FF. 1

19 4 2
                                    

Seorang gadis yg masih mengenakan   seragam sekolah putih abu-abu itu berdiri dipinggir trotoar seraya mengetuk-ngetukkan kakinya ditanah. Bosan.

"Olven mana sih?!" gerutunya pelan.

Tin! Tin!

"Buruan."

Seorang cowok datang, mengendarai motor besar. Berhenti tepat didepannya.

"Kenapa kamu lagi? Olven mana?" gadis itu mencebikkan bibir.

"Olven lagi latihan basket. Buruan naik!" titah cowok tadi.

"Iya iya! Sabar dong," kemudian gadis itu menaiki jok belakang.

Buk!

Sebuah hoodie berwarna hitam melayang dan mengenai tepat diwajah sang gadis.

"Pakai."

Sambil mencebik gadis itu memasangkan hoodie itu disekitar pinggang untuk menutupi bagian lututnya.

Setelah itu motor yg mereka kendarai melaju kencang membelah jalanan sore yg mulai padat.

***

Flashback On.

"Bunda..."

"Ss.. sembunyi.."

"Bunda.. Vee takut.."

Wanita paruh baya itu mendorong sang putri kearah lemari pakaian. Menyembunyikan gadis kecil itu didalamnya.

Prang!

Suara pecahan kaca menggema didalam ruangan yg sempit itu.

"Ayo keluar kau gadis nakal!" suara parau itu berasal dari seorang lelaki paruh baya yg tengah mabuk berat.

Gadis kecil yg sedari tadi didalam lemari membekap mulutnya menggunakan kedua tangannya yg kecil. Menahan isakan yg akan keluar.
"Dasar tidak berguna! Mana cepat berikan anak itu!"

"Tidak, Mas!"

"Kau..."

Prang!

"Mati kau!"

Lalu, suara derap langkah itu menjauh. Meninggalkan keheningan.

Ceklek!

"B-Bunda!"

"Bundaaa"

Suara tangisan mulai menggema diruangan itu.

Flashback Off.

***
22.03 WIB

"BUNDA!"

Seorang gadis terbangun dari tidurnya dengan napas yg memburu cepat. Ia meraup mukanya dengan kedua tangan

"Bunda," lirihnya.

"Vee kangen bunda.." lirihnya. Air mata mulai berderai dari kedua matanya.

🍂🍂🍂

06.20 WIB

"Vee maunya dijemput Olven!"

"Gue berangkat sekolahnya bakalan telat kalo nganterin lo." jawab suara cowok diseberang telepon.

"Tapi, Vee... hiks" gadis itu -Evena (Vee)- mulai terisak pelan.

"Demi Tuhan. Lo nangis lagi? Oke oke gue jemput sekarang. Udah stop jangan nangis lagi."

Tut..

Seketika raut wajah Vee sumringah. Dia menunggu Olven digerbang depan rumahnya. Sembari bersenandung pelan.

Tuhan, bolehkah Vee meminta sesuatu pagi ini? Tolong buat Olven jangan dingin ke Vee lagi -ucapnya dalam hati.

Bagi Vee, Olven adalah hidupnya. Namun bagi Olven, Vee adalah masalah dihidupnya.

Brumm... Citt..

Seorang cowok berjaket jins warna biru dengan motor sportnya berhenti didepan Vee.

"Olven!" seru Vee riang. Menghampiri Olven yg hanya diam menunggu Vee menaiki motornya. Lalu melaju kencang membelah jalanan.

Vee melingkarkan tangannya dipinggang Olven dan menaruh kepalanya bersender dipunggung Olven.

"Olven.." panggil Vee yg dihiraukan.

"Vee sayang Olven." jujur Vee. Olven hanya diam, enggan menanggapi.

"Olven sayang Vee?" tanyanya. Yg lagi-lagi dijawab hembusan angin pagi.

Vee mencebikkan bibir. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Olven ngga sayang sama Vee ya?"

"Turun." ternyata mereka sudah sampai didepan gerbang sekolah Vee.

SMA Pertiwi.

SMA yg hanya diperuntukkan siswa perempuan.

"Olven ngga sayang sama Vee?" tanya Vee sekali lagi saat sudah turun dari motor dengan mata yg telah basah.

Olven menghela napas. "Sayang."

"Beneran?"

"Hm."

"Kalo gitu Vee juga sayang sama Olven," Vee tersenyum. "Vee masuk dulu ya. Makasi udah anterin Vee. Olven hati-hati dijalan. Jangan ngebut. Vee nggamau Olven kenapa-kenapa. Vee.. "

Ucapan Vee terhenti saat Olven mengangkat tangannya tanda untuk berhenti berbicara. Setelah itu Olven melenggang pergi dengan motor sportnya.

Vee menatap kepergian Olven dengan senyuman. Hari ini adalah hari paling bahagia untuk Vee.

***

 
Cerpen baru nihh...

Kasi semangat kek gitu...

😂😂😂

-+5 chapter.

FIGHT FEAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang