2. Mission

212 21 9
                                    

Di kamarnya, Naava terus menatap biodata yang sudah ia dapatkan hanya dalam beberapa jam. Ada tiga biodata kandidat 'dayang' barunya. Naava membutuhkan hal itu, salah satu faktor terkuat dalam melancarkan rencananya.

Tasa Prameswari. Gadis dengan rambut coklat terang hingga pinggang. Satu-satunya kandidat dari kelasnya. Menurut Naava, gadis ini bisa membantunya dalam hal koneksi. Para Guru begitu menyayangi gadis ini, Bisa Naava lihat, ia yang memimpin di kelas.

Sofi Maharani. Rambut hitam lurus dan terawat hingga siku. Paling unggul dalam olahraga, dan masalah body goals, Sofi perlu dikasih applause. Berasal dari kelas sebelah, IPA 7. Gadis ini terbilang cukup dikenal baik dan ramah. Naava tertawa kecil membacanya, "aku bisa mengubahnya dalam sehari"

Tangannya meraih biodata lain,

Vivi Nandia Balqis. Satu-satunya gadis yang terlihat menarik dari yang lain. Berasal dari kelas yang sedikit jauh darinya, IPA 1. Wajahnya menunjukkan khas gadis asia yang diidamkan banyak lelaki. Rambut pendek lurus dengan tipe lemas dan mengkilat,dan kacamata baca yang selalu ia pakai saat pelajaran dimulai namun tak menunjukkan keunggulan dari otaknya. Unggul dalam menaklukan hati kaum adam. Naava tersenyum senang, pujaan hati para kaum adam merupakan santapan ter-lezat baginya. Bisa Naava lihat, gadis ini sangat mudah untuk dihasut.

Naava meletakkan biodata-biodata itu. Matanya menelusuri biodata yang sudah ia pilih sebagai 'dayang'nya. Tiga gadis, entah dia berasal dari hati malaikat atau iblis,seperti yang ia inginkan.

Gadis itu berdiri. Sekarang langkahnya menuju ke meja belajar. Kertas yang masih fresh, keluar dari mesin printnya. Ia meraih kertas itu dan membacanya.

Lagi-lagi Naava tersenyum.

SMA Melati

Terbebas dari bullying, makmur selama sepuluh tahun berturut-turut! Prestasi dengan ratusan piala dan piagam penghargaan. Sekolah swasta sederhana dengan nama semewah SMA internasional.

"Ayah... Ayah, menurutmu menyekolahkanku disini semua berubah begitu saja?"

Tangan Naava kembali meraih kertas yang keluar dari mesin print nya. Ia melihat sekitar puluhan gadis yang menurutnya memiliki kecantikan setara dengan model di luar sana. Gadis-gadis yang bertipe ramah dan baik, puluhan prestasi mereka klaim. Benar-benar calon korban Naava.

"Ayah bahkan tak tahu, putrimu akan mengubah sejarah sekolah yang memiliki ribuan bunga tak bersalah dan baunya yang memikat menjadi salah satu sekolah yang tak jauh beda dengan sekolah swasta di luar sana. Jahat dan licik"

~'~

Naava berdiri jauh dari kelas. Setelah bel istirahat berbunyi, banyak sekali murid yang ia tak kenal mengerubunginya. Menanyakan berbagai macam hal yang ada di Paris ataupun London. Dan disinilah ia sekarang, kabur.

"Apa-apaan sih! Bikin muak aja"

Kini Naava sudah menjalankan rencana. Ia akan 'sok' polos berjalan ke kantin,mencari target yang sudah ia pikirkan matang-matang semalam. Tasa,Sofi,dan Vivi. Tiga gadis itu harus berhasil ia hasut sebelum bulan Agustus ini berganti.

Misi pertama, dapatkan 'Dayang'.

Untuk melancarkan misi pertama, Naava menyusun rencana yang menurutnya 80% akan berhasil.

Tasa, gadis itu cukup ramah dan sesuai analisanya, gadis itu low-key gila hormat. Hanya saja orang-orang tak bisa melihatnya secara langsung. Ia akan membuat gadis itu tanpa sengaja mengeluarkan sisi terburuknya, kemudian disaat-saat si ketua kelas itu terpojok, ia akan datang bagaikan malaikat.

Sofi, gadis satu ini sangat mudah. Ia hanya perlu mengubah mindset gadis itu. Bukan suatu beban bagi Naava.

Vivi, setelah Sofi, Vivi juga termasuk kategori mudah. Rencananya tak akan  beda jauh dari Sofi.

Yang perlu ia lakukan hanya berpapasan dengan mereka,berkenalan,buat mereka bergantung padanya,dan setelahnya rencana awal akan ia lakukan.

Naava mengumpulkan rambut-rambutnya yang ia gerai,mengikatnya dengan apik. Tangannya merapikan pony tail nya, rambut coklat terang bergelombang itu tampak seperti rambut milik para model di luar sana. Itulah ciri khas Naava.

Tanpa menunggu lagi, Naava berjalan menuju kantin. Rasanya aneh saat ia tidak melihat koridor terbuka lebar untuknya. Biasanya saat ia lewat, koridor akan terbuka lebar karena tak ada yang berani menghalangi langkahnya. Hal ini membuatnya semakin geram, ia tahu rencananya tak akan semulus dugaannya nanti.

Sesampainya di kantin, gadis itu menyapu pandangannya ke seluruh arah. Untuk langkah pertama, Naava pastinya tak akan merasa kesusahan. Ia bisa melihat ketiga target sedang dikerumuni banyak kecoa dengan kacamata. Ada juga yang berpenampilan menarik. Terkadang Naava bingung, kenapa tak ada kekacauan di sekolah ini? Maksudnya, sekitar seperempat murid di sekolah ini memiliki reputasi dan penampilan luar biasa, mustahil tak ada yang membuat masalah.

Naava menggelengkan kepalanya. Ia harus fokus. Kali ini, ia pastikan akan mendapatkan kontak ketiga gadis itu. Kemudian, ia berjalan menuju kerumunan disana.

~'~

"Tidak sesulit yang kukira"

Naava terus saja tersenyum. Ia tak percaya rencana kotornya ini disetujui oleh Tuhan. Semua berjalan lancar. Tiga gadis itu memberikan nomor mereka dengan mudah. Bahkan saat dirinya menawarkan pergi ke kantin bersama besok mereka menyetujuinya.

"Wah! Ya Tuhan, apa Kau sedang berbaik hati denganku? Terima Kasih"

Yang perlu ia lakukan hanyalah mendapatkan kepercayaan tiga gadis itu. Ia hanya perlu sedikit skenario drama untuk besok. Menjerumuskan orang-orang polos disini ke tempat yang buruk. Bukankah sudah seperti iblis saja?

Naava kini memutuskan untuk segera mengakhiri hari ini. Ia ingin segera pulang dan tidur. Hari esok menunggunya.

Dilain sisi, seorang pria paruh baya terus mengawasi pergerakan putrinya. Ia juga melihat rekaman yang diambil mata-matanya. Naava terlihat sedang asik bergaul. Banyak murid yang memuji dan tidak sungkan untuk mengajak ngobrol.

Tuan Hurboef tersenyum, "mungkin ini keputusan terbaik"

Seorang lelaki di sampingnya mengernyit curiga, "sebaiknya anda tidak senang terlebih dahulu. Saya memiliki firasat tidak enak soal ini"

Ibu Naava di pojok ruangan hanya menghela nafas terus menerus. Mereka berdua memang benar-benar berniat merubah sifat buruk putri satu-satunya itu.

"Tentu. Tetap awasi putriku. Kirimkan laporan setidaknya sepuluh menit setelah perekaman"

Laki-laki tadi menunduk sedikit, "baik"

Tuan Hurboef terus menatap wajah putri satu-satunya dari rekaman tadi. Ia sudah jarang sekali melihat senyuman itu saat Naava di rumah. Yang ia dapat hanya kalimat kurang ajar dan pedas.

"Sebenarnya apa yang terjadi saat ia masih SMP?" Gumamnya.

Tiba-tiba saja lelaki yang bertugas sebagai mata-matanya menyahut, "bolehkah saya membantu mencari tahu?"

Tuan Hurboef diam. Ia memikirkan segala persiapan yang dibutuhkan. Bagaimanapun juga, ia sendiri,sebagai orang tua pernah lalai menjaga putrinya.

"Ya. Tolong"

~'~

Gatau mau ngomong apa.

Vomment❤️

18 Desember 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(UN)FAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang