bukan hak gue bilang ke lu. Tapi kak Sera masih mikirin lu sampai saat ini. Ide untuk sewa jasa foto lu juga dari kak Sera. Sebelum dia nikah dia pengin ketemu sama lu. Dia pengin bicara banyak."

"Nggak ada lg yg perlu dibicarain. Ayo kita mulai, biar cepet selesai dan gue cepet pergi dari sini." Kata Ano pergi mendahului Dita dan mendekat ke arah spot foto. 

Ano tidak bisa menghindar lagi. Lagipula uang untuk pemotretan hari ini lumayan cukup besar. Hampir 3x lipat dari harga yg biasa dia patok. Jadi Ano bakal berusaha profesional.
Toh dia udah move on dari Sera.

Tapi baru beberapa langkah Ano mendekat ke arah Sera, dia udah degdegan banget. Ya gimana? Nyatanya Ano masih belum bisa move on dari Sera. Yang katanya udah bisa move on ya cuma bualannya Ano.

"Kita mulai aja ya?" Kata Ano sambil mempersiapkan kameranya.
Saat sibuk mempersiapkam kameranya, tiba tiba Sera udah di depan Ano.  Saat tahu Sera di depannya, refleks Ano mundur ke belakang.

"Astagaa!!" Ano berusaha menjaga keseimbangannya. 
Sera masih berdiri dan menatap Ano datar. 
"Kenapa si? Apa?" Ano bertanya agak kesal.
"No, lu mau kabur sama gue gak?"

****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sorry! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang