MF || 10. Cinta Tak Harus Memiliki

2.4K 214 15
                                    

Di drama-drama dan film-film romantis, adegan yang Azka alami saat ini, bukanlah adegan yang mengharukan, karena wanita yang dicintainya akhirnya bertemu dengannya lagi. Namun, berbeda situasinya sekarang ini, karena wanita yang dicintainya itu ternyata tengah berbadan dua dan sudah menikah dengan laki-laki yang paling dekat dengan dirinya, Gani sang sahabat.

Senyum miris dalam hati Azka, pertemuan yang tidak disengaja itu membuat hatinya teriris, apalagi bukan pelukan ataupun tangis haru, karena pasangan itu hanya berdiri saja, tanpa memeluknya ataupun rasa senang saat melihatnya, justru sebaliknya, mereka hanya diam membisu.

Azka menghela napas panjangnya, kemudian mengangkat dagunya dengan tubuhnya ia tegapkan, lalu, ia pun mencoba pergi dari posisinya sekarang.

Posisi yang justru membuatnya semakin menyedihkan dimata mereka berdua. Mengelap keringat dengan handuk mininya yang sengaja Azka letakan di lehernya, kemudian Azka perlahan-lahan bersiap-siap pergi.

"Azka, kaukah itu?" ucap wanita yang pernah menjadi tunangannya itu. Akan tetapi, Azka tidak menghiraukannya, justru tetap akan berlari. "Azka? Azka! Kenapa kamu pergi seperti ini? Azkaaa, kita perlu bicara. Azka!"

Erna terus memanggil namanya dan terus memanggilnya sampai teriakan itu semakin pelan dan ada nada terisak disana. Namun, Azka terus berlari, pergi dari mereka berdua, sahabat dan mantan tunangannya.

Azka takutnya, kalau menoleh kebelakang, rasa sakit hati ini akan bertambah parah, karena melihat kedua orang yang disayanginya itu terjalim satu ikatan pernikahan.

Benar kata orang, cinta tidak harus memiliki. Tapi, kalau jodoh tidak akan kemana. Meskipun Azka tidak berharap kalau Erna akan memilihnya, karena saat ini mereka berdua tengah menunggu kehadiran si jabang bayi. Sementara dirinya siapa? Kehadirannya tetaplah orang asing. Dirinya tidak ingin merusak rumah tangga sahabat dan mantan tunangannya sendiri.

Rasanya mereka berhak mendapatkan kebahagiaan. Dirinya pun berhak mendapatkan kebahagiaan, setelah apa yang ia alamai derita terakhir kalinya.

Air mata itu menetes tanpa Azka kehendaki, saat berlari pagi tersebut. "Apa ini? Keringatkah?" ucapnya lirih. Tangan Azka bertumpu ke pohon, ia menghapus air mata tersebut seraya menghela napasnya.

Setegar apapun dirinya, pasti ada rasa sedih saat wanita yang dicintainya itu telah menikah dengan sahabatnya sendiri.

Setelah dirasa perasaannya sudah tegar kembali, Azka pun berlari kembali untuk pulang, karena ingin segera mandi dan akan membangun usaha kecil-kecilan. Karena, tidak mungkin dirinya ke tempatnya kerjanya dulu, pastinya posisinya sudah ada yang menempati. Berbeda dengan Gani, yang memang mempunyai perusahaan sendiri.

Saat Azka sudah sampai di komplek perumahaannya, di depan gerbang itu ada mobil sahabatnya tengah terparkir.

Situasi seperti ini, cepat atau lambat akan Azka hadapi, lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah apapun. Sehingga Azka pun menghirup udara segar itu kemudian menghembuskannya lewat mulut secara perlahan-lahan.

Langkah kakinya pun, kini melangkah perlahan menuju ke rumahnya yang masih tertutup gerbang. Karena Paman dan Bibi tadi pulang ke rumahnya dulu.

Gani yang berdiri di depan gerbang itu, akhirnya membalikan badannya dan melihat Azka yang penuh dengan keringat.

"Hai." ucap Gani lirih, seraya tersenyum kaku saat melihat Azka dihadapanny.

"Halo." sahut Azka sengan tersenyum lebar. "Apa kabar, sob?"

"Ah, gue baik-baik saja. Lo sendiri bagaimana kabarnya?"

Azka mengangkat bahunya, "Hmmm... lihatlah, gue baik-baik saja dan sehat. Sudah lama kita tidak bertemu."

My Fiance ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang