"Gimana menurutmu, Taehyungie, kalau kakakmu Mama jodohkan dengan anak rekan kerja Papa?" tanya Mamanya suatu hari—kala Taehyung baru saja pulang dari kuliah siangnya dan ingin langsung ke kamar untuk tidur namun urung—karena pertanyaan yang dilayangkan padanya.
Langkah kakinya dituju pada Mamanya yang sibuk menyusun makan siang diatas meja makan; jatuhkan diri di salah satu kursi, "Ya, nggak apa-apa. Kali aja emang jodohnya kakak."
Kekehan pelan terdengar di rungunya, sebelum terlihat ekspresi masam nampak di wajah Mamanya, "Mama takut kakak kamu nggak suka, dijodohkan begini."
Paham karena Mamanya resah, Taehyung mengelus punggung tangan Mamanya, ingin menenangkan, "Nggak, Mama. Kakak pasti ngerti, kok. Mungkin awalnya canggung dan nggak terima, tapi, kita kan nggak pernah tau masa depan, Ma. Kali aja anak rekan kerja Papa ternyata benar-benar jodoh kakak."
Mamanya tersenyum, mengelus kepalanya sayang, "Makasih sudah tenangkan Mama, Taehyungie."
Taehyung hanya balas senyuman.
—
Canggung. Taehyung merasa lehernya tercekik kala keluarga calon tunangan kakaknya itu datang. Sialan, dasi yang melingkar di lehernya terlalu kencang dipasang Mamanya.
Lirikkan mata ke samping kanan, tampak kakaknya yang menggunakan dress hitam pendek selutut mengulas senyum manis dihadapan keluarga calon tunangannya. Taehyung juga bisa melihat ada rona tipis yang terlukis di wajah itu.
Seperti yang ia duga, kakaknya tidak akan menolak perjodohan ini. Mungkin, menyukainya.
"Ayo, kenalkan diri." Mamanya berujar seraya menyenggol lengan kirinya. Taehyung dengan kikuk membungkukkan badan dan ulas senyuman tipis.
"Selamat sore, saya Kim Taehyung."
Bisa ia lihat kedua orang tua serta anak perempuan yang dibawa keluarga calon tunangan kakaknya itu tersenyum manis. Lain hal dengan anak lelakinya yang balas dengan senyum kaku.
"Selamat soree, saya Kim Jennie, kakak Kim Taehyung."
Terdengar suara ramah kakaknya, Taehyung menatap pasang wajah keluarga calon tunangan kakaknya itu satu persatu. Bisa ia lihat kakaknya masih ulas senyum malu ke arah anak lelaki yang duduk diseberangnya; yang dibalas dengan ekspresi diam anak lelaki itu. Mungkin yang lelaki terlalu terpesona dengan kakaknya, hingga tak sanggup berkata.
"Taehyungie, kamu dengan Somi ke kamar dulu, ya."
Taehyung hanya mengangguk pelan karena mengerti, lantas berdiri dan mengajak anak perempuan yang—tampaknya—lebih muda darinya itu dengan kikuk. "Ehem, ayo."
Taehyung menduga anak perempuan yang tengah bersamanya ini tipikal anak yang ekspresif, banyak bicara; tipikal sanguinis, terlihat dari ekspresi wajahnya yang menatap kamar Taehyung dengan begitu antusias dan penuh binar di matanya. Padahal menurut Taehyung, kamarnya biasa saja.
"Ini, kamar kakak?" suara anak itu terdengar excited, tidak kaku sama sekali pada orang yang baru saja ditemuinya.
Taehyung hanya mengangguk sebagai balasan.
Benar saja, anak perempuan yang bernama Jeon Somi itu dengan tidak ada rasa canggung langsung mendudukkan diri diatas kasur Taehyung; ambil salah satu boneka berwarna merah disana dan memeluknya erat.
"Kak, ayo, sini. Kita ngobrol!" ajaknya penuh antusias. Taehyung menggaruk tengkuknya canggung, namun langkahnya ia tuju ke kasur kemudian dudukkan diri disamping anak perempuan itu.
"Mau ngobrol apa?" tanya Taehyung pelan, ingin menghilangkan canggung.
"Um, apa aja! Aku suka ngobrol sama orang!"
"Kamu saja yang ajak obrol aku, gimana?" tawae Taehyung canggung, "Aku—um, kakak agak bingung mau obrolin apa."
Somi ulas senyum lebar, lantas tangannya mencubit pipi Taehyung gemas, "Ih, kakak lucu! Aku suka! Kakak nggak mau jadi kakak aku aja gitu? Tukar sama kakak aku, jadi kita tukar tambah begitu."
Taehyung meringis pelan karena pipinya tak henti ditarik-tarik. Pasrah saja dengan kelakuan Somi.
"Kak Tae, menurut kakak, kakak aku cocok nggak dijodohkan dengan kakaknya kak Tae?" tanya Somi setelah lepaskan cubitan.
Elus pipinya yang masih terasa sedikit sakit, Taehyung menjawab, "Cocok aja, mungkin?"
Somi mendengus pelan, "Sebenarnya, kakak aku itu awalnya nggak mau dijodohkan begini. Bunda paksa, kesal habisnya dengan kakak yang selalu menunda cari pasangan."
"Terus, gimana ceritanya?"
Somi hadapkan badannya keseluruhan ke arah Taehyung, "Bunda waktu itu kasih liat dua foto; foto keluarga kakak, sama foto kak Jennie."
Taehyung bisa lihat Somi tersenyum lebar, "Terus, kata kakak, dia mau! Katanya, naksir!"
Taehyung tersenyum tipis, "Wajar, dong. Kak Jennie cantik begitu. Wajar kakak kamu naksir."
Taehyung tidak tahu saja kalau Somi memasang ekspresi datar setelah mendengar kalimat Taehyung.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
hard
Fanfiction-do you know how hard it is to, be the one to fix you? +kookv +semi-baku +bahasa!