5

20 6 0
                                    

Jika kau memberiku satu box brownies. Maka akan aku beri satu kantung emas beserta mas mas yang jual brownies. Perumpamaan itu mungkin akan serasa pas dengan keadaanku sekarang.

Aku tengah memijat bahu Kak Dimas sambil menyanyikan lagu untuknya. Tentu saja ini adalah bentuk balas budiku karena Kak Dimas sudah membelikanku makanan yang pualing aku sukai selain bakso.

"Yang," panggilnya dan hanya kubalas dengan deheman.

"Kayanya malam ini aku nginep disini aja deh, besok kan minggu. Aku males di rumah," ucapnya lalu meraih tanganku dan mengusap-usapnya.

"Ya gapapa yang, kalau sayang mau bobok disini gapapa. Aku tahu banget kok, kakak jangan paksain hati kakak. Kalau kakak sedih ya kakak ekspresiin. Kadang aku takut, kakak nggak pernah curhat ke aku bikin aku khawatir. Aku takutnya kakak kaya dulu lagi," terangku mulai mengelus puncak kepalanya. Sudah lama sekali kak Dimas tidak bercerita padaku.

"Aku nggak suka mama baru, papa juga nggak pernah pulang. Mama Esa nggak kaya mama Ira, mama Esa jahat," cicitnya. Aku merasakan tanganku mulai basah. Aku tahu, Kak Dimas sedang menangis, memang seharusnya begitu.

"Kak, kalau aku bilang aku suka mama Esa gimana?" Tanyaku sangat hati-hati.

Hening. Hanya suara tik tok jam yang menemani kami. Aku rasa aku salah bicara.

Grep!!!

Ku rasakan tubuh Kak Dimas bergetar di tubuhku. Memeluk erat seolah ia sedang kehilangan arah. Aku benci ketika aku tidak bisa melakukan apapun untuk membantu Kak Dimas. Melihatnya serapuh ini, sangat menyakitkan untukku.

"Sayang, mama Esa itu pengen deket sama kakak. Tapi kakak membatasi diri. Kak, masa lalu kakak emang buruk. Tapi jangan bikin masa depan kakak juga buruk. Kak lihat aku," aku memegang kepalanya dan menegakkan kepala Kak Dimas agar ia menatapku.

"Ada aku, kalau kakak takut. Aku mau kok jadi tameng kakak. Aku sayang banget sama kakak. Dan aku yakin, mama Esapun sayang sama kakak," Aku memeluknya. Menyalurkan kehangatan kepada tubuh yang menjulang di depanku. Mendekapnya seolah Kak Dimas memang benar milikku.

"Tapi Kak Dimas tetap nginep disini aja. Danboonya Echa kan lagi dicuci, nggak ada yang bisa Echa peluk deh. Ya ya," tuturku akhirnya.

"Dasar manusia!" Kak Dimas mendengus kasar lalu membanting tubuhnya ke kasur dan menutupi tubuhnya dengan selimut motif hellokittyku.

"Mau bobok nggak?" Tanyanya kemudian. Sesegera mungkin, aku langsung melompat dan memeluk erat tubuh pacar tercuyuyku.

"Yang," panggilnya lagi. Huft, tolong katakan padanya aku udah ngantuk.

"Hmm," hanya itu jawabanku.

"Kamu nggak ngrasain apa-apa pas peluk aku?" Sungguh. Pertanyaan macam apa itu?

"Nyaman," kembali aku menjawab singkat.

"Selain itu?" Tanyanya lagi.

"Emang harus ngrasain apa?" Tanyaku jengah. Aku membuka selimutku dan menatapnya.

"Gini, aduh. Kamu itu kan udah gitu lo. Udah emm, gede. Itu udah berdarahkan. Pastinya kan udah itu loo yang. Emmm,"

"Udah stop!" Ucapku memotong.

"Ngomong apa sih kakak. Aku nggak ngerti. Aku ngantuk. Night sayang," aku mencium pipinya lalu memejamkan mata sembari memeluknya sangat erat. Selain danboo, hanya Kak Dimas yang nyaman di peluk.

~~~
Dimas pov

Aku ingat betul bagaimana wanita itu dengan lancangnya memakai kalung peninggalan mama lalu memutar tubuhnya di depan cermin. Aku tidak suka barang mamaku dipakai oleh wanita asing itu.

Aku juga ingat betul bagaimana ia membuat aku kehilangan adikku. Aku sangat sangat membencinya setelah itu.

Dua belas tahun yang lalu, kala adikku berumur lima tahun dan aku enam tahun. Adikku saat itu sedang main di kolam renang. Entah apa yang wanita itu pikirkan, ia justru keukeuh mengajakku berenang bersama mereka dan meninggalkan adikku di kolam renang sendiri.

Aku yang jengahpun akhirnya memilih ikut dengan wanita yang baru saja menyandang status sebagai istri ayahku itu. Tapi apa yang terjadi?

Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat bagaimana adikku sudah pucat pasi dengan tubuh yang sudah kaku membiru tengah mengambang di kolam. Adikku mati tenggelam!

Secepat kilat aku melompat ke kolam renang berusaha menyelamatkan adikku. Aku masih berharap dia bisa bernapas lagi meski aku tahu itu sangat mustahil. Aku membawanya ke kamar dengan air mata yang tiada henti mengalir. Ku lihat si Nyonya Esa ini terus saja menjerit sambil mencoba memeluk adikku, Asya.

"Puas kamu hah!" Teriakku sambil mendorong Tante Esa hingga ia terjungkal ke belakang.

"Kamu puas bunuh adikku? Itu kan yang kamu mau? Apa korban selanjutnya adalah aku? JAWAB!" Aku memukuli kepalanya berkali-kali.

"Maafin mama nak, mama nggak tahu kalau Acha turun ke kolam renang," terangnya dengan isak tangis yang menjadi-jadi.

"Hah! Nggak tahu? Pikir dong! PIKIR! Anak lima tahun dibiarkan di dekat kolam renang apa yang akan terjadi bodoh!" Aku mengerang frustasi, mengacak rambutku dan menjambaknya penuh tenaga. Aku sudah kehilangan tujuan hidupku setelah mama.

"Maafin mama," isak tante Esa terus memeluk adikku yang terbujur kaku. Detik berikutnya, tante Esa sudah tidak sadarkan diri.

"Auhh!" Aku mengerang frustasi mengingat hal itu. Entah kenapa, air mataku sudah terjun dengan bebas lagi lagi dan lagi.

"Kak?" Cicit seorang cewek di dalam dekapanku.

"Kakak tahu? Aku selalu sayang sama kakak, dulu kakak bilang kakak akan jaga aku iya kan? Kak maafin masa lalu kakak. Buka mata kakak, kakak harus bisa keluar dari benteng kakak. Kakak nggak akan bisa jaga aku kalau kakak sendiri nggak bisa jaga diri kakak," terang Echa pelan sekali.

"Sayang?" Panggilku. Namun hanya hening yang menjawab. Apa Echa tadi mengigau? Tapi kenapa kata-kata yang keluar seolah menjawab segala isi hatiku.

"Aku sayang kamu Echa, sama seperti aku mencintai Achaku," aku mengecup keningnya lalu mendekapnya lebih erat. Setakut ini aku kehilangan sosok Echa. Sosok yang hadir di tengah kepedihanku.

"Kenapa sakit kak," cicit seseorang tanpa aku sadari.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Maaf ya cerita masih absurb dan yah apa adanya. Mohon kritik sarannya. Yang lihat sedikit banget tuh. Kadang bikin males, karena nulis.sendiri dibaca sendiri. Tapi nggak masalah.

Bingung karena aku pribadi yang nggak tau cara berkenalan dengan baik dan benar. Hehe.

See you next time.

BABYBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang