...

23 4 2
                                    

Chapter 4:negosiasi

Aku terbangun dan menyadari diriku sedang berbaring lemas di rumah sakit.

"Hah, bagaimana aku bisa sampai disini? "

Aku yang sudah terbangun dengan spontan mengatakan itu lalu menoleh ke arah jendela. Aku melihat pemandangan pepohonan dan tiba tiba kepalku terasa pusing lalu aku berbaring kembali.

"Sepi sekali, apakah kakak yang membawaku ke rumah sakit? "

Selang beberapa waktu setelah mengatakan itu, kakakku pun tiba tiba membuka pintu dan masuk ke ruanganku. Dia melihatku dan segera memelukku dengan erat.

"Alex, akhirnya kau bangun"

Dia berkata seperti itu, tapi jujur saja pelukannya itu terlalu erat dan membuatku sesak nafas serta membuat tubuhku tambah sakit.

"Kak, bisa tolong lepaskan, aku semakin kesakitan"

"Oh iya, maafkan kakak ya"

Ucapnya sambil melepaskan pelukannya dariku.

"Tapi kakak bersyukur kau sudah siuman"

"Memangnya berapa hari aku pingsan?"

"Sekitar seminggu"

"Apa, lama sekali"

Aku terkejut mendengar fakta ini lalu entah kenapa ingatan ku tentang kejadian di konstruksi lama teringat kembali dan aku mengingat da seorang laki laki yang menyelamatkanku dari ledakan itu.

"Kak apa kau yang membawaku kemari"

"Bukan, pada saat itu tiba tiba saja aku mendapat telepon dari rumah sakit"

"Hah, lalu siapa orang yang membawa diriku kerumah sakit ini"

"Tidak tahu, kata susternya dia seorang yang cukup tinggi dan memakai sarung tangan dan kata susternya dia sedang ada urusan jadi langsung pergi sebelum aku sempat menemuinya"

"Yah"

"Ngomong ngomong bagaimana kau bisa sampai di bawa ke rumah sakit alex"

Tanya kakak, aku yang mendengar pertanyaan itu sontak memalingkan wajah dan gemetaran. Dalam pikiranku aku berpikir kalau kuberitahu tentang kejadian di gedung konstruksi itu pasti kakak akan memarahiku dan tidk mengizinkanku menguak identitas si [BLACK],jadi kuputuakan untuk berbohong kepada kakak.

"Aku tertabarak mobil saat sedang berkeliling"

"Jangan bohong!"

"Tidak kok, aku tidak bohong"

Dengan wajah yang cukup serius kakakku memperhatikan diriku, sepertinya dia biaa mengendus kebohonganmu. Lalu tiba tiba ekspresinya berubah seperti orang yang lega.

"Dan untuk apa kau berkeliling, padahal itu sudah malam kan? "

Sepertinya kakakku tidak mengetahui aku berbohong dan menanyakan pertanyaan dengan wajah yabg menggoda.

"Apa kau sedang berkencan dengan pacarmu?"

"Tidak, tidak aku tidak punya pacar" bantahku.

"Bohong, kau pasti berbohong"

"Tidak aku tidak bohong, kalau aku berbohong mana buktinya?"

"Buktinya..., buktinya sudah jelas kau ini anak rumahan jadi kalau kau keluar itu hanya karna urusan [BLACK]tapi saat kau keluar tidak ada info tentang [BLACK] jadi itu sebenarnya sudah bukti yang jelas. Jadi kalau bukan kencan apa lagi?"

Otakku tiba tiba berhenti setelah mendengar perkataan kakakku, dan aku pun terdiam sampai beberapa saat. Lalu aku berkata dengan pelan.

"Aku hanya cari angin"

MYSTERY NOOBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang