Dua [formal]

5 2 0
                                    

Chengsi winta


Uke kurang asupan gizi, gobloknya suka nyalur ke otak meda.

"Otak wiwin bukannya bodoh, cuma rumit aja kaya gambarannya leonardo dapinsi"



♡(> ਊ <)♡


"Bang coba deh liat"
"Apa?"

"Yang ngedit kamu dek?""Bukan, tapi si winta""Astaghfirullah"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Yang ngedit kamu dek?"
"Bukan, tapi si winta"
"Astaghfirullah"

SORRY FOR TYPO
GEUMANJUSSEO!

Kini keduanya sedang duduk berhadapan dimeja makan rumah meda, rumah meda yang didominasi warna pastel tak mengurangi aura hitam yang menguar disekeliling si pemilik rumah. Ya, Andromeda sedang menatap makanannya enggan, sesekali melirik tajam kearah terra yang makan dengan gembira. Shit, bagaimana wajah dominan itu terlihat bahagia diatas penderitaan meda yang tengah menahan ereksinya. Cengiran terlihat mengembang di wajah tampan terra ketika menyadari meda-nya sedang kesusahan dibawah sana.
Terra berjalan kesisi lain meja, membalik pelan kursi yang diduduki meda, lalu membungkuk untuk mengecup ringan pucuk kepala subbmisive nya itu.

"Bayi besarku memang tak sabaran ya"
Terra mencibir
Tanpa membuang waktu, meda yang sempurna ditutupi kabut nafsu langsung meraup benda merah mungil yang masih meninggalkan sedikit aroma nasi goreng menu sarapan mereka tadi. Keduanya menikmati pagutan yang menghasilkan gema kecipak basah, hingga keduanya memerah ketika melepaskan ciuman panas itu, berlomba-lomba memasok oksigen yang terkuras habis karena keduanya saling membelit, menghisap lidah lawan dengan semangat.

"Ayo lakukan disini"
Suara terra berubah berat, membuat meda sedikit merinding mendengarnya, dia yakin sebentar lagi terra akan bermain kasar pada tubuhnya
"K-ke kamar saja"
Cicit meda, pikirnya tak waras jika bermain di ruang makan, pagi-pagi.
"Kau yang menyulutku med, dan aku ingin disini"
Tangan terra bergerak mengangkat tubuh meda agar terduduk diatas meja, lalu mengungkungnya posesif.
"Emm~ aku malu"
Rengek meda diceruk leher terra yang tentu saja akan dianggap angin lewat
"Lihat, dia bangun"
Tangan terra menuntun jemari meda mengurut miliknya yang masih ditutupi celana
"Eungh y-yanhh"
Desahan meluncur dari mulut meda ketika tangan kiri terra membelai lembut kedua tonjolan merah muda di dadanya.
Cukup! Nafsu terra sudah berada di ubun-ubun
Tangannya melepas kain yang menempeli tubuh meda dengan agresif
"P-pelan raa"
Cicit meda ketika tubuhnya dibalik dengan kasar
"Tahan sayang"
Tiga jari terra memasuki mulut meda, mencari pelumas, ketika dirasa cukup jarinya mulai keluar masuk lubang meda, menetralisirnya dahulu sebelum miliknya masuk
"Ahh~ nggh masukin ra"
Muka meda memerah dipenuhi peluh
"Beg for it babe"
"Eumhh p-pleasehh inh wa-nth yur dickhh daddy"
Dalam satu hentakan terra melesakkan miliknya pada lubang meda
"Shit!"
"Ainghh angh"

'Plok plok'

Setengah jam berlalu dengan cairan meda yang sudah tercecer banyak dilantai, namun berbeda dengan terra yang masih mencari pencapaian nya
"F-fasterr dadd, aku mau sampe"
Tangan meda meremas jemari terra yang melingkari perutnya
"Bareng byh"
Tiga kali hentakan meda mengeluarkan cairannya disusul terra yang mengeluarkannya didalam, memenuhi lubang prostatnya
"Abang kan gapake kondom, kenapa dikeluarin didalem?!"
Sungut meda yang ditarik duduk oleh terra
"Ya ntar kalo halim abang tanggung jawab"
"Lambemu!"
Gesekan tak disengaja dari meda membuat terra menggeram berat
"Jangan gerak-gerak, atau abang buat kamu gabisa jalan"
"Gamau!"
Meda memeluk terra lalu mengecup bibirnya singkat

To be continued~
VOTMEN JUSSEO

Bumi AndromedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang