01.

196 51 23
                                    

Tatapan tajam, desisan, ejekan dan makian dari keluarga sendiri, sudah biasa. Aku bahkan sudah bisa memakluminya. setiap hari aku menerima hal ini, setiap hari juga aku harus menguatkan diri sendiri. " tak apa, tak apa. dalam setahun lagi kamu bisa meninggalkan tempat ini, ayo bertahan sedikit lagi andira. " pekik batinku setiap hari.

Siang itu aku mendapat panggilan dari sekolah, tepatnya dari ayahku. Katanya aku akan dipindahkan ke swiss.

" Pergilah ke swiss, semuanya sudah saya urus." ujar suara di seberang telepon.

" tentu. Kapan saya bisa berangkat ? "

" 3 bulan lagi akan ada pertukaran siswa. Bersiaplah sampai saat itu " jawabnya sambil mengakhiri panggilan

Aku tidak menyangka akan seperti ini, terlalu cepat. Namun inilah yang aku inginkan dan aku mendapatkannya, aku bahagia. ah, aku lupa memperkenalkan diri. Hai namaku andira, lebih tepatnya andira ragadis. Ayah dan ibuku berpisah saat aku berumur 7 tahun ibuku memiliki sebuah toko dan ayahku yang seorang politikus. Salah satu kesalahanku adalah aku lebih memilih untuk tinggal bersama ayah yang super sibuk ini walaupun tidak akan lebih buruk dari seorag ibu yang membenci anaknya sendiri.

" andira ! ngapain aja lo didalem lama bener " teriak nadin mengejutkan ku

" aish nadin ! enggak usah pake teriak gitu bikin kaget. " ujarku

" susu coklat nya udah abis dir, mampus deh lo " nadin menyahut, seraya memutar balik tubuhnya, menghadap kehadapanku.

Alih alih merespon, mataku justru teralihkan dengan segerombolan siswa yang tengah berkumpul, seperti sedang menonton sesuatu.

" din, ngapain anak anak disana ? " tanyaku pada nadin

" eh, hmm..." matanya beralih seperti sedang menyembunyikan sesuatu

" risa lagi, ya ?  yuk din "

Tatapan menyedihkan, mulut membicarakan. terfokus pada seorang remaja yang tengah dirisak di tengah keramaian. Tubuhnya basah kuyup dan beberapa orang tengah merekam kejadian ini. Sialan lihatlah semua orang seperti mengenakan penutup mata, menjijikan.

" dasar anak manja, menyusahkan "

Sahutku membawa pandangan mereka beralih, menghadapku.

" apa maksud mu dengan anak manja, dira ? " ucap salah satu dari mereka menghampiriku dengan tatapan sinisnya

" loh masa gatau artinya? Itu loh orang orang yang bergantung sama orang tuanya , kurasa "

" lo ngatain gue ? " dia menaikkan suaranya

" loh kapan ? ngerasa kali, malesin banget "

" sialan, bukannya lo pengen di pindahin ya ke swiss ? kasian banget. Nyadar dong orang tua lu aja ga pengen ngurusin lo lagi, jadi--- "

Ucapannya terhenti, pada dasarnya memang aku berencana untuk menampar gadis ini jika dia melanjutkan perkataanya. Namun, matanya menoleh melihat sesuatu dibelakangku, lantas aku membalikan tubuhku melihat apa yang terjadi

ah, ternyata seperti yang di duga, itu endaru.

***
hallo ! Disini dengan penulis, ini karya pertamaku yang telah di revisi. maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan kata huhu .
Untuk kritik dan saran sangat dibutuhkan , silahkan tinggalkan di bawah terimakasih !

Endaru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang