Putri Tanah Terkutuk

136 5 0
                                    

"Kalau yang kau ceritakan semuanya benar, berarti tinggal cara itu saja yang bisa kita lakukan," tutur Aira sambil meremas-remas jemarinya.

"Cara apa itu?" tanya Davina.

"Jangan katakan kau akan melakukan ritual terlarang itu," sergah Agni. "Kau tidak boleh melakukannya!"

"Katakan, Aira!" buru Davina.

"Aku berusaha sangat keras untuk mencari cara yang aman untuk menghentikan kutukan yang menyelimuti keluarga kalian. Hingga pada suatu malam Samara datang menemui di dunia astral. Dia berkata hanya ada satu cara untuk mengalahkan makhluk yang mencoba menghancurkan keluarga kalian ini. Tapi, aku tidak ingin langsung memutuskan bahwa itu adalah satu-satunya cara. Aku berusaha menelusuri lebih dalam dengan cara menyusup ke dalam alam bawah sadar Reza. Dan aku pun menemukan masalah yang terjadi antara Reza dan Martina. Sangat disayangkan kalau Martina sudah meninggal. Padahal dia adalah satu-satunya orang yang dapat memutuskan kutukan yang menimpa kalian. Karena dia adalah orang yang melepaskan kutukan itu dengan bantuan iblis yang dipujanya, Beelzebub. Padahal aku berharap kalau Martina memberikan maaf, maka kutukan itu akan terlepas."

"Apa kau juga sudah memprediksi kalau mereka akan gagal meminta maaf pada Martina?" sela Agni.

"Seharusnya kalau kau sudah tahu, kenapa kau mengirim mereka ke sana," tambah Azka.

"Kalian jangan menghakimi Aira, di sini dia melakukan lebih banyak dari kita," Robert menengahi.

"Terlepas dari itu semua, apa sebenarnya cara terakhir itu?" Davina tak lagi mempersoalkan alasan Aira mengirim mereka ke tempat Martina.

"Satu-satunya cara yang bisa kita lakukan saat ini adalah meminta bantuan pada Sang Putri dari Tanah Terkutuk," jawab Aira sambil menoleh pada Azka, Robert, dan Agni secara bergantian.

"Apa maksudnya?" Reza yang tak mengerti memutuskan untuk bertanya.

"Maksudnya adalah Lucia, Permaisuri Lucifer," jawab Agni dengan muka kaku.

"Astaga! Apa tidak ada cara lain?" Reza meraih tangan Davina yang terasa dingin. "Aku tidak akan mengambil risiko sebesar itu."

"Sudah kukatakan di awal tadi, ini adalah satu-satunya cara yang kita punya," ujar Aira dengan muka penuh penyesalan.

"Ternyata ini adalah maksud dari mimpi itu," gumam Davina. Semua orang menoleh padanya.

"Apa maksudmu?" tanya Reza.

"Mimpi itu, mimpi di mana Lucia datang menemuiku dan memperlihatkan bahwa Tika tengah dirantai di sebuah pohon. Lucia berkata, bahwa bukan dia yang merantai putriku. Lalu, Lucia berkata bahwa kelak aku akan percaya padanya dan memohon bantuannya," Davina mengisahkan mimpi yang selalu dia alami, namun hanya dia ceritakan pada Reza saja. "Kalau memang itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan keluargaku, aku bersedia melakukan ritual itu."

Sungguh mengejutkan. Davina dengan mudah mengambil keputusan besar itu. Reza dibuat bingung olehnya. Suaminya itu mewanti-wanti Davina agar dia berpikir matang-matang lagi. Dan Davina juga harus mengingat peristiwa itu, peristiwa di mana Lucia berniat untuk mengambil alih raganya. Menanggapi kekhawatiran Reza, Davina justru dengan bijak berkata bahwa dia akan mengambil risiko apa pun untuk menyelamatkan keluarganya. Cintanya pada keluarga jauh lebih besar dari ketakutannya pada Lucia.

"Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya Davina pada Aira yang masih terkagum-kagum padanya.

"Pertama-tama, kita harus mengungsikan Nila, Aruna, bersama Ana ke tempat yang lebih aman," jawab Aira.

"Lalu bagaimana denganku?" tiba-tiba Salya yang sedari tadi hanya diam saja mulai angkat bicara.

"Aku membutuhkanmu. Tepatnya ritual ini membutuhkan tujuh orang," jawab Aira membuat Salya gemetar.

Pengantin dari Alam BakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang