MF || 03 - Petaka

9.5K 290 13
                                    

Musik berdentum memekakan telinga, akan tetapi semua itu tidak mengganggu pengunjung, yang justru sangat menikmati alunan musik yang sangat keras itu.

"Satu gelas lagi." ucap Gani lirih, karena ia sudah mulai mabuk berat akibat minuman yang memengaruhi kesadarannya.

Mabuk dilarang, karena bisa mengakibatkan sipeminum dan orang-orang disekitar menjadi dampaknya. Makanya janganlah mabuk, karena apa yang dilakukan tanpa kontrol kerja otak dan kesadarannya sendiri.

Sama seperti yang dilakukan Gani saat ini, ia hanya dian ditempat kursinya seraya meminum minuman yang memabukan di bar dekat pantai tersebut.

Meski begitu, Gani masih sedikit sadar dan bisa berjalan pulang ke hotel, dimana ia tinggal selama liburannya bersama keluarga Azka.

Setelah membayar minumannya, dengan berjalan sempoyongan, Gani berjalan sendirian di tepi pantai menuju area hotelnya berada. Namun, kesadarannya mulai menghilang dan jatuh tersungkur dipasir pantai.

Tidak jauh dari tempatnya berada, Azka dan Erna yang sedang berduaan tengah berjalan-jalan ditepi pantai seraya berpelukan mesra, menikmati suasana romantis dan menikmati waktu berduanya.

"Sayang... terimakasih ya, kamu mau menerima aku yang tidak sempurna ini." ucap Azka saat mereka berdua berhenti didekat batu karang besar.

Erna tersenyum seraya merangkulkan tangannya ke leher Azka, tunangannya. "Justru aku yang berterimakasih, bapak Azka Yunus. Kamu telah menerima kekuranganku dan mau menjalin hubungan denganku yang tidak sempurna ini. Aku bersyukur, kamu mencintaiku dengan sangat tulus. Makasih sayang. Aku sangat mencintaimu, Azka."

Azka tersenyum lebar dan semakin mengeratkan pelukan tangannya dipinggang Erna. "Manusia tidak ada yang sempurna, termasuk kita berdua, sayang. Mungkin kita dipertemukan karena kita bisa saling melengkapi."

Erna mengangguk dan keduanya pun tersenyum, kemudian pandangan wajah mereka berdua semakin dekat dan semakin dekat. Tidak lama kemudian bibir Azka menyentuh bibir Erna.

Sentuhan bibir keduanya perlahan-lahan semakin liar dan begitu agresif. Azka memagut dan terus menghisap bibir tunangannya penuh gairah. Saat desahan Erna keluar dari bibirnya, ciuman itu terhenti. Keduanya menjeda dan menetralkan deru napasnya yang terengah-engah.

Kening dan hidung kedua pasangan itu menempel satu sama lain, bahkan bibir mereka hanya bisa menyisakan jarak beberapa senti saja.

Lalu, mata mereka terbuka secara perlahan dan senyuman manislah yang dilihatnya.

Setelah itu Erna melepaskan pelukannya dari Azka, dan berlari karena malu. Saat berlari menghindari dari kejaran Azka, tiba-tiba matanya melebar saat melihat orang yang tergeletak di pasir pantai.

Sontak ia pun berhenti berlari dan langsung terkejut, sementara Azka pun ikut berhenti. "Ada apa?"

"Itu, ada orang."

Azka melihat apa yang ditunjukan Erna padanya. Sehingga Azka pun langsung berjongkok dan mencoba melihat siapa yang orang tersebut. Saat Azka mencoba membalikan tubuh orang tersebut, keduanya terkejut karena melihat siapa orang yang tidak sadarkan diri tersebut.

"Gani? Lo ngapain tiduran disini?" ucap Azka seraya menepuk-nepuk pipi sahabatnya. Sementara Erna langsung ikut berjongkok dan mencoba membantu atasan sekaligus sahabat tunangannya.

"Mas, lebih baik kamu tolong Gani, kayaknya dia mabuk, deh. Bau banget."

Azka mendengkus sebal karena bisa-bisanya sahabatnya itu mabuk-mabukan. "Huh, dasar Gani. Minum sampe teler kayak gini, nyusahin orang lo, Gani. Gak kasihan diri lo sendiri apa?" rutuk Azka sebal. Namun, tetap saja Azka mau menolong sahabatnya yang tidak sadarkan diri itu.

"Mas Azka jangan ngomong gitu, nanti aja kalo Gani sudah siuman, kamu marahinnya." ucap Erna yang ikut berjalan saat Azka menggendong Gani digendongan punggungnya.

Azka dan Erna pun tertawa, karena baru kali ini melihat Gani tepar seperti ini. "Tentu saja akan aku marahin habis-habisan, karena berani-beraninya mabuk seperti ini? Kalau tidak ada kita yang tau, mungkin ini anak akan tidur di pasir sampai pagi. Bisa-bisa hipertensi dia."

"Sudah. Jangan ngomel terus."

"Iya, iya sayang. Ini orang berat juga, makannya banyak banget, sih."

Erna sempat tersenyum mendengar ocehan tunangannya. Namun, ada sedikit kekhawatiran pada diri Erna, karena atasannya itu baru kali ini mabuk seperti ini. Ada masalahkah?

Buft... Azka langsung meletakan tubuhnya Gani diatas ranjang hotel tersebut dan mencopot sepatu yang melekat dikakinya.

"Sayang... kamu istirahat sana, biar Gani aku yang urus saja. Setelah beres, nanti aku juga akan istirahat." ucap Azka tersenyum menatap tunangannya yang sedang berdiri di dekat ranjang menatap Gani yang sedang terlelap.

Erna yang mendengar ucapan Azka barusan, sontak menoleh ke arahnya dan mengangguk pelan, "Iya, istirahat yang cukup ya. Besok kita sama Mama kan mau ke tempat paman dan bibi."

"Iya, sayang." sahut Azka seraya berdiri dan mendekati Erna. Lalu, Azka pun langsung memeluk pinggang Erna dan menciumnya lembut.

Apa yang dilakukan Azka dan Erna barusan, ternyata dilihat Gani yang tidak sengaja membuka matanya. Sempat berpikir, apakah mimpinya pun semenyakitkan ini?

Gani pun memejamkan matanya, meskipun belum sadar dari mabuknya. Tapi, air matanya ternyata menetes.

Setelah itu Ernah meninggalkan kamar Gani. Azka pun menghela napas panjangnya saat melihat baju sahabatnya ada yang terkena sisaan muntahan. "Gani, Gani, awas ya lo, kalau besok bangun. Gue pites karena mabuk kayak gini."

Azka pun mencoba naik ke atas ranjang dimana Gani berada dan mencoba membantu melepaskan baju sahabatnya yang kotor. "Huh, bau banget. Lo kayak gembel tau gak Gani, hehe."

Azka membantu Gani melepaskan pakaian kotor yang melekat pada tubuh sahabatnya itu. Namun, dengan rutukan dan ocehan yang Azka berikan kepada Gani. Meskipun Gani tidak mendengarnya karena masih belum sadarkan diri. Tapi, Azka terus saja merutuki apa yang Gani lakukan, karena bagaimanapun juga Gani sudah seperti saudaranya sendiri.

Saat Azka membuka celana Azka, tiba-tiba ide jail muncul dikepala Azka. "Aha, ini hukuman yang akan lo dapat, karena mabuk-mabukan kayak gini. Minuman setan lo minum, dasar."

Setelah Azka membuka seluruh pakaian Gani, Azka mengambil ponselnya dan memotret ketelanjangan sahabatnya itu dengan berbagai posisi.

"Boleh juga punya lo, sob. Gak beda jauh dengan punya gue, hehe." ucap Azka pelan dan langsung menutupi area selangkangan Gani dengan selimut. "Gue kirim ke WA lo, sob."

Kemudian Azka pun keluar kamar dan pergi meninggalkan Gani yang masih terlelap.

Namun, apa yang dilakukan Azka kepada Gani itu ternyata membawa petaka, karena Erna tengah malam masuk ke dalam kamar untuk memastikan Azka tidur dengan nyenyak dan Gani tidak apa-apa. Apalagi Erna mengira kalau Azka akan tidur dikamar Gani. Ternyata tidak.

Erna melirik kesekitar ruangan, siapa tau ada Azka, ternyata tunangannya itu tidak ada. Lalu, ia mendekati ranjang Gani dan memastikan kalau Gani tidak apa-apa. Matanya terbelalak saat Gani bertelanjang dada.

Petaka itu terjadi, saat Erna berniat menutup tubuh Gani dengan selimut, dan setelah itu pergi kembali. Sayangnya saat selimut itu sudah hampir menutupi tubuh Gani, tiba-tiba saja tubuh Erna terbanting ke ranjang, kemudian Gani menindihnya.

Kejadian itu begitu cepat, sampai membuat Erna tidak bisa berbuat apa-apa, saat ia disentuh oleh atasannya sekaligus sahabat tunangannya sendiri. Air mata mengalir saat Gani telah menodainya.

Diakhir kejadian itu, Gani berbisik tepat ditelinga Erna. "Dinda, i love you." setelah itu Gani tak sadarkan diri lagi.

□■□■□

Salam Hangat

(Wanda Niel)
IG : wanda_niel25

My Fiance ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang