Catatan Dua (Ayah)

2 0 0
                                    

11 Okt 2014

Penyesalan 1

Hari berlalu seperti biasa..
Aku lewati dengan tawa..
Tak terdetik di hati ini..
Akan duka yang sedia menghampiri..

Empat bulan berlalu sejak pertama aku menapak dunia luar..
Memasuki kehidupan sebagai masyarakat yang berbaur..
Memasuki jenjang perkuliahan meski hati tak mengasa..

Saat pernyataan duka tentang mu memanggil..
Aku masih berharap bahwa masih ada harapan..
Meski setitik..

Tapi...
Langkah demi langkah ku tak berujung ke tempat mu biasa menunggu..

Hatiku mulai kacau..
Bahkan ruangan berbau kematian pun aku lewati..
Aah..
Sepertinya kau menunggu ku di lain tempat kali ini..
Batinku menipu hati..

Tak jauh..
Aku melihat tempat barumu..
Mesin beroda empat berwarna putih yang sangat aku hindari..

Aku takut..
Aku tak ingin melangkah lebih dekat..
Aku tak ingin melihat mu terbaring kaku..
Tanpa senyum biasa mu yang menyapa..

Tapi..
Airmata ku yang menetes sesuai skenario hari itu..
Mengalir tanpa aku bisa cegah..

Aku masih terpaku..
Di hatiku ada perasaan aneh..

Semua ini tidak nyata..
Semua ini hanya drama..
Hatiku berkata..
Akan ada batas ketika kata-kata cut akan mengakhiri cerita ini..

Aku duduk dengan arahan orang-orang di sekeliling ku..
Kakiku dan kakimu saling menyentuh..

Tapi..
Kau tak hangat seperti dulu..
Bahkan tak bisa memberiku rasa aman seperti biasanya..
Hatiku resah tak nyaman, sedingin kakimu yang ku tahan..

Kenapa?...!!!

Kenapa?...!!!

Kenapa?...!!!

Aku ingin berteriak..!!!

Aku ingin meratap..!!!

Aku ingin memukul dan mencabik..!!!

Duniaku..
Duniaku ini..

Ah!

Bukan!

Ini bukan duniaku..

Aku menenangkan diri..
Ada penonton di mana-mana..
Menangis seperti para artis..

Hanya airmata untuk semakin menekan suasana duka..
Aku memejamkan mata dan memilih diam..
Menjauh darimu yang dikelilingi banyak orang..

Mereka membacakan ayat-ayat Tuhan..
Menemanimu yang tak lagi bisa bersuara..
Berlomba-lomba mengantarmu pergi..

Aku tak bisa..
Aku benci ini..

Aku benci saat semua orang berkata dan berduka..
Semakin menghujam ku tentang kebenaran..
Akan kepergian mu..

Kali ini..
Kau tak akan kembali..

Kali ini..
Aku akan ikut mengantar mu..

Kali ini..
Aku tak bisa mengikuti..

Kali ini..
Kita akan berpisah lagi..

Seperti dulu..
Saat aku yang pergi menjauh..

Aku berlari..
Ke tempat di mana aku bisa berlutut pedih..
Memarahi dan membenci diriku..
Menyesali semua apa yang aku lewati..
Berandai dalam kepalsuan..

Aku menyesal Tuhan...
Aku sangat menyesal..


Continue to next chap

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Catatan Sang PecintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang