Kelas 5.
Dimana anak anak sudah lebih dewasa.
Ya.. bisa terlihat dari sikap kami yang menganggap semua teman dengan tidak ada lagi perundungan.Oh iya, teman sebangku ku yang pendiam itu, lebih memilih duduk sendiri. Dia yang bilang padaku, tidak mau membuatku susah. Dan aku kembali duduk bersama Safa yang tadinya lebih memilih duduk sendiri daripada duduk denganku.
Namun..
Itu bukan berarti, kami menjadi sangat akrab kembali seperti dulu. Cukup dengan membahas beberapa materi dan soal soal itu sudah membuatku senang walau hanya sebatas itu.Lebih senangnya lagi, hari ini aku ulang tahun. Aku tidak berharap muluk muluk dengan dibuatkan pesta ulang tahun. Tapi dengan mendengar ucapan selamat ulang tahun itu adalah targetku hari ini.
Aku berangkat pagi sekali. Bahkan lebih pagi daripada saat aku menyamper Bu Guru ku saat TK. Tak lama setelah aku duduk sendiri dengan suasana sepi sekolah, ada dua anak yang masuk ke kelas.
Aku sedikit terkejut karena itu Nata dan pastinya dengan sahabatnya Aldi. Nata memang siswa teladan tapi dia tidak pernah berangkat sepagi ini.
Aku menunduk menyembunyikan keterkejutanku. Namun, kejadian setelahnya membuatku lebih terkejut.
"Adiba" itu suara Nata.
Ku tengadahkan kepalaku melihat Nata yang berdiri tepat dihadapanku.
Dia memiring kan kepalanya sedikit dan tersenyum. Dia tulus melakukannya dan itu membuatnya berkali kali lipat tambah tampan.
Oke.. pagi ini kau sudah membuatku terbang. Bolehkah aku berharap lebih? Atau harusnya waspada, karena takut nanti jadinya aku jatuh dan itu rasanya sakit.
"Nih Aldi mau ngomong" ucapnya lagi setelah tidak mendapat balasan dariku. Kini nada bicaranya diselingi dengan kekehan geli.
Di balik Nata, muncul Aldi dengan kotak berbungkus kertas kado merah muda dipegang oleh kedua tangannya. Wajahnya menampakkan senyum selebar lebarnya.
Tunggu..
Apa ini?Di saat aku masih bingung, Nata pergi ke luar kelas meninggalkan aku dan Aldi.
Wah.. hidup memang penuh dengan kejutan. Terima kasih telah memberikannya di saat yang tepat.
"Selamat ulang tahun" ucap Aldi tak meninggal kan senyum di wajahnya.
Aku berusaha tersenyum lebar seraya menerima kado darinya.
"Terima kasih" aku tidak terlalu senang.
Maksudku, aku berharap Nata yang ada di posisi Aldi.
Apakah itu mungkin?***
Pendidikan Kewarganegaraan. Materi yang mampu memenuhi beberapa lembar bukumu. Seperti saat ini, aku harus menulis di papan tulis mengenai awal pembentukan PPKI dan rapat membahas dasar negara di papan tulis.
Berganti profesi di tahun ini, aku menjadi sekretaris. Lebih tidak enak dari pada menjadi wakil ketua karena disaat seperti sekarang aku harus menulis di papan tulis dan menyalinnya lagi di buku. Lucunya lagi, karena terlalu pendek aku harus menggunakan kursi untuk menulis di bagian papan tulis yang tinggi.Saat ini kelas kami ditinggal guru selagi diberi tugas menyalin materi yang ditulis sekretaris di depan. Aku bergantian dengan Safira untuk menulisnya. Keadaan kelas terbilang cukup tertib dibanding tahun lalu dimana aku sempat menjadi korban. Kejadian itu, aku jadi teringat. Safa dan teman teman yang lain sudah minta maaf padaku. Dan saat naik kelas keadaan menjadi lebih baik.
Huh..
Akhirnya dapat ku selesaikan bagian ku. Sekarang tinggal Safira melanjutkan. Mengerti akan tugasnya, Safira mengambil alih spidol dan buku paket PKn dari tanganku."Adiba, kamu kumisan" hendak ku kembali duduk, Safira berkata padaku dengan menunjuk arah bawah hidungku yang hitam.
Anak anak lain tidak terlalu peduli, mereka fokus menulis di buku catatan mereka masing masing.
Namun, tiba tiba Aldi yang duduk tepat di depan papan tulis, berdiri dan meraih tanganku untuk keluar kelas. Beberapa anak sempat teralihkan perhatiannya dengan aksi Aldi barusan. Tapi setelahnya, mereka kembali melanjutkan tugas menyalinnya.
Kemana Aldi akan membawaku? Bukankah di depan kelas juga ada tempat cuci tangan kalau dia menyuruhku membersihkan noda hitam spidol ini. Jika memang ke kamar mandi, ini bukan jalan menuju ke sana.
Langkah kami berhenti di UKS.
untuk apa kesini??"Bu, Adiba mimisan" ucap cepat Aldi pada perawat di UKS.
Tunggu..
MIMISAN???!"aku gak mimisan!" Protesku cepat.
"Safira tadi bilang aku kumisan karna kena spidol. Bukan mimisan" ucapku setelahnya menjelaskan.
Sadar dirinya salah paham, Aldi hanya nyengir kuda dan menggaruk tengkuk nya canggung.
Aku tak mempermasalahkannya. Malah sekarang aku menangkap sosok Nata di depan kelas.
Oh..
Sepertinya dia hanya membuang sampah.
Aku mikir apa sih? Berharap Nata khawatir dan menyusulku ke UKS? Gila saja..
KAMU SEDANG MEMBACA
Tigabelas
Teen FictionTiga belas. Angka kesialan. Aku suka seseorang 13 tahun lamanya. 1 tahun di TK 6 tahun di SD 3 tahun di SMP 3 tahun di SMA gila memang. Tapi lebih gila lagi ketika setelah 13 tahun, seseorang itu melamarku "mau kamu apa sih?!...kamu bukan anak kec...