Aleandra pov.
Setelah selesai mengajak Keyshia berbelanja dan mengantarkannya pulang terlebih dahulu, aku segera meluncur menuju tempat yang sudah menjadi basecamp oleh anak buahku, dan disinilah aku sekarang disebuah rumah tua yang menjadi basecamp tim khusus yang aku bentuk yang bertugas menjalankan tugas-tugas khusus yang aku berikan, basecamp kali ini jauh dari keramaian dan hingar bingar suasana kota terletak cukup terpencil bahkan tidak ada orang yang hanya sekedar lewat di daerah ini karena cukup sepi jika malam nampak lebih mencekam, aku memasuki sebuah kamar khusus dengan pintu berwarna merah darah, pintu yang di design secara khusus untuk menandai sebuah ruangan, aku berdiri tegak menatap seonggok manusia tak berdaya dengan badan penuh luka yang terduduk dengan posisi bersimpuh dilantai dengan tangan dan kaki terikat kuat juga matanya tertutup rapat.
"Siapa namanya?" tanyaku pada Sean pemimpin dibasecamp ini.
"David Anggara," jawab Sean.
Aku hanya mengangguk lalu berjalan mendekati manusia sampah itu, aku amati wajahnya yang nampak kebingungan juga ketakutan serta menahan sakit di sekujur badannya, aku hanya tersenyum sinis melihatnya. Aku menugaskan tim khususku untuk mencari keberadaan kakak tiri Keyshia, tidak sulit mencari keberadaan pria yang suka berjudi dan bermain wanita ini.
"Siapapun kau, tolong lepaskan aku," mohon David dengan suara parau ketika dia merasakan kehadiranku.
"Melepasmu? Cih, tidak akan aku lakukan, kesalahanmu sungguh besar," ucap Aleandra dingin.
"Apa kesalahanku pada kalian, aku tidak mengenal kalian," balas David dengan menaikan nada bicaranya, frustasi.
"Tentu kau tak mengenal kami, tapi mungkin kau kenal dengan nama Keyshia Amanda," balasku.
"Keyshia, ya ya ya Keyshia, gadis bodoh itu, hahaha, gadis bodoh yang mempercayaiku akan mengurusnya setelah kedua orang tua kami meninggal, cih, aku hanya butuh uang tidak butuh keluarga, dia hanya beban, jadi dia membalas dendam setelah menjadi pelacur dan banyak uang, hahaha," jawab David dengan nada mengejek dan seakan omongannya itu adalah lelucon.
Aku yang tersulut amarah langsung menancapkan pisau kecil yang sejak tadi berada dalam genggamanku tepat di pipi kanan David hingga menembus dalam mulutnya, membuat David mengerang kesakitan hingga tersungkur semakin tak berdaya, mulutnya mengeluarkan darah yang sangat banyak.
"Itu hukumanmu telah menghinanya, menghina milikku," ucapku penuh kebencian.
Aku pun meninggalkan David yang terus saja berteriak kesakitan dengan senyum penuh misteri dan tatapan mata penuh amarah yang mematikan.
"Pindahkan dia," perintahku pada Sean dan Sean di bantu beberapa rekannya memindahkan tubuh David diatas meja, bisa di katakan itu adalah meja eksekusi.
Kedua tangan terikat telentang di ujung meja begitu pula kedua kaki David, dia sudah tak mampu lagi menggerakan bibirnya untuk bersuara karena pisau kecil tadi masih menancap di pipi kanannya.
Tatapanku semakin menggelap dan dingin mengingat apa yang telah di alami oleh gadis mungilku yang malang akibat ulah David, aku dekati tubuh David dengan kuat kumencabut kembali pisau yang menancap di pipi kanan pria itu.
"Aaaarrrghh..," erang David ketika pisau itu tercabut.
Dan pisau itu kembali tertancap pada perut David, ketika aku ingin memindahkan tusukan pisau itu ke bagian tubuh yang lain ponsel disakuku berdering dan aku melihat nama Keyshia terpampang pada layar, kukerjabkan mataku dan kesadaranku kembali hanya dengan melihat nama Keyshia pada layar ponselku, ketika aku ingin menggeser ikon telepon kekanan, panggilan telepon itu telah berhenti, aku putuskan mengakhiri kegiatanku dan segera pergi dari basecamp untuk sisanya aku serahkan pada Sean, dia sangat mengerti apa yang aku mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
I hate you, I love you (Complete)
Teen FictionAku membencinya, sekaligus mencintainya Cerita 21+ ya mohon bijak dalam memilih bacaan