Chapter Zero
Matanya luar biasa mengantuk, pikirannya menjadi kosong, suara disekitarnya terdengar mulai memudar.
Pak Guna, guru matik yang telah mengajar selama delapan tahun di sekolah ini, sedang menjelaskan di depan murid - murid dengan kesabaran setinggi gunung everest, matanya sesekali melihat ke arah para murid yang berusaha menahan kantuk, ia ingin mencari sasaran tepatnya.
"Kamu! Pelajaran masih berlanjut, kalau kamu mau tidur, sudah pulang saja!" Seru pak Guna menatap marah ke arahnya.
Ia kembali terjaga, matanya seakan tertarik kuat.
"Ehh.. iya pak maaf" Sautnya meminta maaf.
"Riko! Kalau kamu sekali lagi tidur, bawa tas mu langsung pulang sana!" Seru marah pak Guna.
Riko hanya menatapnya, jika ia menjawab maka tentu saja ia akan dimarahi habis - habisan, "siapa yang mau dimarahi, lebih baik aku diam saja" pikirnya dengan nada sinis.
Pak Guna kembali menjelaskan beberapa rumus dan juga hal yang lainnya, Riko menunggu dengan sabar, penjelasan Pak Guna telah diketahui oleh dirinya, beberapa jam telah sebelumnya ia korbankan hanya untuk belajar materi selanjutnya, toh sekarang bisa saja ada gunanya.
Tatapan Riko hanyalah tatapan kosong, entah Pak Guna menyadarinya atau tidak, Sebenarnya Riko hanya memperhatikan tangan atau mata Pak Guna.
"Riko" panggil Pak Guna di depan papan.
Tunggu aku rasa Pak Guna sadar.
"Iya pak?""Kalau kau memperhatikan, kau seharusnya bisa menjawab soal yang sudah ditulis, sekarang cepat ke depan dan jawab, dengan cara lengkap!"
Riko terlihat bergetar, matanya baru saja melihat ada sebuah soal tertulis panjang lebar di papan putih. Ia melangkah maju dan mengambil spidol hitam, pada saat ia membaca soal, "untunglah" kata benaknya. Soal yang tertera sangat gampang baginya, ia menjawabnya dengan mudah dan lengkap, selengkap lengkapnya, teman - teman sekelas lain hanya menatapnya, terdiam dengan apa yang ia lakukan.
***
Dari kerumunan murid - murid yang menonton, seorang gadis perempuan sama sekali tidak memperhatikannya, ia malah memperhatikan sosok besar yang ada di sebelah Pak Guna."Astaga kenapa banyak sekali yang datang.." kata panik benaknya.
"Miraa~"
Mira menutup kedua telinganya berharap bisikan itu akan hilang dengan sendirinya, matanya terbelalak melihat kesana kemari, beberapa dari 'mereka' melihat Mira dengan tatapan menyeramkan. Mira berusaha tenang, ia kembali fokus melihat seorang laki - laki nakal yang sedang dikenai hukuman.
"Astaga.., bagaimana?" Bisik kecil Mira disaat melihat laki - laki itu menjawab persoalan rumit dengan mudahnya.
Pak Guna menatap satu murid sasarannya itu, ia hanya terdiam, hingga laki - laki berambut coklat itu telah selesai, sebuah rumus dan angka telah memenuhi papan putih panjang di depan para murid. Ia dengan santainya kembali ke tempat duduk, segera mengambil posisi yang seakan mengintimidasi.
***
"Aku bisa menjawabnya, yesss!" Seru bangga Riko di pikirannya.
Sekarang ia hanya menatap Pak Guna, berusaha menyembunyikan sifat sombong miliknya, dalam hatinya ia berharap kalau saja perhitungannya tidak salah.
Pak Guna melihat jawaban Riko dengan seksama, ia sangat fokus, pada akhirnya Pak Guna hanya bisa menghela nafas dan membenarkan jawaban Riko. Melihat Pak Guna membenarkannya mulut Riko terlihat tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm A Ghost
Teen Fiction-Bagaimana jika kita memiliki dua kesempatan untuk hidup?- Dunia ini terlihat biasa, namun satu yang membuat dunia ini berbeda. Beberapa orang mungkin beruntung ataulah sial, mereka mempunyai anugerah dari yang kuasa, mereka dengan takdirnya masing...