II: Benua

76.9K 4.9K 116
                                    

VOTE.

Dibawah pohon rindang dengan teriknya matahari siang ini, seorang gadis yang tadi merasa sial malah dengan asik berleha-leha manja sambil ML-an. Jangan lupakan bukunya yang malah dia jadikan bantal, sepertinya cuaca 37° celcius siang ini tidak mampu mengganggu dirinya.

Item? Whatever!

Dea mana peduli yang namanya penampilan, "bangsat! Temen gue kenapa pada AFK Semua deh?!" Gadis berambut sebahu itu langsung duduk tegak sambil mengumpati handphone yang dipegangnya.

Sepertinya hari ini akan dinobatkan sebagai hari tersial untuknya. Saat pagi dia dimarahi Bapaknya, lalu setelah itu ketahuan sama dosen tua bangka itu, dan sekarang dia kalah mabar.

Benar-benar hari yang menyebalkan untuknya. Karna merasa bosan, Dea memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Lagian di sini juga sepi karena semua sedang ada mapel kuliah, aslinya Dea juga ada .... tapi bodo amat lah, Dea udah terlanjur betmut!

Dea menyampirkan tasnya di lengan kanannya, menutup kepalanya dengan kupluk hoodie merah marun nya.
Celana piggy pants dan sepatu putih sneakers nya merupakan style yang yang disukai Dea, tidak seperti wanita umumnya yang lebih ke arah feminim. Karena sejujurnya Dea kapok menggunakan rok, terakhir kali dia menggunakan rok. Roknya malah terbang tertiup angin. Untung saja waktu itu dirinya menggunakan
dalaman celana.

Coba kalau enggak .... Innalillahi sudah. Masalahnya ini aset masa depannya.

Dea menghentikan langkahnya saat melihat gerombolan orang yang berkumpul di depannya, karena memang dasarnya tukang kepo, Dea memutuskan untuk melihat apa yang tengah terjadi disana.

"Eh ... Dek, umurnya berapa?"

"Ini seragam sekolah Bayangkara yang elite itu? Adek sekolah di situ?"

"Dek kenalin kakak Amira-"

"Alah enggak usah sok kenal deh!"

"Biarin terserah gue dong!"

Dan bla ... bla ... bla ....

Dea mendengus geli sendiri mendengarnya. Apakah semua cewek di kampus ini pada kekurangan cowok sampai harus berperilaku mirip bencong begini? Iyuh Dea jijay sendiri kan melihatnya.

"Oey hush hush! Pada gak malu apa gangguin bocah?!"

"Apaan sih De, pergi sono lo. Sirik aja!" Balas salah satu diantara mereka.

Dea menatap ke arah mereka sambil mengernyitkan dari, "sirik? Sama lo? Sorry-sorry aja lah ya, nggak level banget!" Cibir Dea dengan sarkas yang langsung dibalas umpatan oleh mereka semua, badut-badut comberan berdempul dan berpakaian kurang bahan itu.

"Udah deh! Pergi sana kalian, badut comberan!" Selanjutnya Dea langsung nyempil-nyempil di antara mereka lalu menarik seseorang yang bahkan tidak dikenalnya itu keluar dari gerombolan mereka, ya lagian berani banget masuk ke kandang wanita kurbel macam mereka.

Kurang di belai maksudnya.

"Ehm, Kak."

Dea langsung menghentikan langkahnya seketika, kepalanya memutar menghadap kearah pemuda di belakangnya itu. "Eh," Dea reflek melepaskan pegangan tanganya.

"Sorry deh, lupa gue." Dea menyengir kuda dengan santai.

Pemuda itu tersenyum sungkan ke arah Dea, "enggak papa kok Kak, aku yang harusnya makasih karena Kakak udah bantuin aku." Balasnya dengan sedikit semburat pink di pipinya, yaelah pemalu banget nih bocah.

Dosen Perfectionist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang