Gusar, pikiranku melambung tinggi. Memikirkan si kotak putih, rasanya aneh mengapa aku seingin tahu ini. Diam di tempat mata tertuju ke satu arah, papan tulis. Namun, tidak dengan pikiran ku. tidak ingin bekerja sama, membuat tak focus memperhatikan guru yang sedang mengajar didepan kelas.
" bawa dia pergi dari rumah saya sekarang ! berkali kali saya katakan, saya tidak ingin mengasuh anak milik orang lain ! "
terlintas, aku kembali mengingat saat tangan itu ditunjukkan kearahku. Seperti sesuatu yang tak sepantasnya dan yang ingin dilepaskan. Saat itu aku tersadar, keberadaanku memang tak diinginkan sedari dulu. Saat mempertanyakan kejelasan, dia berkata satu satunya mengapa aku tak diinginkan olehnya disini adalah karna darah kami yang tak sama. Batinku selalu mempertanyakan sesuatu yang sama, kemanakah harus ku buang raga ini jikalau asma ku bahkan tak diterima.
Sudah bertahun-tahun yang lalu kejadian itu, menyebabkan sang ibu yang memilih pergi. Namun, tetap saja bagian kepingan memori ini akan membusuk di pikiranku. Kembali tersadar, saat ini bukanlah kala itu. kini aku akan segera bebas setelah kepergianku ke swiss nanti.
Tepukan di punggung membangunkan ku dari lamunan, aku menghembuskan nafas dengan kasar, aku sangat benci ketika mengingat hal ini. Sayup sayup dapat ku dengar suara bisikan dari arah belakang meja ku.
" hei ! dira "
Suasana kelas sangat tenang karna kebetulan si guru killer sedang mengajar. Dapat kurasakan kembali tangannya menepuk pelan punggungku, kali ini disertai dengan bangku yang digerak gerakkan dengan sengaja.
" apa ru ? ada guru gausah berisik "
" ke uks ya, sepuluh menit lagi " ujarnya berbisik
Aku membuka buku ke halaman dimana terakhir kali aku menulis, mengambil pena dan mulai memperhatikan. Tak begitu kuacuhkan perkataan Endaru tadi, saatnya fokus dengan apa yang telah ada kini.
" ... shttt ... dira, jangan lupa ya "
Dia mengingatkan ku selama lebih dari tiga kali selama jam pelajaran. Aku tidak mengerti mengapa duniaku seberisik ini dan lebih anehnya lagi Endaru yang biasanya tidak menghiraukan apapun saat sudah berhadapan dengan alat tulisnya kini malah berubah menjadi bocah mengesalkan.
Tiga menit berlalu, dia mengangkat tangannya berdiri, meminta izin keluar kelas dengan alasan kepala yang pusing, sembari ia memalingkan wajah melihat ke arahku sambil memberikan sinyal dengan tatapan matanya. Wajahnya terlihat sangat serius sebelum pergi, membuatku sekarang tidak sabar menunggu tujuh menit.
menit berlalu detik berganti, waktu terlihat berjalan sangat lambat kini.
" dua menit lagi dir, ayo fokus dulu " ujar batinku sembari mata yang sedari tadi selalu melihat ke arah jam tangan yang kukenakan.
" Andira ? " kejut si guru killer, entah sejak kapan ia melangkah ke tempat dudukku, mengagetkan.
" eh, iya pak "
" boleh tolong bapak memeriksa daru ke uks ? guru yang bertugas sedang tidak hadir, saya mendapat panggilan " ujarnya
" siap pak " jawabku sembari bergegas berdiri dan berjalan ke luar kelas
Endaru menunggu di depan lorong uks dengan tenang serta tengah menghadap melihat ke jendela ruangan kelas yang tengah terbuka, aku berjalan ke arahnya namun, sepertinya ia tak sadar aku telah disini karna belum sepuluh menit.
" Enda—"
" brukkk !!! "
Dalam sekejap aku menutup mataku, suara pekikan pun lepas dari tenggorokan ku. Seperti sesuatu yang tengah dijatuhkan ke tanah, sesuatu yang sangat besar. Pelan pelan aku membuka mata ku. Di samping dari arah jendela yang terbuka, si gadis tengah bermandikan darah dan Endaru yang kini berada disampingnya.
***
hallo ! Disini dengan penulis, ini karya pertamaku yang telah di revisi. maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan kata huhu. Untuk kritik dan saran sangat dibutuhkan, silahkan tinggalkan di bawah terimakasih !♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Endaru
Romanceㅤ ㅤㅤ ㅤ Dari sudut matanya, terpancarkan kebisuan, menggenggam erat ironi bersama keraguan, Endaru namanya. Sulit, namun aku memilih untuk memeluknya memilih untuk mengejar cahaya bersamanya. Walau raga kian mengaduh, sebelum matahari teduh terlonta...