Bab-2

1.3K 85 20
                                    

Ino terbatuk hebat ketika mendengar penjelasan dari sahabat yang sudah dianggap menjadi adiknya sendiri itu. Pasalnya, di antara mereka berempat, Sakura adalah yang paling muda daln paling polos di dalam masalah percintaan, dia juga menjadi kesayangan mereka, sesuatu yang paling berharga dan harus dilindungi. Meski sesekali gadis ini menunjukkan sisi liarnya. Namun kali ini, apa Sakura sedang melantur?

"Mohon maaf, bisa kau ulangi lagi pernyataanmu?"

Sakura tersipu dan memandangi benda indah yang menjadi pusat atensinya sejak pria itu memberikannya.

"Sakura...?"

"Pernyataanku yang mana? Pernyataan bahwa kini aku sudah tidak gadis lagi, atau kami bercinta dengan hebat dan melalui malam panas yang panjang dan menggairahkan, atau aku yang mau menikah?"

"Nah yang itu!" Ino terlonjak dan menunjuk Sakura. "Kau benar mau menikah, dengan pria satu malammu yang katamu sangat panas dan seksi itu? Apa kau serius? Sakura kau jangan melantur, jangan membuat  jantungku lepas dari tempatnya karena panah Temari nanti, mendengarmu sudah tidak perawan lagi saja sudah membuatku jantungan, lalu apa ini?" Ino membuka kedua tangannya meminta penjelasan.

Sementara sang pelaku hanya tersipu dan enggan menyela ocehan Ino, ia hanya meminta dengan bahasa isyarat pada wanita yang doyan berondong itu untuk tetap tenang.

"Tenang-tenang gundulmu itu. Sakura aku tidak mau tahu. Jika kau benar serius mau menikah, maka kau harus..."

"Aku tahu-aku tahu, kau tenang saja," Sakura kembali mengibaskan tangannya dengan santai, lalu memberikan senyuman terindahnya untuk meluluhkan hati Ino yang tengah kesal, "Aku sudah menyelidikinya asal kau tahu." Jawabnya yakin.

Ino menghela napas panjang. Susah berhadapan dengan Sakura dalam mode keinginannya yang kuat. Gadis ini, jika dia sudah memutuskan maka dia akan bersikeras untuk mendapatkannya.

Akhirnya si gadis barbie menyerah juga, ia menyandarkan punggungnya pada kursi dengan masih menggeleng tak percaya.

Dan yang lebih membuatnya kaget adalah ketika seorang pria tampan dan luar biasa seksi tiba-tiba saja memeluk leher Sakura dan mendaratkan kecupan singkat di pipi gadis itu.

"Jadi, pada siapa aku harus meminta izin?"

Alunan merdu tawa Sakura nyatanya masih belum bisa menyadarkan Ino dari rasa speechless nya, "Padanya," menunjuk Ino yang masih terbengong dengan tidak elitnya.

"Dan, pada kakak-kakakku yang lain," bisiknya lagi.

Kening Sasuke mengernyit lalu ia tersenyum dan mengangguk, tanpa basa-basi. Di depan Ino, Sasuke dengan gentle nya meminta izin pada gadis itu untuk menjadikan Sakura pendamping hidupnya.

"Aku, bingung harus menjawab apa."

Dan raut penuh rasa khawatir itu terlihat dengan jelas.

***

Konoha, 31 Maret 20xx

Terdengar helaan napas frustasi membelah malam, peluh membanjiri tubuh yang telentang tak berdaya di atas ranjang. Kedua tangan dan Kakinya terikat, mulutnya tertutup lakban, situasinya sangat tidak menguntungkan dan pria itu, dia tahu  jika dia sudah pada batasnya untuk berontak.

Di atas perutnya duduk seorang wanita dengan posenya yangenggoda, namun bukan itu yang membuatnya panik, bukan pose menggoda wanita itu yang membuatnya berada pada situasi di mana rasa frustasi sudah menguasainya, melainkan pada sebuah hammer dengan ssebelah sisinya yang tajam, yang bisa menembus jantungnya dengan satu kali serangan yang tengah dimainkan oleh wanita bertopeng itu. Ia hanya menunggu waktu dimana sebelah sisi dari hammer itu untuk menancap tepat di jantungnya dan mengoyak habis apa yang ada di dalamnya.

WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang