"Oh ya, jangan panggil saya kakak, panggil saja El. Oke." El tersenyum kepadaku.
"Lho, kenapa?" Diriku penuh tanda tanya kali ini.
Songong sekali aku kalau tiba-tiba memanggil namanya sendiri, tidak, ini tidak bisa.
"Aku nggak bisa Kak, kakak ini kakak kelasku bagaimana bisa adik kelas memanggil dengan namanya" aku mengoceh.
"Supaya saya sama kamu lebih nyaman saja ngomongnya" jawab singkat El.Tunggu dulu, beri aku waktu. Aku akan mencerna kata ini,
NYAMAN?Aduh aku sekarang bisa dibilang lagi tidak baik-baik saja, pikiranku sedang aneh hari ini. Aku tidak sadar kalau El terus memanggilku. Diriku benar-benar melamun karena memikirkan hal itu.
"Kenapa An? tanya El. "Ah.. aku tidak apa-apa" jawabku kebingungan.
"Ya sudah Kak El aku mau balik ke kelas. Somaynya sudah abis, terimakasih juga atas airnya"Saat aku bangkit dari kursi tapi El menahan diriku sebelum pergi.
"El, An. Panggil saja nama saya. Saya tidak apa-apa." Jawab El memastikan.
Aku hanya mengangguk dan meninggalkan nya disana. Sebenarnya aku tidak enak meninggalkan dia begitu saja. Aku benar-benar reflek karena dia mengatakan itu.
Aku langsung menghampiri teman-temanku dikelas. Aku akan bercerita tentang semua kejadian aku bertemu El. Britta, Khansa, Hana kali ini benar-benar menghayati apa yang keluar dari mulutku. Mereka seperti melihatku sedang berdongeng, padahal tidak.
"Iya tadi Kak El ngomong seperti itu ke aku, aku juga bingung harus apa, jadi aku langsung pergi saja dari sana" Ceritaku panjang lebar.
"Tunggu An apa? gimana-gimana?" Tanya Hana belum mengerti.
"Hanaa! gue congkel nih ya telinga lo makanya dengerin kalau orang ngomong" Sambar Britta kesal.
"Ih, Ta. Jahat banget sih"
"Lo sih lagian"
"Nih ya An gue kasih tahu kalau gue jadi lo, gue ga bakal ninggalin Kak El gitu saja. Kapan lagi coba dekat-dekat sama Ketua Osis? iya kan." Lanjut Britta dengan sarannya.
"Tapi sebelum itu kamu pamit kan An sama Kak El?" Sambung khansa.
Aku menggangguk.Tak lama kemudian aku mendengar suara pengumuman lewat speker yang ada di setiap kelas.
Pengumuman-pengumuman bagi anak kelas 10 diharap berkumpul kembali di lapangan dalam waktu 2 menit dari sekarang.
Astaga 2 menit? yang benar saja diberi waktu secepat itu, padahal kelasku ada di lantai 2. Aku, Britta, Hana, Khansa buru-buru keluar kelas dan berlari menuju ke lapangan. Ah lelah sekali, ini seperti dikejar-kejar setan. Aku tidak peduli sekarang komuk muka ku seperti apa, pasti sudah sangat aneh.
Semua berbaris dengan rapih. Dan OSIS akan memberitahu beberapa hal apa saja yang akan dibawa untuk esok hari.
"Oke disini saya selaku perwakilan OSIS ingin memberitahu sedikit apa saja yang akan dibawa pada hari selasa. Dengerin ya baik-baik.
"Pertama, kalian tetap masuk jam 7 pagi dengan seragam putih abu-abu."
"Kedua, kalian harus membawa baju salinan berwarna hitam karena nanti kita akan mengadakan sebuah game air."
"Ketiga, kalian harus membawa satu cokelat."
"Hanya tiga saja kok nggak banyak-banyak, tenang saja. Kalau ada yang ingin ditanyakan boleh ya menghubungi Ketos atau Seksi Humas."
"Oh ya dan terakhir habis ini kalian sudah boleh pulang. Sekian dari saya terimakasih" ucap Seksi Humas panjang lebar.
Semuanya bubar ke kelasnya masing dan siap untuk pulang. Anne memasukan beberapa buku tulis ke tasnya. Dan beranjak pergi dari kelas.
"Anne, ayo bareng gue saja. Nanti kelamaan kalau lo nungguin disana" Teriak Britta dari jendela kaca mobil.
"Nggak usah ta sebentar lagi angkutan umumnya datang kok" Aku melirik ke arah jam tanganku.
"Ya sudah, gue pulang duluan ya An, bye" Britta melambaikan tangannya. Aku pun membalasnya.Aku mengayun-ayunkan kakiku sambil menunggu angkutan umum lewat. Tapi dari tadi belum ada yang lewat sama sekali, padahal sekarang masih pukul 2 siang.
Tumben, lama sekali lewatnya bukankah sekarang angkutan umum sedang ramai-ramainya? Kenapa aku tidak mengiyakan saja tawaran Britta. Ah kesal.
Tak lama kemudian aku melihat sebuah motor vespa matic berwarna putih berhenti tepat didepan ku. Tak kusangka ternyata dia Kael Ganendra? Ngapain dia berhenti disini, aku menengok kearah kanan kiri ku tapi tak ada orang lain selain diriku. Tuhan, ada apa lagi kali ini?
"Ayo An bareng sama saya, saya akan mengantarkanmu pulang" Ajak El yang masih duduk di motornya.
"Nggak usah, makasih. Aku nunggu angkutan umum saja pasti sebentar lagi datang" Aku menolaknya.
"Sudah Anne ayo bareng saya saja, sudah lama kan kamu nunggu disana?" El tetap menawarkan ajakannya kepadaku.
Aku masih berfikir aku terima tidak ya tawarannya, ini juga sudah terlalu lama aku menunggu disini. Baik, kali ini aku akan terima tawarannya itu.
Aku datang menghampirinya.
"Nih pakai helm nya" El menyodorkan helmnya ke tanganku.
Aku langsung memakai helm darinya tapi saat aku ingin mengunci nya ternyata tidak bisa.
"Ini bagaimana, kenapa nggak bisa terkunci" Tanganku masih sibuk mengunci helm.
"Sini An saya bantu"
Aku menghampirinya. Tapi sekarang posisiku dengan El sangat dekat sekali. Aku bisa melihat begitu jelas wajahnya. Astaga kalau dilihat dari dekat sangat tampan sekali. Anne plis sekarang kamu jangan pingsan. Kuat An kuat.
"Sudah, ayo naik" aku menggangguk.
Entah mengapa teriknya matahari yang sedang menyinari bumi ini tidak membuatku mengeluh. Aku terbawa oleh suasana yang tidak bisa aku artikan. Tuhan, Engkau tahu kan perasaan Anne sekarang seperti apa?
Tidak ada yang mulai percakapan diantara kami, El tetap fokus menyetir. Tapi sepertinya El sedang melihat kearah ku lewat kaca spion. Aduh, kenapa melihat kearahku? Aku tidak bisa ditatap seperti itu El, kumohon.
Tak lama...
"Anne, rumahmu ini masih lurus?" El masih melihatku dari kaca spion.
"Iya lurus nanti ada perempatan lalu belok kanan" balasku sedikit berteriak.El tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
Rumah krem bergaya modern ini sudah tepat disampingku. Aku turun dari motornya.
"Makasih El sudah mengantarkan ku pulang, Mau masuk ke dalam dulu?" Aku menawarkannya masuk. Mungkin saja kalau dia mau minum.
"Tidak usah An, lain kali saja saya akan kerumahmu"
"Kalau begitu, Aku masuk ya El."
"Anne..."
"Kenapa??"
"Helm..,"Anne memegang-megang kepalanya, ternyata memang benar helm nya masih nyangkut. Anne terkekeh, karena kejadian memalukan ini.
"Ahhh... Iya ini, " Ia menyodorkan helm nya sembari menutup wajahnya karena malu.
Setelah itu, Anne langsung membalikan tubuhnya dan segera membuka gerbang rumahnya.
Anne?

KAMU SEDANG MEMBACA
Elanne
أدب المراهقينIni kisah tentang seorang perempuan bernama Anne Niscala yang sifatnya unik bertemu dengan sosok lelaki yang aneh dan misterius, Kael Ganendra. Tuhan, Mengapa Engkau bisa mempertemukan ku dengan sosok lelaki seperti El? Ini sungguh aneh, aku baru pe...