Mine

1K 139 6
                                    

Setiap kali kukunya tercabut, teriakan Camie makin keras, tangisannya menjadi, darah mengucur dari jari.

"Sakit?" tanya Midoriya pada Camie yang meringis kesakitan dan menangis sekaligus. Ia mengusap pipi Camie yang penuh dengan air mata.

Cewek itu terisak, "gua mohon, lepasin gue. Gua janji akan lakuin apa aja. Tapi, gua mohon lepasin gua."

Midoriya melemparkan tatapan kosong pada Camie.

Tiba-tiba bayangan tangan Bakugou yang disentuh oleh Camie melintas di benaknya."Belum bisa! Kakak masih harus dihukum, karena udah berani nyentuh Kacchan." sekejap, cowok berambut hijau itu meraung marah, membanting tang dalam genggamnya ke lantai.

Midoriya memejamkan mata, menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan. Berusaha mengontrol emosi, permainan masih panjang, jadi ia tidak perlu terburu-buru.

Midoriya mengukir senyuman manis, amarahnya menguap dengan cepat. Seakan-akan, ia sama sekali tidak pernah marah.

Dia mengambil kembali kamera, merekam Camie dari dekat.

"Kakak~ aku tanya sekali lagi. Bocah gendut yang ada dalam vidio itu siapa?" tanyanya tuk kedua kalinya.

Camie bungkam, bibirnya tidak berbicara namun sorot matanya bercerita banyak. Mata itu menatap lekat lensa kamera.

Perasaan murka dan ketakutan tersirat di mata itu.

Tubuh Midoriya gemetar kegirangan. Menarik, mainannya kali ini sungguh luar biasa.

Sebenarnya Midoriya sudah tahu, dan ia juga tidak peduli jawabannya, Midoriya hanya ingin jawaban itu keluar langsung dari mulut Camie.

"Gak mau menjawab, yah," renung Midoriya. Melirik pisau daging berukuran besar yang berada di atas meja. Ia meraihnya. "Kakak, ini pisau daging, dan aku yakin kakak tau pisau dipakai untuk memotong."

Camie bergeliat gelisah, firasatnya mengatakan akan ada sesuatu yang buruk bila terus melanjutkan aksi diamnya.

"Bagaimana yah, kalau misalnya pisau ini memotong jari-jari kakak? Apa akan terpotong rapih? Atau malah tidak? Bagaiamana kalau dicoba?" Midoriya menyeringai, "Kakak harus pikirin matang-matang, kakak diem terus kayak gini, mungkin jari kakak bakalan beneran kepotong. Jari sama kuku beda, loh. Jari gak akan bisa tumbuh lagi seperti kuku."

Dengan sengaja Miidoriya menggoyangkan pisau daging dengan bilah yang tajam, berkilau ditimpa cahaya temaram lampu yang menggantung di langit-langit ruangan.

Tepat di depan mata Camie.

Hening yang menanggapi perkataan Midoriya.

"Sayang sekali."

Camie berteriak nyaring saat pisau daging itu memotong jarinya, membuatnya buntung. Jari itu jatuh ke lantai. Midoriya memungut jari berdarah itu dan menyimpannya ke dalam saku hodie miliknya, sebagai souvenir untuk Jonny- anjing peliharaannya.

Anjingnya itu pasti akan senang mendapatkan hadiah.

"Masih gak mau menjawab?" Midoriya tersenyum sedih.

Dengan keras kepala Camie menggelengkan kepala, tidak mau menjawab pertanyaan Midoriya.

"Sayang sekali," ulang cowok itu lagi. Memotong jari yang kedua. Dan lagi, Camie berteriak kesakitan. "Kakak, masa kakak gak mau mengakui diri sendiri, sih? Gadis jelek yang ada dalam vidio kan kakak sendiri."

Dengan cepat Camie menyangkal. "ENGGAK! ITU BUKAN AKU, AKU GAK GENDUT ATAU JELEK KAYAK GITU. AKU CANTIK. SEMUA ORANG SUKA SAMA AKU. AKU DAN SI GENDUT ITU BERBEDA. KELEBIHAN SI GENDUT CUMA LEMAK DOANG!! BEDA SAMA AKU!" air mata mengalir dari sudut mata Camie, menyatu dengan keringat.

Don't Tuch It's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang