-TAMU-

22 1 0
                                    

4 tahun kemudian...

Perempuan ber-tas hitam itu sedang mencari buku referensi untuk sidang skripsinya beberapa bulan lagi. Ya, Khaisra sedang menempuh pendidikan akhir D-3 di Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Ia benar-benar mencapai cita-citanya sebagai salah satu mahasiswa ikatan dinas di jurusan Meteorologi. Dan sekarang ia berada di kota kelahirannya karena ia diberi waktu luang sebelum menghadapi sidang skripsi yang tak lama lagi.

Drrt drrt

Khaisra buru-buru meletakkan beberapa buku tebal yang ada di genggamannya di atas rak-rak buku. "Assalamualaikum. Ya ada apa Abi?"

"Waalaikumsalam, Sayang, Abi sepertinya gak bisa jemput kamu di toko buku hari ini. Kamu naik ojek online saja bisa?"

"Bisa, Bi."

"Yasudah hati-hati ya nak. Assalmualaikum."

"Waalaikumsalam, Bi."

Khaisra lantas membawa buku yang telah ia pilih dan membayarnya di kasir. Setelah itu ia keluar dari toko buku dan duduk sebentar di pelataran kota sembari memesan ojek online. Tak sampai 15 menit, ojek online yang telah ia pesan sampai. Buru-buru ia memakai masker karena ia sudah kapok dengan driver-driver ojol yang suka sekali menggodanya. Bahkan uname di app ojol saja ia tidak memakai nama depannya.

"Dengan Mbak Sofya?"

"Iya Mas."

"Sesuai aplikasi ya Mbak."

"Iya Mas."

Dengan sigap Khaisra meletakkan tas ranselnya di antara driver dengan dirinya agat tidak saling bersentuhan. Selama di perjalanan Khaisra hanya diam memikirkan bagaimana caranya agar dia mencari tentor untuk makul yang selalu ia ulang tiap semesternya. Khaisra membuang asal nafasnya. Ia tak boleh menyerah karena perjuangannya sudah sejauh ini. Memperjuangkan hidup di Jakarta bukanlah hal mudah baginya. Jelas gaya hidup di Medan dan di Jakarta jauh berbeda. Sekarang yang harus ia lakukan adalah bagaimana caranya membahagiakan Umi dan Abinya dengan segala pencapaiannya.

"Mbak sudah sampai."

"Oh ya Mas." Khaisra lantas memakai tasnya dan memberikan selembar uang berwarna hijau pada driver ojol tersebut. Kala matanya menatap wajah sang driver ojol, ia terkejut. "Kak Ishaq?" Jujur Khaisra tersentak kala ia melihat wajah driver ojol yang sedari tadi memboncengnya. Orang yang disebut namanya malah menatap perempuan itu bingung. "Bagaimana kamu tahu nama asli saya?" Laki-laki itu sama terkejutnya dengan Khaisra. Persis dengan Khaisra, lelaki itu juga tidak memakai nama depannya untuk akun ojolnya.

Khaisra menelan ludahnya. Laki-laki itu benar-benar Ishaq. Perempuan itu langsung membuka maskernya dan tersenyum pada Ishaq. "Aku Khaisra, Kak. Jika Kakak masih ingat." Ia mencoba bersikap tenang di depan Ishaq. Jantungnya kembali berdetak kencang tak beraturan. Perasaan itu masih ada. Selama ini dia hanya pura-pura melupakan, pura-pura meninggalkan. Sejatinya perempuan itu tak bisa pernah lupa tentang lelaki dambaannya ini.

"Khais?" Tanyanya. Khaisra mengangguk. "Kakak...kenapa jadi driver ojol? Kuliah kakak?" Ishaq tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke seberang jalan. "Kakak sudah di tahap terakhir skripsi. Gak lama lagi kakak juga bakal wisuda. Wisuda itu butuh uang yang gak sedikit. Maka dari itu Kakak memutuskan jadi driver ojol untuk sementara ini."

Khaisra tersenyum bangga. Lelaki ini masih sama seperti dulu. Tak ada berubahnya. Senyumnya, bagaimana dia berbicara, bagaiamana sifatnya. "Yasudah Kak, aku masuk ya Kak. " Tapi langkah perempuan itu terhenti kala Ishaq memanggil namanya. "Kha!" Khaisra membalikkan badannya dan menjawab Ishaq. "Iya Kak. Ada apa?"

"Perasaan itu masih seperti dulu?" Perempuan beralis tebal itu tersenyum tipis. "Masih kak. Aku gak pernah bisa benar-benar melupakan perasaan itu Kak. Perasaan itu masih tertuju untuk Kakak. Selalu. Rumah hatiku masih Kakak."

"Bagaimana jika nanti malam Kakak datang ke rumahmu untuk melamar dirimu? Kakak ingin dirimu yang menjadi pasangan wisuda Kakak nanti dan teman hidup Kakak selamanya." Khaisra tersenyum simpul. Ini adalah waktu yang sangat ia tunggu-tunggu. "Datanglah kak, karena dirimulah yang aku tunggu untuk menjadi yang pertama mengkhitbahku."

"Ishaq!"

Khaisra terbangun dari mimpinya. Keringat membasahi seluruh wajahnya. Dan lantas menatap jam di meja sebelah tempat tidurnya.

RAFIQUH ALRUWH IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang