Semua orang punya tempat khusus tersendiri untuk mencari inspirasi. Entah di pinggir pantai dikala senja, di balkon kamar ditemani secangkir teh dan hujan, maupun di kafe langganan sambil melihat kendaraan yang lalu lalang. Bagiku, tempat khusus itu adalah kebun tempat dimana aku berada sekarang, tempatku mengerjakan karya-karyaku sekaligus melarikan diri dari hiruk pikuk dunia.
Kebun itu merupakan sebuah rumah kaca atau greenhouse yang berbentuk persegi panjang seluas 15x20 meter persegi. Tempatnya yang luas, letaknya yang persis di belakang apartemenku, dan kondisinya yang sudah lama terbengkalai merupakan kombinasi yang pas bagi introvert sepertiku untuk mencari sumber inspirasi sekaligus menenangkan diri.
Dari luar, kebun itu terletak biasa saja dan mirip seperti definisi kondisi kebun terbengkalai pada umumnya. Terdapat sulur-sulur tanaman rambat juga lumut-lumut di dinding kaca luarnya yang sengaja tidak aku bersihkan agar tidak ada orang yang mau masuk kesana untuk mengganggu kegiatanku. Agar lebih meyakinkan, aku selalu menutup pintu depan ketika aku beradada maupun tidak berada di sana. Tapi walaupun ada orang yang berani masuk, orang itu akan segera buru-buru pamit setelah mengenali aku.
Dari dalamnya, kebun itu terlihat lebih indah. Terdapat berbagai macam tanaman hias dan bunga yang indah di sana dan tertata rapi dalam barisan-barisan-karena selalu aku rawat setiap hari. Di pojok kanan belakang kebun terdapat kamar mandi dan gudang. Di tengah-tengah kebun terdapat sebuah space kosong seluas 4 meter persegi yang dibiarkan kosong karena belum tahu akan diisi apa. Terakhir, tempat favoritku sekaligus ruang kerjaku, ialah salah sisi kiri kebun tersebut yang menghadap hamparan bukit luas nan hijau, mengingat apartemen yang aku tempati terletak di pinggiran kota.
Suasana di kebun ini sangatlah hening, yang mana alasan pertama dan paling utama aku memilih tempat ini. Dan lihatlah, baru satu jam aku berada di sini, aku sudah menyelesaikan separuh jalan cerita untuk komikku yang baru. Jika tidak ada gangguan apa-apa, seharusnya aku bisa menyelesaikan alurnya sekaligus melakukan penokohan dan lain-lain pada akhir hari ini juga.
Benar-benar hari yang indah sekaligus menenangkan seperti biasa. Aku bersiul pelan sambil menulis alur cerita dalam sebuah buku catatan. Komik kali ini merupakan lajutan dari komik sebelumnya yang sukses di pasaran. Komik utamanya menceritakan tentang bagaimana tokoh utama mengalahkan tokoh antagonis, rencananya pada lanjutannya akan menceritakan proses pencarian jati diri dan asal muasal kekuatan tokoh utama, serta kehidupan pribadi tokoh utama. Dan aku sangat bersemangat untuk mengerjakannya.
"Cklek!"
Aku menghentikan siulanku disusul dengan pecahnya konsentrasi yang susah-susah aku bangun. Aku tahu betul suara apa itu, suara yang akan timbul ketika kau membuka pintu depan kebun. Dengan buru-buru aku segera menutup buku catatanku. Jantungku berdegup keras menanti sosok yang akan muncul dari balik pintu. Aku tidak gugup, ini hanyalah serangkaian efek keterkejutanku tadi. Walau terbengkalai, kebun ini sering menjadi bahan gosip penghuni apartemen dan penyebabnya adalah aku. Gosip itu juga yang membuat orang-orang tidak berani mendekati kebun ini. Jika mereka mau masuk, pasti mereka akan mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Pintu ini tidak terkunci, huh?" gumam wanita itu pada dirinya sendiri. Wajahnya tampak asing, sepertinya dia tidak tinggal di sekitar sini. Mungkin saja dia orang baru. Tapi, apa yang dilakukannya di sini?
Dari tempatku duduk sekarang-yang kebetulan tertutupi oleh rak kayu berisi tanaman hias-aku mengamati wanita misterius itu. Dia memiliki rambut pirang sepinggang yang dibiarkan terurai. Tubuhnya yang tinggi dan langsing dibalut oleh dress selutut berwarna biru muda. Dan ketika dia berjalan mendekati sisi kebun tempatku berada, barulah aku dapat melihat wajahnya dengan jelas.
Dia memiliki mata sebiru laut dengan sorot tajam yang teduh dan menghanyutkan. Hidungnya yang mancung terukir sempurna, bibirnya berwarna merah muda alami, dan alisnya terbingkai dengan rapi. Secara keseluruhan, wajah cantik wanita itu mengingatkan aku pada gadis-gadis Rusia yang pernah kujumpai sewaktu berlibur di Moskow beberapa tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone In The Garden
RomanceHe doesn't want to hurt her, so he told her to stay away. She thought it was cute, then she insisted to s t a y. *** Setelah berhasil melepaskan diri dari jeratan masa lalu yang kelam, Damien Schwebertz memutuskan untuk membangun tembok pelindung ya...