prolog.

1.7K 113 19
                                    

[Combo skill: Vacuum slow time]

Dengan radius 300 meter, semua area disekitarku akan melambat dengan perbandingan 30 menit : 1 detik. Kumelangkah kedepan dan,

[koordinat Zero]

Kombinasi dari skillku berhasil, sebuah garis tambah dengan titik tengah yang memperlihatkan kelemahan musuh. Segera aku menyerang.

Sring, suara dari dua bilah benda tajam saling bertabrakan hingga membuat gelombang kejut dialiri oleh angin yang menghembus kencang.

"Kamu, bisa-bisanya kamu seperti ini." Sepasang dua netra saling bertatapan tajam dengan kedua katana yang masih saling beradu dengan tekanan.

Senyuman pahit mulai terlukis di wajahnya, ia menyeringai. "Maaf, ini sudah terlambat. Aku akan semakin tenggelam. Pribadi lainku sudah menguasai diriku."

"Tidak, ini belum terlambat. Sadarlah, jangan kalah." Aku menekankan katanaku menjadi lebih kuat dari yang sebelumnya.

Ancang-ancang kurang dari sepersekian detik. Ia mundur dan mengeluarkan skillnya.

"[Search]"

Sial, aku terlambat. Dia mencari  titik terlemahku, aku tak dapat menghindari jangkauan serangan telaknya sebab katanaku masih terlihat beradu dengan katana miliknya yang mulai menghilang bagai sebuah fatamorgana yang telah kudekati. Kecepatannya tak dapat kulihat dan kecepatanku tak dapat menandinginya.

Zleb, suara tajam yang menusuk daging baru saja terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zleb, suara tajam yang menusuk daging baru saja terdengar. Rasa nyeri mulai kurasakan, mataku melirik ke bawah melihat apa yang terjadi dengan perutku. Terlihatlah sebuah katana yang begitu tajam menancap di perutku. Darah segar berwarna merah baru saja mengalir keluar secara perlahan mewarnai katana miliknya, mataku mulai gelap dengan kepala yang merasakan  pusing, nyeri, dan dunia seakan berputar.

"Aku tak akan kalah. Aku pasti akan membawamu pergi ...," ucapku. Dia mencabut katananya, aku terjatuh sambil menutupi darah yang keluar dari perut dengan tanganku.

"I look forward to you. See you again, if lucky." Dia pergi dan melambaikan salah satu tangannya tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.

Aku ingin memberhentikannya tapi aku sudah tak dapat bergerak. Hanya salah satu tangankulah yang bergerak seolah ingin memegangnya. Meski kain yang ia kenakan pun tak masalah, tetapi sayang aku sudah tak dapat menggapainya. Aku sudah diambang batas.

Suara Langkah kaki perlahan semakin menjauh.

***

Aku masih hidup. Sial, dasar merepotkan. Lagi, aku harus bertambah kuat. Dia ini harus kulawan dengan kekuatan matematikaku. Aku harus lebih memperhitungkannya lagi.

Kamu akan kupastikan keluar dari dunia ini.




just wait and I'll make sure that happens

Tunggu saja dan akan kupastikan itu terjadi.

My Power Of Math Fantasies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang