12 (Real)

8.1K 920 43
                                    

Haechan membawa Mark ke sebuah caffe yang menyediakan menu sarapan, tempat dimana ia biasa sarapan kalau tak sempat sarapan dirumah. Seorang waiters menghampiri mereka, ia tersenyum kearah Haechan.

"As usual Ceryn, this time two servings" ujar Haechan.

"oke, wait a minutes" waiters yang Haecan panggil Ceryn tersebut melenggang pergi.

"kau biasa kemari?" tanya Mark.

Haechan mengangguk. "kalau tak sempat sarapan dirumah aku pasti kesini karena caffe ini buka pagi. Ah, apa kau sedang berlibur disini?"

Mark menggeleng. "aku menjenguk kakak ku yang sakit"

"berarti setelah ini kau akan kembali ke Korea?"

"tidak juga, aku mengambil cuti sekolah satu minggu untuk menemani hyungku disini"

Mata Haechan langsung berbinar. "aku akan mengajakmu ke tempat bagus disekitar sini, tenang saja tak terlalu jauh"

Mark terkekeh pelan. "baiklah, temani aku selama disini. Aku akan menunggumu disini saat kau pulang sekolah"

Haechan mengangguk semangat, bersamaan dengan Ceryn datang membawa pesanan. "Thank's Cer"

Ceryn tersenyum. "not problem" ia kembali untuk bekerja.

"kau harus mencoba sandwich nya Mark, ini paling enak disini" ujar Haechan.

Mark tersenyum dan memakan sandwich nya. "not bad" komentarnya.

Haechan ikut tersenyum. "seleraku tak perlu diragukan, ah ngomong-ngomong, boleh aku panggil hyung? Kau terlihat lebih tua dari ku"

"tentu, kau menetap disini sejak lama?"

Haechan mengangguk. "saat aku masih berusia tujuh tahun, tapi kemungkinan besar setelah lulus JHS keluargaku akan kembali ke Seoul."

"kita akan kembali bertemu saat kau ke Seoul"

"itu harus"

Obrolan mereka terus berlanjut disela-sela kegiatan sarapan mereka, tak jarang mereka tertawa saat menemukan kelucuan diantara percakapan mereka.

♣♣♣

Jaehyun tersenyum saat melihat senyuman Taeyong, kini mereka sudah berada di taman belakang rumah sakit.

"aku menyukai udara segar disini, dan keindahan tamannya membuatku tenang." ujar Taeyong yang kini bersandar dibahu kokoh Jaehyun.

Jaehyun mengecup kening Taeyong. "kau lebih indah dari papapun Yongie"

Taeyong mendongak untuk menatap Jaehyun. "Jae"

Jaehyun menunduk. "wae?"

"kau ingat saat kau membawaku kepantai dulu?"

Jaehyun berpikir sejenak sebelum kemudian mengangguk. "kenapa memangnya?"

"aku ingin tahu arti dari kalimat yang kau ucapkan waktu itu"

Jaehyun menyerngit. "kalimat yang mana?"

"yang tiga bahasa itu loh"

Jaehyun terkekeh pelan. "kau masih mengingatnya?"

"tentu saja, jadi katakan sekarang apa artinya?"

Jaehyun menatap Taeyong dalam. "Bagai angin di musim gugur, kau begitu dingin namun hangat di saat bersamaan. Hatimu beku seperti es yang tebal namun juga rawan. Namun kau juga seperti sebuah bulu yang begitu lembut nan nyaman. Dan Disini aku hadir sebagai matahari yang selalu memberimu kehangatan, mencairkan hatimu dan menjadi perisai yang kuat untuk melindungimu. Menjadi alas sutra agar kelembutanmu tak akan hilang."

Cold  [Jaeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang