02. Bola Basket
Bel istirahat berbunyi. Gue udah pengen cabut ke kantin bareng Maya, tapi...
"Regina!" panggil Bu Diana, guru Penegak Disiplin yang baru selesai mengisi materi MOS. "Tolong bantu pindahkan buku-buku ini ke ruangan saya."
"Baik bu," jawab gue dan langsung menumpuk sejumlah buku sekaligus untuk dibawa.
Pas gue lewat koridor dekat lapangan, ada bola basket kena kepala gue. Alhasil, gue jatuh bersama buku-buku Bu Diana. Apaan dah main basket kagak liat-liat orang. Kepala gue pusing woiiii.
"Elo gapapa?!"
Gue gabisa bangun. "Gue pusing."
"Sini gue bantu," dia pegang tangan gue dan bantu gue berdiri. Gue terhuyung-huyung pas berdiri, masih menyesuaikan.
Tangan gue ditarik ke pundaknya buat pegangan, terus dia angkat badan gue. Gue masih pusing jadi gabisa liat jelas.
"Elo istirahat di UKS dulu ntar gue balik. Gue pasti tanggung jawab kok."
"Buku-bukunya ditaruh di ruangan Bu Diana..."
"Bukunya gue bawain, elo jangan kemana-mana."
Gue ditidurin di UKS. Muka gue diusap air hangat, bikin kesadaran gue agak pulih. Gue buka mata dan ngelihat kakak kelas cewek yang bantuin gue.
"Adeknya udah gapapa?" tanya kakak kelas itu.
"Udah baikan Kak... Ini istirahatnya udah selesai belum ya?"
"Udah sih, tapi kakak dipesanin biar adek nggak pergi kemana-mana dulu sama kakak yang gendong adeknya tadi."
Wajah gue panas setelah sadar kalau gue digendong ke UKS sama cowok. "Namanya siapa ya Kak?" tanya gue mulai penasaran.
"Oh, dia si Rafi, calon ketua OSIS dari kelas 8C. Kalo gue Rheina, PMR OSIS dari kelas 8E."
"Dia udah gapapa?"
Sosok cowok tinggi masuk kedalam UKS. Gue melongo dikit. Gila, ganteng banget. Beneran nih gue habis digendong sama dia?
Kak Rafi meringis. "Maaf ya bola gue sampe bikin lo mau pingsan gitu. Gue udah bawain elo chicken katsu, gantiin waktu istirahat lo kepotong."
Gue langsung merasa gak enak. "Makasih Kak, tapi aku udah nggak papa kok, aku balik aja ke kelas ya."
"Heh, gue udah lari-lari keliling satu sekolah biar lo maafin gue, seenggaknya dimakan kek."
"Tapi nanti aku ketinggalan acara MOS kak, aku pasti dicariin temen..."
"Temen? Cewek ato cowok?" tanya Kak Rafi tajam. Gue langsung gugup dan bingung ngedengerin pertanyaannya.
"Kalem euy, Raf. Dia udah gapapa kok, temennya cewek tadi sempat telpon ke hapenya," ucap Kak Rheina.
"Ya gue tetep harus tanggung jawab, Rhei," jawab Kak Rafi.
Kak Rafi sudah membukakan bungkus makanan, gue jadi tambah nggak enak. Akhirnya, gue makan tuh chicken katsu sampai habis.
"Makasih banyak Kak."
"Panggil Rafi doang juga nggak masalah kok," ucap Kak Rafi. "Nama elo siapa? Kelas berapa?"
"Calistha Regina Putri dari kelas 7A Kak..."
"Oh oke, gue anter ke aula ya."
"Gak usah Kak, nanti ngerepotin."
"Kita searah, kok. OSIS kan dampingin anak-anak baru, Re. Ayo gue anter."
Kak Rafi langsung narik tangan gue keluar UKS. Kak Rheina bersiul kecil. "Gas teros sampe dapet, Raf!"
Kak Rafi terus berjalan tak peduli. Selama perjalanan, aku diem aja karena deg-degan. Tangan gue masih dipegang Kak Rafi, padahal gue udah nunggu dilepasin. Mau minta lepas tapi rezeki gaboleh ditolak sih hehe.
Kak Rafi berhenti di depan aula, lalu balik badan. "Masuk duluan ya, Re. Gue ada urusan."
Gue mendelik kecil. "Katanya searah tapi kok balik lagi?"
"Kan gue udah anterin elu. Oh iya, nomor WA gue," Kak Rafi nempelin sticknote di jidat gue. "Kalo ada apa-apa bilang ya."
"Hah..." Gue melongo tak paham. Kak Rafi tertawa kecil dan mengelus kepala gue sekejap, kemudian berbalik pergi.
Sial, gue lemes. Jantung gue dibikin olahraga mulu daritadi woi, gak sebanding sama lari keliling satu sekolah. Kenapa Kak Rafi ganteng banget?!
Sial, gue salting.
Note:
Betapa mudahnya Mbak Regina ambyar, haduh. Kuat dong mbak, kalian masih SMP, ini juga masih awal-awal. Wkwkwkwk.BM KARD as Matthew Rafi Setiawan
Jeon So-min as Rheina Dewi Kumalasari
KAMU SEDANG MEMBACA
POLAROID
Teen FictionChalista Regina Putri bertemu dengan Reza Handersen lagi di SMA. Kedatangan Reza membuat Revina menguak luka lama yang tak ingin diingatnya lagi. Reza mengetahui penderitaannya itu, yang membuat mereka berkomitmen untuk melupakan kejadian masa lalu...