Berjalan hanya beberapa menit dari halte menuju kedai teh, Aleza telah sampai dan membuka pintu tua klasik kedai, saat ia membuka pintu terdengar suara lonceng sebagai tanda ada orang yang masuk ke dalam kedai. Mendengar suara lonceng pintu, Louisa menengok dari balik konter lalu tersenyum senang melihat gadis yang ia anggap seperti cucunya sendiri
"Hai sayang,tumben hari ini kamu cepat datang padahal satu jam lagi jam masuk kerja mu"
"Hai nek, hari ini aku sedang bersemangat, jadi apa yang harus ku lakukan sekarang?" Tanya Aleza
"Tolong panggangkann adonan scone, dan satu toples teh kamomile"
"Baiklah,ada lagi?"
"Kalau kamu tak keberatan, tolong buatkan cupcake jahe,kamu pasti tau kan resepnya? Goda Louisa
"Ouwh! Aku handal di bagian itu" Aleza membalas
"Aku mengandalkan mu sayang"
Setelah perbincangan tadi, Aleza ke dapur bekerja sesuai instruksi Louisa, Aleza sangat mencintai kedai ini
semenjak ia menjadi pelanggan yang menurutnya menyedihkan dengan mata sembab serta penampilan yang berantakan masuk ke dalam kedai, untung saja waktu itu di dalam kedai tidak ada pelanggan selain dirinya. Ia duduk di sofa yang usang tetapi sangat nyaman untuk diduduki lalu menundukkan kepalanya hingga rambut panjangnya menutupi wajahnya, ia tidak tau kenapa hatinya membawa kesini padahal ia sebenarnya hanya ingin berjalan tanpa tujuan untuk melupakan kejadian yang dialaminya, setelah beberapa menit merenung ia merasa ada tangan yang memegang pundaknya, Aleza perlahan mengangkat kepalanya, ia menangkap dari netranya seorang wanita paruh baya dihadapannya dengan tampang cemas, dia memberikan secangkir teh peppermint dan menyuruh Aleza untuk meminumnya, dengan gerakan canggung Aleza menyeruput tehnya setelah usai menyeruput tehnya, wanita paruh baya tersebut menggenggam tangan Aleza
"Jangan cemas, sesuatu akan indah pada waktunya" ucap Louisa dengan tersenyum hangat
Aleza hanya membalas dengan anggukan"Oh!aku hampir lupa membawa makanan untuk mu, kamu ingin makan apa sayang? Tanya Louisa
"E-em tidak usah" lirih Aleza gugup
"Tidak usah sungkan begitu,tunggu ya aku ambilkan dulu" ucap Louisa dan tautan mereka terlepas. Padahal Aleza ingin menolak tetapi mulutnya tidak bisa dikompromi untuk membuka,mulutnya terkatu rapat tetapi seulas senyum simpul terbit di wajahnya.
Karena kejadian itu mereka menjadi dekat dan Aleza menganggap Louisa seperti nenek kandungnya
Sekarang Aleza sedang menyemprotkan krim lemon diatas cupcake jahe yang sudah ia buat, tetapi suara Louisa menghentikan kegiatannya
"Aleza tolong ke konter depan, biar aku yang melanjutkan ini"
"Baiklah"
Dikonter ia meracik teh pesanan pelanggan, ia sangat senang di sore hari ini banyak pelanggan berdatangan untuk menikmati sore hari yang indah di kedai teh yang nyaman ini.
pada jam 7 malam kedai tutup, Aleza berpamitan dengan Louisa lalu berjalan ke halte, ia memasang earphone lalu memutar lagu kesukaannya untuk menemani ia di jalan yang sunyi sambil bergumam ia menyeberang jalan, tiba-tiba dari arah kiri mobil melaju karena adanya cahaya lampu mobil, membuat Aleza terkejut dan reflek menghindar, usaha Aleza sia-sia karena tubuh sampingnya terserempet badan mobil, ia terluka dibagian siku kanan dan kedua lututnya,mobil yang tadi menabraknya berhenti,seorang laki-laki keluar dari mobil itu lalu menghampiri Aleza.
Aleza berusaha bangun perlahan untuk duduk memfokuskan netranya melihat siapa yang ada di depannya
"Apa kau baik-baik saja?"
Aleza hanya bergeming, ia merasa sakit di bagian kepalanya"Maafkan saya, saya bersalah karena mengemudi dalam keadaan mengantuk, mari saya antar anda ke rumah sakit, saya akan bertanggung jawab"
Aleza terkesiap mendengar perkataan laki-laki di hadapannya ini
"Tidak usah, aku ingin pulang" jawab Aleza dengan ketus
"Tapi anda terluka, jika tidak diobati luka itu akan infeksi"
"Aku bisa mengobatinya sendiri"
"Tapi saya harus bertangg-"
"Jika ingin bertanggung jawab, tolong antarkan aku pulang"
"Baiklah"pemuda tersebut menghela napas karena lelah berdepat dengan perempuan keras kepala. Laki-laki itu mendekat lalu menyusupkan tangannya di bawah lutut dan pinggang Aleza. Melihat tindakan laki-laki di depannya ini membuat Aleza terkejut.
"Apa yang kau lakukan?!" Pekik Aleza
"Menggendong, anda tidak lihat?" Jawab pemuda itu dengan santai
"Aku tidak perlu digendong" jawab Aleza
"Jangan keras kepala, coba lihat luka anda memangnya anda bisa berjalan dengan keadaan seperti ini" ucap pemuda itu dengan dingin, lelah untuk berdebat lagi, Aleza memilih diam.
Saat menyusuri jalan di dalam mobil suasan hening tidak ada ada yang berbicara hingga suara pemuda tersebut memecahkan keheningan.
"Dimana letak rumah anda?" Tanya pemuda itu
"Di jalan Farmhouse nomor 08" jawab Aleza
Setelah mendengar jawaban Aleza, pemuda itu tidak bertanya lagi dan kembali fokus menyetir
Mereka telah sampai di depan rumah Aleza. Aleza membuka safebeltnya dan hendak membuka pintu mobil tetapi pemuda itu mencekal tangannya"Mau saya g-"
"Tidak, saya bisa sendiri untuk berjalan dan terima kasih atas tumpangannya, permisi"
Aleza melepas tangannya dari pemuda itu lalu membuka pintu mobil dan berjalan ke rumahnya dengan tertatih-tatih, pemuda itu hanya memperhatikan dari mobil dan menunggu Aleza masuk ke dalam rumahnya, setelah Aleza masuk pemuda itu menyalakan mobil dan tertegun sebentar
"Aku belum berkenalan dengannya" gumam Dante
KAMU SEDANG MEMBACA
Homesick
Randomtiada senyuman yang ada hanya raut datar dan tatapan menghiasi parasnya akan kah ada perubahan yang berarti nanti pada dirinya?