Chapter Three
"Entahlah Tim aku tidak tau apa yang akan terjadi pada temanku.." Katanya terhadap hantu bapak - bapak pucat yang terus menatapnya.
"Rahasia tidak selamanya akan tersimpan, seseorang pasti mengetahuinya seiring berjalannya waktu, kau tau itu Mira.." Kata hantu yang dipanggil Tim itu.
"Heeuhh aku tau, aku tidak ingin memberitau siapa pun, mereka tidak akan mau berteman lagi denganku." Jawab Mira sembari berjalan duduk di atas kursi meja makannya.
Bersih - bersih rumah sudah ia lakukan, mencuci piring, gelas, sendok sudah ia selesai laksanakan, pernak - pernik itu sekarang sudah tertata rapi di tempat peralatan bersih, sekarang ia memiliki waktu bebas untuk sementara sebelum jam lima sudah dicapai oleh jarum jam dinding.
"Apa yang bisa aku lakukan?" Tanyanya putus asa. "Aku sama sekali tidak membantu pada saat itu, walaupun aku sudah tau.." Sambungnya, terlihat jelas matanya berkaca - kaca menatap sedih permukaan meja.
Hantu yang duduk diseberangnya terlihat mengerti akan hal itu.
"Kau bisa melihatnya, tapi.. kematian seseorang mungkin adalah hal yang sangat sulit untuk dicegah, terutama jika itu memang seharusnya terjadi." Katanya dengan nada datar, melihat kejadian ini, sepertinya setiap mahluk halus memiliki perasaan.
Mira menjatuhkan kepalanya di meja makan, untung saja lengannya seakan menahannya bersentuhan langsung dengan meja, ia sekarang terlihat seperti menyembunyikan wajah sedihnya di lengan dan juga diatas permukaan meja kayu.
Mira menggeleng, hal yang biasa ia lakukan jika menemui titik buntu.
"Apa..? apanya yang spesial, aku memang anak indigo tapi.., itu tetap tidak membuat orang lain bahagia karnanya.." Keluhnya. "Apa ini kekuranganku?"
Hantu yang berada beberapa jarak darinya menggeleng.
"Kau bisa membahagiakan orang lain, cuman waktu belum menentukan titik pasti kau dapat melakukannya."Beberapa detik, akhirnya Mira menghela nafas pelan, ia kembali mengangkat kepalanya, matanya dengan cepat mengarah ke jarum jam.
"Bentar lagi jam lima.., aku harus menyapu." Gumamnya.
Hantu yang sebelumnya duduk di kursi meja makan, sekarang berdiri, ia membuka kembali mulutnya.
"Baik aku akan pergi.."
Hantu itu dengan segera berjalan dan memudar, atau lebih tepatnya menghilang secara perlahan.
Melihatnya pergi, Mira secara langsung berjalan cepat dan mengambil sapu untuk bersih - bersih rumah.
***
"Mira... kalau sudah selesai mainnya rapiin lagi ya.. ga bole berantakan..." Kata ibunda dengan suara lembut.
"Iya ma, tar lagi selesai kok!" Seruku gembira, sembari mengutak - atik mainan.
Ibu hanya melihat anak semata wayangnya bermain dengan mainan benda figura dan kemudian berbalik, ibu sekarang berjalan ke arah dapur, hendak untuk mencuci piring - piring kotor sehabis aku yang kecil makan.
Dalam posisi duduk, mataku seketika terfokus ke suatu figur yang aku kenal. Seorang hantu pucat berfigur layaknya seorang bapak dengan perawakan layaknya seorang perkerja kantoran, ia memakai jas, sabuk, sepatu persis seperti pekerja kantoran.
"Eh kamu.., sini main yuk sama aku.." Kataku hendak mengajaknya.
Hantu itu menatapnya, ia kemudian berjalan perlahan dan bersimpuh di depanku. Mataku fokus menatapnya dengan tatapan percaya seratus persen bahwa ia akan bermain bersamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm A Ghost
Teen Fiction-Bagaimana jika kita memiliki dua kesempatan untuk hidup?- Dunia ini terlihat biasa, namun satu yang membuat dunia ini berbeda. Beberapa orang mungkin beruntung ataulah sial, mereka mempunyai anugerah dari yang kuasa, mereka dengan takdirnya masing...