PENGAKUAN

23 2 0
                                    

Mengurai benang kusut bukanlah hal yang mudah, terlebih ketika perasaan dan ego mulai tidak tentu arah dan saling mendominasi. Mencoba berpikir ulang untuk menyelaraskan hati dan pikiran, namun hal itu terasa sulit dalam bahasa cinta.

HAPPY READING

Sejauh mata memandang terlihat hamparan bunga yang indah, semilir angin membelai pipi, terasa begitu menenangkan jiwa. Nampak seorang gadis cantik sedang duduk menikmati angin sejuk yang menyelimutinya.

"Sohyun-ah ... apa kau sudah lama menunggu? Maafkan aku." ucap Joohyuk
"Tidak apa-apa, aku baru saja sampai." jawab Sohyun sambil tersenyum lembut
"Ini untuk mu ...." Bouquet bunga kini berada di hadapannya, Sohyun memandang Joonhyuk dengan tatapan bingung.

"Kenapa? Kau tidak suka bunganya?" tanya Joohyuk
"Bukan begitu, dalam rangka apa kau memberiku bunga?" tanya Sohyun heran
"Kau melupakannya? Hey ... biasanya kau yang selalu ingat, ini tanggal 10 sayang, selamat tanggal 10." Joohyuk memeluk Sohyun dengan senyum yang tidak luntur dari wajah tampannya

DEG

Seolah di tampar kenyataan Sohyun membeku sejenak, tidak berapa lama kemudian ia membalas pelukan Joohyuk dengan erat, seolah menyampaikan segala rasa yang tidak pernah bisa ia sampaikan.

'Maafkan aku'
'Maaf'

Hanya kata itu yang terus berputar dalam pikiran Sohyun saat ini, namun tidak dapat terucap.

10 Februari 2020

Nampak sepasang kekasih tengah menikmati kebersamaan mereka, merajut kalimat canda hingga membuat tawa. Sungguh Sohyun begitu bahagia karena beberapa hari terakhir Joohyuk begitu sering meluangkan waktu untuk dirinya. Namun ada rasa hampa yang entah diapun tidak mengerti itu apa.

"Sohyun-ah, aku ingin mengatakan sesuatu."
"Apa?"tanya Sohyun
"Kau tau, aku sudah harus melakukan penelitian bukan? Kemungkinan aku akan jarang menemuimu." Jelas Joohyuk pada Sohyun
"Aku mengerti, tidak apa-apa ... kau harus semangat dalam penelitianmu eoh." ucap Sohyun sambil tersenyum manis

"Terima kasih karena sudah mau mengerti."
hanya anggukan kecil yang Sohyun berikan sebagai jawaban. Mungkin karena sudah terbiasa, Sohyun tidak begitu memikirkannya.

Beberapa waktu telah berlalu setelah perkataan Joohyuk tempo hari, pria itu benar-benar hilang tanpa memberi kabar pada Sohyun namun bukan hal itu yang menjadi pikirannya saat ini tetapi sosok lain, seseorang yang kerap kali mengisi harinya di tengah gundah gulana.

Saat sang surya menyapa dan mengiringi langkah setiap insan, Sohyun kini terdiam tepat dihadapan Yeri. Yeri benar-benar tidak habis pikir dengan pemikiran sahabatnya ini.

"Sohyun dengarkan aku, kau itu sudah berpaling dan mencintai su-
"Tidak Yeri, kau salah ... aku yakin ini hanya perasaan sesaat, kau tau bagaimana aku terhadap Joohyuk sejak awal, aku yakin ini hanya karena aku terbiasa dengan keberadaannya ...." Sohyun sesungguhnya masih bingung dengan apa yang ia rasakan saat ini, namun ia masih mencoba menyelaraskan pikirannya terhadap hatinya.

"Logikamu mungkin menolak, tapi hatimu tidak dapat berdusta," tegas Yeri
"Jika kau rindu padanya ... hubungi dia sekarang dan katakan padanya." sambung Yeri
"Tidak semudah itu Yeri, setelah pengakuannya tempo lalu, aku benar-benar terkejut ... dan jika saat ini aku menghubunginya hanya untuk mengatakan aku merindukannya, aku takut akan membuat semuanya kacau."

"Ya Tuhan Sohyun, kau hanya mengatakan merindukannya ... bukan berusaha menyakitinya."
"Kau tidak mengerti Yeri, jika aku mengatakannya, aku takut kami akan canggung atau bahkan saling menghindar ... tolong mengerti, aku sedang berusaha menyadarkan diriku."

FATEWhere stories live. Discover now