🍂I🕐

466 64 3
                                    

»»-[𝙲𝚘𝚞𝚗𝚝𝙳𝚘𝚠𝚗]-««


Hening mulai menyelimuti diri mereka. Suasana hangat ini malah membuat kecanggungan. Mereka tersenyum, dan saling melemparkan pandangan masing-masing. Namun rasanya dingin dan begitu hampa, mereka saling beradu argumen dengan otak mereka masing-masing. Kemelut pikiran mulai membendung di otak Kai, namun anak itu enggan mengeluarkannya karena hanya membuang-buang waktu yang ada.


"Apakah kau bahagia?" tanya pria bersurai agak kecoklatan itu dengan tiba-tibaㅡkepada pria yang masih setia menggenggam tangannya

"Tidak," jawab Soobin dengan lirih dan singkat.


"Mengapa kau tak bahagia? Apakah pertemuan ini membuatmu menjadi sakit?"


Wajah Kai kian berubah menjadi sendu, nadanya ikut lirih dengan air mata yang siap untuk jatuh kapan saja.


Soobin menggeleng ribut, tangannya ia gunakan untuk mengusap surai kecoklatan itu dengan halus. Membiarkan rasa sakit hatinya yang kian menusuk relung semakin dalam.


"Tidak, aku tidak sakit. Hanya saja, aku tak bisa selalu ada bersamaMu"


Kai tersenyum dibalik raut kecutnya, kemudian dengan tangan yang sedikit bergetar. Tangan ringkih itu menangkup wajah Soobin, membiarkan mata yang paling tua menatapnya dalam maksud yang lain.

.

"Apakah kau bahagia bersamanya? Aku takut kalau aku hanya penghambat hubunganmu dengan wanita itu,"


Deg


Soobin menggelengkan kepalanya kencang, rahangnya mengeras, tangannya meremat kuat hingga jemarinya memutihㅡmembuat pemuda manis itu sedikit meringis saat tak sadar soobin meremat juga jemari lentiknya. Air mata perlahan mulai merambas turun untuk kesekian kalinya, air mata penuh penyesalan dan rasa sakit ini kemudian semakin menambah intensitasnya, kala Kai mengelus surainya yang legam.


"Tidak, aku tidak bahagia Kai. Kumohon jangan membahas ini, aku tak mau ada omongan orang lain saat hanya ada kita berdua," sela Soobin saat mata yang bergetar itu berderai air mata.


"Tapi aku hanya bertanya," jawab Kai dengan nada serak penuh lara.


"Apapun itu, berhenti membahasnya. Disini hanya ada kamu dan aku! Dia tak berhak mencuri obrolan kita yang berharga ini,"


"Iya-iya, aku akan berhenti. Tetapi hentikan juga air matamu, kau sudah besarㅡtak cocok menangis seperti ini." goda Kai, jemari lentik itu terangkat menyentil hidung Soobin dengan sebuah cengiran bangir khas Pemuda cantik itu.


Mengundang siapa saja yang melihatnya pasti ikut tersenyumㅡwalau suasana hati sedang tidak baik sama sekali. Begitupun Soobin, ia tersenyum tak hanya ada satu makna, tetapi ada tiga makna yang bercabang.


'Huening Kainya sama sekali tidak berubah'


"Soobinie hyung? Sampai kapan kau tersenyum? Kau memang tampan, tapi kau sangat terlihat menyeramkan sekarang ini," ucap Kai sambil tertawa menggoda. Soobin mendengus kesal ia mengecup pipi Kai dengan kilat, membuat pemuda manis itu merona dan berjengit kaget karena pergerakan Soobin yang tiba-tiba.


"Yak!!!" teriak Kai tidak Terima dengan wajah memerah padam. Soobinpun tak bisa lagi menahan tawanya, ia begitu senang menggoda Kainya.


Disaat Soobin masih tertawa, Kai juga ikut tertawa kecil. Menikmati lekuk wajah sang kekasih yang selalu menarik saat dirinya tertawa. Namun, kembali pada kenyataan. Ia kembali terhantam kuat, tanpa Soobin sadari... Kai meremat kuat dadanya, menahan sesak akibat sebuah kenyataan yang begitu menyesakkan dan menyakitkan walau lagi-lagi senyum harus dikembangkannya walau terpaksa.










Enam menit.

Tak cukup untuk aku yang menikmati kebahagiaan ini.

[✔] Hourglass ♡♾ Sookai [Vers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang