Hembusan angin menerbangkan beberapa anak rambutnya yang terlepas dari ikatan. Sunyinya suasana yang bercampur dengan kepulan asap dan beberapa mayat yang bergelimpangan menambah aura mencekam yang kental terasa.
Masih berdiri di sana, dua manusia berbeda gender yang saling mengangkat senjata, dengan tekad yang sama kuatnya antara bertahan atau menyerang.
Meski wanita itu sudah terpojok dengan posisi yang mengerikan.
Namun ekspresi itu tetap tenang adanya, ia bahkan tak terlihat sedikit ketakutan meski ia tahu bergerak sedikit saja, itu akan membuatnya terjatuh dari ketinggian 127 meter dan berakhir dengan pertemuannya dengan malaikat kematian. Dia tidak pernah takut, karena dia adalah penantang maut yang ulung.Hari sudah semakin larut, namun ketegangan masih terasa di sana, bertarung dengan keheningan yang mendera dua insan berbeda gender tersebut.
Seulas senyum masih terpatri di wajah ayunya meski beberapa lebam menjadi penghias di sana. Tatapan itu tak lepas dari sosok tampan yang memakai seragam kebanggaannya lengkap dengan atribut lainnya juga Earpiece di telinganya sebagai media untuk mendengar perintah dari atasan yang mana tak ia dengarkan sama sekali. Dan orang itu adalah, suaminya.
"Kemarikan tanganmu, ayo kita bicarakan semuanya dengan kepala dingin." Pria itu menurunkan senjatanya, membiarkan perasaannya menang atas logika dan menatap penuh harap serta helaan napas penuh keputusasaan pada wanita di hadapannya kini.
Wanita itu menggelengkan kepalanya, masih teguh dengan apa yang ia lakukan, ia masih mengacungkan senjatanya lalu melepas ikat rambutnya, membiarakan surai indah itu tergerai dan bergerak mengikuti arah angin.
"Pembicaraan seperti apa yang kau mau, sayang. Pembicaraan manis antar suami-istri atau antar musuh?" Wanita itu terkekeh pelan dan menggeleng.
"Dengarkan ini suamiku. Kita masih berada pada satu ikatan yang suci, terjebak di sana dengan sumpah yang sialnya mampu mengobrak-abrik hatiku, tapi aku juga terikat sumpah yang lain. Sumpah yang mengikatku jauh sebelum aku bertemu denganmu," helaan napas itu terdengar lirih, membuat tatapannya redup dan sayu.
"Tapi percayalah ini," emerald itu menatapnya tanpa gentar. "Tidak akan ada pertemuan yang abadi, karena perpisahan selalu menyelip dan menghantui," senyumnya tipis terlihat "Mungkin, inilah saatnya. Saat terindah untuk kita berpisah."
Pria itu menggeleng frustasi, onyxnya menatap nanar pada tangan wanitanya yang mengusap perut itu yang datar, "Jangan!"
"Aku, akan membawanya pergi bersamaku, selamat tinggal suamiku!"
Bahkan di saat terakhir, senyum itu masih terpatri di sana.
****
Kisah mereka berawal dari sini
Otogakure, 20 maret 20xx
Riuh suara kembang api yang ditembakkan ke langit Otogakure membuat jerit dan decak kagum itu berbaur menjadi satu.
Cahaya kelip yang mengalahkan taburan bintang di musim semi, membuat siapapun terhipnotis akan keindahan hari ini. Festival tahunan yang di adakan setahun sekali selama dua hari berturut-turut di belahan selatan bumi Jepang itu sukses menarik wisatawan dari berbagai negara untuk berkunjung di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTED
FanfictionIni tentang rahasia, antara sepasang suami istri, yang terjebak dalam satu kondisi, hingga berakhir pada kenyataan untuk saling menyerang demi misi. Akankah mereka akan saling mempertahankan? Ataukah berakhir dengan saling menghancurkan? WANTED Nar...