Pertemuan

37 4 6
                                    

Saat perjalanan menuju sekolah, Letta yang bersemangat menggayuh sepedanya tidak sengaja ada seorang anak laki-laki yang membawa motornya ugal-ugalan kemudian menyerempet Letta. Letta yang kehilangan keseimbangan akhirnya jatuh.

Bruk!!!

"Aw... Sakit." ucap Letta meringis karena lutut dan sikunya berdarah.

Orang-orang yang berlalu lalang dijalan menghampiri dan membantu Letta.Sebagian orang ada yang mengumpat pada pengendara sepeda motor itu. Sementara seorang yang menyerempet Letta sama sekali tidak merasa salah, dia hanya melirik kaca spionnya kemudian melaju lesat.

"Nak kamu gak papa kan?" tanya salah satu ibu-ibu.

"Saya baik-baik saja bu." sahut Letta.

"Lututmu berdarah, sikumu juga nak." ujar Ibu tersebut.

"Nanti juga sembuh bu, terima kasih, saya harus sekolah dulu bu, nanti saya terlambat." ucap Letta menyakinkan ibu itu.

Letta yang berusaha menaiki sepedanya dengan susah payah sembari menahan rasa sakit yang ada di lutut dan sikunya.

"Letta kamu pasti bisa!" yakin Letta pada dirinya. Setelah susah payah Letta menahan sakit bahkan dia membiarkan lukanya mengering akhirnya,beberapa menit kemudian Letta sampai di sekolah tercintanya.

Letta yang tergesa-gesa memakirkan sepedanya, untung dia sampai satu menit sebelum terlambat jika Letta tidak datang pagar besi nan kokoh itu pasti tertutup rapat dan Letta tidak akan diizinkan masuk oleh Pak satpam.

"Huffhh... Selamat." batin Letta.

Letta yang berjalan menyulusuri koridor tidak lupa dengan senyum yang selalu dia andalkan, senyuman yang manis bak gula. Saat dia menyulusuri koridor banyak adek kelas yang kagum terutama anak laki-laki, ada juga yang berbisik-bisik ingin menjadi pacar Letta Tetapi Letta hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku adek kelasnya itu.

***

Letta yang kesusahan membawa setumpuk buku, dia sama sekali tidak sengaja menabrak seorang anak laki-laki dan semua buku yang dibawa Letta jatuh berantakan dan anehnya cowok tersebut sama sekali tidak membantu Letta. Dia hanya memandang Letta sekilas lalu pergi begitu saja.

"Maaf." kata Letta. Tidak ada sahutan membuat Letta mendongak ke atas dan seketika membuat Letta kaget.

"Hah... kok gak ada, apa jangan-jangan yang aku tabrak setan ya." gumam Letta.

Sepanjang koridor Letta tak habis-habisnya merapal doa. Semoga kejadian yang tadi tidak terulang kembali.

"Masak iya sekolah bagus kayak gini ada hantunya sih." pikir Letta.

Jika bukan karena Pak Hutomo menyuruhnya mengambil buku sendiri, mungkin sekarang Letta tidak akan takut, dia bisa meminta bantuan pada temannya untuk menemani Letta.

Tanpa aba-aba kakinya yang semula berjalan terus akhirnya sampai dikelas XI Ipa 2 kemudian Letta masuk kelas seketika dia langsung melapor Pak hutomo.

"Pak, tadi saya ketemu hantu." ucap Letta.

"Hah, masak sih?"

Sedangkan siswa-siswa menertawai Letta. Letta bingung padahal dia tidak berbohong kenapa mereka pikir itu hal konyol.

"Hahaha, Let Let lu pikir di siang bolong ada hantu?" ujar salah satu teman Letta.

"Sudah-sudah Letta silakan duduk." suruh Pak Hutomo.

"Iya Pak."

Pelajaran pun dimulai, ketika Pak hutomo menjelaskan materi tiba-tiba ponselnya berdering.

Kring...kring...kring

"Sebentar ya nak." pamit Pak Hutomo kemudian mengangkatnya.

"Halo." ucap Pak hutomo.

"..................."

"Oh baiklah bu." jawab Pak Hutomo.

"..................."

"iya bu."

Pak Hutomo kemudian memberitahu kepada siswa akan ada siswa baru pindahan dari jerman.

"Anak-anak akan ada siswa baru dikelas ini." ujar Pak Hutomo. Kelas XI Ipa 2 sekarang heboh dengan topik siswa baru apalagi pindahan dari jerman.

Tok...tok...tok

"Silakan masuk nak!" suruh Pak Hutomo. Tanpa menjawab siswa laki-laki tersebut masuk begitu saja.

"woy ganteng banget."

"Ah abang pengen aing bungkus."

"Hilih gantengan akulah"

"Alay"

"njir muka gue kalah sama tuh anak baru."

Begitulah ujaran dan hebohnya kelas Ipa 2 ini. Hanya ada satu siswa yang diam yaitu Letta.

"Nak, silakan perkenalkan dirimu!" suruh Pak hutomo.

"Nama saya Algiedi Dergle Lexon dari Jerman." ucap Al yang singkat sekali.

"Oke Al kamu boleh duduk dengan Letta." ucap Pak Hutomo sambil menunjuk tempat yang akan Al duduki.

"Hai, namaku Arletta Dema Addison, kamu boleh manggil aku Letta senang bisa berteman denganmu." ujar Letta.

Al hanya memandang lurus ke depan tanpa niatan menjawab pertanyaan Letta. Letta menghela nafas kasar dan kemudian fokus pada materi Pak Hutomo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let's time change everythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang