Tertantang

40 5 1
                                    

Apa yang salah dengan berharap?
Cuma sekedar menaruh keyakinan lebih bukan ?

"Ra". Sapaan lembut dari dhirga mampu membuat Rara menoleh sejenak melihat ke belakang.

"Iya?". Dengan bingung Rara menatap dhirga yang tampak berbeda tidak seperti biasanya.

"Kamu ga sendiri kok,tenang ada aku disini,mulai sekarang aku akan selalu ada buat kamu". Ucap dhirga dengan menggenggam tangan Rara erat.

"Aku ? Kamu? Maksudd". Belum sempat Rara melanjutkan pembicaraannya,tiba tiba tangan dhirga berada di kepala Rara kemudian mengelus lembut rambut Rara,Rara disana hanya bisa terpaku terdiam tak bisa berkata apa apa lagi,seakan seperti terhipnotis oleh wajah dhirga yang terlihat sangat damai menyejukkan hati.

"Ra gue cin"

Kringggggggggg bel alarm pagi Rara sudah berbunyi dan menghancurkan semua mimpi indah Rara.

"Ishhhhhh pakek bunyi lagi,kan tinggal sedikit lagi dhirga nyatain cinta ke gue".ucap rara kesal.

"Eh tapi kok gue ga ngalamin mimpi buruk ya hari ini,kok gue malah mimpiin dhirga".Rara sejenak terdiam dan berfikir apakah benar mimpi buruk itu sudah bosan mengganggu Rara,dan apakah benar juga mimpi itu akan jadi kenyataan.

****

Seperti biasa Rara yang tidak pernah sarapan karena memang Rara tidak mau harus satu meja dengan bundanya,paling kalau ada ayahnya saja Rara terpaksa harus makan bersama karena kini ayah Rara berada di luar negeri jadi Rara tidak punya kewajiban untuk makan bersama dengan bundanya.

Kini terlihat bunda Rara yang sedang duduk di sofa panjang dengan tatapan kosong, bukannya Rara jahat membiarkan bundanya terus menerus meratapi keadaan,namun setiap Rara mengajak ngobrol atau sekedar bertanya kabar lagi lagi bundanya selalu menyalahkan dan mengungkit ngungkit kejadian yang sebenarnya Rara juga tak ingin hal itu terjadi. Rara sudah muak dengan semua itu sudah bertahun tahun Rara selalu disalahkan dan sudah bertahun tahun juga Rara sudah tidak pernah merasakan yang namanya kasih sayang seorang ibu.

"Bun Rara berangkat sekolah". Ucap rara kemudian pergi menuju garasi untuk menaiki sepeda miliknya,karena menurut Rara kalau dia harus naik mobil dia pasti akan telat karena macet dan juga dia harus menunggu lama saat pulang karena p supir tak kunjung datang.

****

Hanya butuh waktu 15 menit Rara sudah sampai di sekolahnya,memang mengayuh sepeda itu lelah tapi seenggaknya dia lebih mudah untuk menyelip di saat kemacetan.
Melihat pukul sudah menunjukkan jam 7 kurang 5 menit ,Rara bergegas menuju kelasnya karena pasti pagi ini Bu rindi akan datang lebih awal.
Disaat Rara berlari,tak sengaja Rara menabrak seseorang di hadapannya,namun Rara tak sempat untuk meminta maaf karena sudah terburu buru.

"Sorry gue buru buru". Teriak Rara dari kejauhan.

Dengan ngos ngosan Rara duduk dengan keringat yang mengucur dari dahinya.

"Ra Lo habis ngapain sampai keringetan? Nge gym? Atau lo abis". Tanya Farah keheranan.

"Gue tuh tadi bangunnya kesiangan jadi gue terpaksa naik sepeda pancal,terus gue lari karena gue takut nanti kena omel sama Bu rindi paham?". Jelas Rara.

"Ooooo gitu".ucap Farah dan Bella bersamaan.

1 jam pelajaran dengan mendengarkan ocehan Bu rindi membuat Rara sangat mengantuk.

"Ra bangun ra,ntar lo kena hukum". Ucap Ferdi dengan menyenggol nyenggol lengan Rara tapi cara itu tak mampu membuat Rara sadar.

Akhirnya seperti dugaan Rara terkena semprotan pagi Bu rindi,bukan hanya itu Rara juga terkena hukuman untuk berdiri di lapangan selama pelajaran Bu rindi  berlangsung. Dengan senang hati Rara menerima tawaran itu karena memang rara tidak ingin mendengar lagi ocehan dari Bu rindi.

Pukul sudah menunjukkan 09.30 seharusnya tidak terlalu panas cuacanya tapi Rara merasa tenggorokannya sangat kering karena memang Rara masih belum minum sama sekali sejak dari tadi pagi,tiba tiba Rara merasakan ada sesuatu yang dingin menempel di pipinya,dengan terkejut Rara menoleh ternyata sosok itu adalah dhirga dengan botol minuman dingin di tangannya.

"Ini gue masih mimpi ga ya,tapi kok rasanya nyata".ucap rara dalam hati.

"Ekheemmm,ga mau minuman? Kalau ga mau ya gapapa".uacapan dhirga membubarkan lamunan Rara ternyata ini benar nyata bukan mimpi orang yang dihadapannya itu benar benar dhirga.

"Eh eh gu gue mau lah".Rara tidak tau lagi harus bersikap bagaimana, rasanya jantung Rara ingin meledak sekarang. "Lo kok bisa ada disini sih?".

"Bukan urusan Lo ". Bagaikan disambar petir,dhirga kembali lagi dingin dan ketus entah sangat sulit menerka dhirga,tanpa berkata apa apa dhirga pergi begitu saja meninggalkan Rara yang masih terpaku disana.

"Dasar cowok lempeng cowok tembokkkk". Teriakan Rara sama sekali tidak digubris oleh dhirga."kenapa gue ngerasa tertantang buat nakhlukin hati dhirga ya?".

****

Sesampainya di rumah Rara merasa ada sesuatu yang hilang tapi Rara tidak tau itu apa."kok gue ngerasa barang gue ada yang ilang ya atau apa ya, Yaampun iya jam gue ilang,kenapa sih setiap gue seneng ada aja yang bikin gue kesel, apalagi jam itu kan dari Andre".

Walaupun Rara sudah melupakan Andre tapi Andre tetap menjadi seseorang yang pernah mengisi di setiap cerita Rara, menghiasi hari-hari Rara.

"Lo kemanasih ndre? Kenapa Lo ngilang gitu aja,sorry ya jam dari lo gue ilangin,apa ini takdir gue harus bisa sepenuhnya lepas dari bayang bayang Lo?". Tanpa sadar air mata Rara menetes begitu saja, padahal rara sudah berjanji tidak akan pernah menangisii Andre lagi tapi mau bagaimana lagi memang Andre sangat berkesan bagi Rara.

Hai temen temen maaf ya udah lama ga update karena sekarang aku sibuk lagi ujian karena udah kelas 3 SMA wkwkw
Budayakan sebelum atau sesudah membaca untuk vote ya agar aku lebih semangat untuk update💜
Follow my Ig : @ohalynnnnnnn.23

Senin,02 Maret 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HEART BEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang