Tamat

1.6K 69 4
                                    

Malam itu. persiapan sholat ghaib di laksanakan saat itu juga.

bagai di terpa badai angin, rupanya. Jin Rhib itu sudah tau, dia berteriak, dan alam menentangnya dengan angin yg berhembus kencang, para santri begitu terkejut, namun mbah Tonah tetap tenang, sembari meminta semua santrinya mendekat, termasuk Dela yg baru saja berwudlu.

sholat di lakukan dengan khidmat, di pimpin mbah Tonah, dan Jin itu menjerit sejadi2nya, konon, Dela bercerita, ia seperti melihat tubuh mbah Wira tertekuk dengan suara tulang di patahkan, begitu ngeri, namun Dela harus ikhkas, dengan ini, semoga ada jalan bagi mbah Wira

setelah sholat ghaib, mbah Wira memuntahkan-muntahan hitam, hitam sekali, dan sangat menyengat. dia tidak berhenti memuntahkan itu.

sembari mencoba lepas dari pasak kayu, tulang lehernya seperti baru saja patah, sehingga kepalanya tidak dapat terangkat. ini merupakan kengerian yg pertama kali membuat Dela sampai tidak bisa melihatnya.

setelah subuh datang. mbah Wira sudah jatuh, entah pingsan atau apa, beliau mengelepar di atas tanah. santri perempuan membuka pasak, membawanya kembali ke pondok pesantren, sementara yg lain kembali untuk menunaikan shalat subuh.

adzhan dzuhur berkumandang, pak Imron mengetuk kamar Dela selama tinggal di pondok pesantren, beliau memeluk Dela kemudian mengantarkanya ke sebuah kamar.

bu Ida juga ikut menyambutnya, matanya hitam tampak lelah dan di hantui rasa penyesalan, Dela mencoba menghibur dengan memeluknya, insya allah, semua sudah ikhlas.

mas Iwan dan pak Sugeng sudah menunggu di luar kamar, di dalam kamar, Dela melihat mbah Tonah, setelah mencium tangan beliau, Dela tertuju pada seseorang yg tengah duduk memandang jendela.

mbah Wira duduk. matanya kosong memandang keluar.

"mbah" kata Dela, namun tidak di jawab.

tidak berhenti, Dela terus memanggil nama si mbah, namun, sebanyak apapun dia memanggilnya, mbah Wira seperti tidak mendengar siapapun.

disana, mbah Tonah menjelaskan. "saat ini, mungkin mbah Wira sudah kosong, seperti yg saya bilang, kemungkinan dia tidak akan ingat siapapun, tidak ingat apapun, tidak bisa melakukan apapun, makan harus di suapi, mandi harus di mandikan, seperti orang mati namun, raganya tetap hidup. dan tidak akan ada lelembut yg tertarik sama jiwa yg sudah kosong"

"pernah melihat kenapa orang gila tidak pernah di rasuki, karena di mata mereka, orang gila tidak punya akal pikiran, bau mereka teramat sengak, sehingga bangsa alus menjauhinya. mohon maaf, hanya ini yg bisa saya lakukan untuk membantu, dan pak Imron sudah setuju"

"insya Allah, tidak akan ada yg menganggu keluarga kalian kembali. Jin itu tidak akan kembali, dan tidak akan berani, karena tiang kembarnya, sudah runtuh satu"

Siang itu, keluarga pak Imron dan semua yg ada disana. kembali pulang setelah berpamitan dengan semua orang di pondok pesantren.

mbah Wira di tuntun oleh pak Imron ketika berjalan, dan beliau menurut saja. tapi tatapanya masih kosong.

sangat kosong. raga tanpa jiwa. penggambaran itu lah yg Dela saksikan.

2 bulan setelah peristiwa itu, Dela bermimpi lagi, mbah Wira kembali, menemuinya dan tersenyum.

begitu ia terbangun dari tidurnya, Dela menemui si mbah yg lebih banyak beraktifitas di dalam kamar, hanya melamun dan melamun, namun, pagi itu berbeda. si mbah Wira bisa melihat -Dela, membelai wajahnya untuk terakhir kalinya.

tidak ada yg tau umur manusia, setelah Dela pergi dari kamar itu, siapa sangka, mbah Wira menghembuskan nafas terakhirnya.

Dela hanya bisa menatapnya sedih, tentu saja. namun ia sudah ikhlas, dan jawaban akan senyuman itu adalah jawaban si mbah yg mungkin sudah berterimakasih pada Dela,

disini, apa ceritanya berakhir. ya, cerita ini memang berakhir sampai disini.

gw gak tau harus nutup cerita ini dengan kalimat apa, tapi, mungkin ada kalimat yg sedari tadi gw pikirin.
memang, sebagai seorang manusia mengambil sesuatu yg bukan haknya merupakan hal yg tidak benar, dan gw berharap siapapun yg membaca ini, untuk tidak melakukan hal terpuji semacam itu.

btw, gw udah minta ijin sama narasumbernya, jadi gw sertain SS chat gw sama dia. tapi, terlepas dari semua itu, gw juga seorang manusia biasa yg mungkin melakukan kesalahan dalam penulisan, tempat dan beberapa hal yg sengaja gw kaburkan, atas permintaan narasumber tentu saja. so gw sertain penutup Thread ini denga foto beliau yg tentu saja sudah gw tutupin -wajahnya. semoga ada hikmah yg bisa di petik dalam cerita gw kali ini. well, gw gk tau lagi kapan bisa balik nulis thread karena akhir2 ini gw sakit mulu, wkwkwk, santai, tapi gw bakal balik nanti kalau sudah baikan dan fit total. Akhir kata, wassalam.

Chat dengan narasumber

intinya, cerita ini balik lagi ke kalian, ambil hikmahnya, dan tetap percaya sama tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

intinya, cerita ini balik lagi ke kalian, ambil hikmahnya, dan tetap percaya sama tuhan. pamit lagi

Tiang Kembar "Dia Bukan Nenekku" ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang