Chapter 2

1.7K 72 2
                                    

suara deru mobil baru saja terdengar, Dela tahu mereka sudah pulang, Mega sedari tadi hanya melihat buku di tanganya, ia belum terbayang apapun bahkan setelah kejadian tadi, namun, firasatnya mengatakan ada hal ganjil dan berbeda selama Mega datang ke rumah ini

rupanya benar, pak Imron dan bu Ida telah pulang, di belakangnya, mbah Wira juga ada, berdiri menyambut tamu yg tak di undang.

hanya butuh sekali lihat, Mega tahu, di hadapanya, bukan sosok hangat mbah Wira yg selama ini dia kenal, melainkan sesuatu yg hitam tengah menatapnya

"onok opo to nduk, kok ndelok'e koyok ngunu" (ada apa ta nak, kenapa melihatnya seperti itu)

Dela melihat gelagat yg aneh pada Mega, belum pernah wajahnya berekspresi tercekat sepeti ini, seolah ia baru saja di cekik oleh kekuatan yg tidak terlihat.

merasa semua ini bukan hal baik, Dela mengajak Mega masuk ke kamar, disana, ia masih bisa melihat, Mega mencuri pandang dari mbah Wira

"ada apa Meg, kok lu jadi aneh gini"

"gak papa Del" kata Mega, beberapa saat kemudian, rumah itu menjadi sesak bagi Mega, ia sadar dalam bahaya

"Del, gw mau pamit ya, gw ada urusan lain"

Dela yg mendengar itu tau, ada yg di sembunyikan oleh Mega, namun dia tidak punya kewenangan dalam menghentikan temannya itu.

"soal tugasnya, tadi aku naruh kertas di halaman 112, buka aja nanti" kata Mega, buru-buru menyerahkan buku

"gak pamit sama bapak, ibuk"

"boleh" kata Mega,

sesaat, Mega terhenti di depan kamar mbah Wira, terdengar nada sair jawa yg familiar di telinganya, sairnya, menunjuk pada "kemalangan dan nasib buruk bagi mereka yg tidak tau unggah-ungguh" (sopan-santun)

suara motor Mega perlahan menghilang, penasaran dengan ucapan Mega, Dela membuka isi buku Mega, disana, tertulis sebuah kalimat "Mbah Wira bukan nenekmu!!"

saat itu juga, handphone berdering, seseorang menelpon Dela, ketika melihat nama kontak pemanggil, Dela pucat pasi melihat

Mega memanggil.

di angkatnya telpon itu, rupanya, itu bukan Mega, suaranya adalah suara seorang lelaki, dengan nafas terburu-buru. "mohon maaf, di kontak darurat ada nomer ini, pemilik hape ini baru saja kecelakaan, menerabas pohon dan saat ini tengah kritis"

Dela hanya tercekat beberapa detik, menelpon orang tua Mega, lalu bergegas keluar, tepat setelah membuka pintu, Dela terdiam menatap mbah Wira tengah bersenandung tembang jawa

"Ing iling, waspodo lan ati2 karo sesunggohone yen ra eroh opo2" (ingat2 waspada dan hati-hati pada sesuatu yg bilamana kamu tidak tau apa2)

Mbah Wira tersenyum memandangnya, Dela berlari melewatinya. ia semakin yakin, mbah Wira bukanlah neneknya.

Dela di beritahu, kondisi Mega kritis, sebelum di bawa kesini, Mega muntah darah banyak, tapi yg mengkhawatirkan tentu darah yg keluar dari telinga kirinya, ini, sudah menjadi masalah serius.

Dela hanya tidak mengerti, kenapa tiba2 saja seperti ini.

rupanya, Malam itu Dela berniat untuk menghadapi ketakutanya, meski di selimuti ketakutan, Dela memberanikan diri masuk ke kamar mbah Wira, beliau sedang melihatnya, tampak tengah menunggu.

"panjenengan sinten?" katanya lantang

"wes eroh to ndok, sopo sing ndudui, kancamu iku, piye sak iki?? wes mati?" (sudah tau kamu nak, siapa yg ngasih tau, temenmu, bagaimana keadaanya? sudah meninggal?)

Tiang Kembar "Dia Bukan Nenekku" ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang