»»-[𝙲𝚘𝚞𝚗𝚝𝙳𝚘𝚠𝚗]-««
"Apa yang membuatmu datang kemari, Kai?"
Kai kemudian memalingkan wajahnya dari dada Soobin menuju wajah tersenyum empunya. Membuat hatinya sedikit menghangat saat melihat wajah yang sangat ia rindukan.
"Apa maksudmu Hyung?" Pemuda cantik itu menggulirkan indra penglihatan miliknya dengan malas.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu."
Soobin menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"A-ah a-anu," Ia memandang tubuh Kai yang menjauh. Melepas pelukannya dan berjalan menuju padang rumput luas itu, duduk di hamparan hijau tersebut. Dan mendongak keatas seraya menikmati semilir angin yang begitu menyejukkan.
"Sudahlah, membahas itu tidak akan ada habisnya. Kemarilah duduk bersamaku, disampingku..." waktuku tidak banyak. Batinnya menjerit sakit.
Pemuda bertubuh jangkung itu menurut tanpa menjawab sepatah katapun. Ia berjalan, merasakan debaran jantung yang masih samaㅡdengan orang yang sama, orang yang tak pernah bisa menggantikan posisi khusus didalam hatinya, dan saat menyadari suatu hal. Debaran itu kian berubah menjadi sesak dan menyakitkan, langkahnya terhenti, sorot matanya bergetar melihat tubuh Kai yang duduk di hamparan rumput yang begitu menyejukkan.
Ia tersenyum, kecut. Menampilkan sebuah rasa luka yang begitu mendalam. Kakinya terhenti, begitupun atmosfir di sekitar mereka yang berubah menjadi lebih berbeda dari sebelumnya.
"Apa yang kau tunggu, hyung?"
Soobin menggelengkan kepalanya kencang, menghempas bayang-bayang menyakitkan yang dengan kurang ajar merampas seluruh atensinya. Memilih kembali melangkah mendekati Kai, pujaan, sang pemilik hatiㅡyang sudah menunggunya.
Saat tepat duduk di samping Kai. Pemuda manis itu menoleh, netra mereka bersitubrukㅡmenimbulkan sebuah gejolak indah yang sangat lama di rindukan. Degup jantung yang kian menderu, nafas teratur walau begitu tercekat. Mereka kembali merasakannya, merasakan bagaimana indahnya saat orang yang dicinta menatap manik masing-masing dengan dalam.
Namun itu tak berlangsung dengan lama. Sebelum obsidian Soobin berubah menyendu, tangannya spontan bergerak keatas. Menyentuh pipi halus sang kekasih dengan getaran hebat yang menguasai tubuh.
"Hyung? Hyung kenapa? Apa Hyung sakit."
Soobin lantas menggeleng sembari tersenyum penuh paksa. Ia melepas sentuhannya pada Kai, yang membuat pemuda manis itu menatap Soobin dengan heran.
"Tidak, hyung hanya sedikit... Kedinginan?" ujarnya berbohong yang dibalas anggukan mengerti dari Kai.
"Semua masih belum berubah Hyung, masih sama seperti dulu. Saat musim gugur, semua terasa begitu dingin layaknya musim dingin yang begitu menusuk hingga ke tulang." Kai menatap kembali manik Soobin yang kini menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Kau tidak melupakannya 'kan Hyung?"
Soobin menggeleng,
"Bagaimana aku bisa melupakan tempat ini jika ini adalah rumahku yang begitu menakjubkan, terlebih... Orang yang sangat aku sayangi dan cintai selalu ada disini, mereka berdua saling melengkapi keindahan satu sama lain," Soobin meraih tangan Kai, terasa hangat dan begitu nyaman. Lalu maniknya bergerak menatap Kai yang juga menatap maniknya dengan dalam.
Walau diluar tersenyum, tetapi didalam Kai menangis, berteriak, mengejang, dan mengerang frustasi. Ada rasa rindu, ada rasa cinta, namun banyak juga rasa menyakitkan didalamnya.
Delapan menit
Bahkan itu tidak cukup, aku ingin lebih. Ingin lebih merasakan genggaman hangatnya di tanganku, ingin lebih merasakan maniknya menatapku dalam penuh cinta.
![](https://img.wattpad.com/cover/215061457-288-k238323.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Hourglass ♡♾ Sookai [Vers]
Romance[ANGST/HURT] [BAKU] [SHORT] ❝Maaf untuk semuanya, Terimakasih atas segalanya. Ku tau ini takdir, maaf tak bisa mewujudkan apa yang seharusnya aku lakukan dan sangat kau inginkan. kuharap kita akan bersama, berbahagialah dan hidup dengan ten...