Kaum raksasa telah terusir dari Negeri Lore dan Benua Aurelia.
Konon, pemimpin pasukan manusia, Raja Michael Pertama dari Lore berbelas kasihan pada para raksasa yang telah menyerah tanpa syarat.
Galateia Sang Peri Biru, Duta Vadis menempatkan semua raksasa itu di Gigantes, sebuah pulau ajaib melayang yang tak berpenghuni, dekat Gunung Armitage di sebelah utara Lore. Lalu, dengan meminjam kekuatan dewata Vadis ia memindahkan pulau itu sampai jauh di tengah lautan. Sebentuk kabut tebal abadi melingkupi pulau itu, sehingga pelaut yang melintas hanya melihat lautan luas, bukan pulau yang melayang di langit.
Beberapa abad kemudian, sesosok raksasa pria memberontak. Dengan kekuatan yang jauh melebihi kekuatan sesamanya, ia terjun bebas dari Pulau Gigantes. Lalu ia berenang tanpa istirahat menuju Pulau Lore Besar dan menjejak tanah di dekat Kota Leddingsford, Kerajaan Lore.
Tentu saja raksasa laki-laki itu memilih Leddingsford sebagai tempat tinggalnya yang pertama. Ia memutuskan untuk menindas warga kota itu yang kebanyakan adalah manusia agar dapat hidup enak dan puas. Setelah semua makanan di Leddingsford habis, ia akan pergi ke kota berikutnya.
Raksasa setinggi kira-kira tujuh belas meter itu menatap ke dalam kota dari tembok setinggi lima belas meter.
Lalu ia berseru, "Aku, Bobbin dari Gigantes ingin bicara dengan pemimpin kota ini, sekarang juga!"
Terkejut dan gemetar, Walikota Leddingsford yang bertubuh tambun dan berkumis lebat mendekat ke tembok kota dan berseru terbata-bata, "A-ada yang bisa kubantu, T-tuan Bobbin?"
"Apa nama kota ini?"
"L-Leddingsford, tuan!"
"Baiklah! Dengan ini mulai hari ini akulah pemilik kota ini. Kalau sampai ada satu orang saja yang menyerangku, aku akan mengobrak-abrik kota ini sampai rata dengan tanah, mengerti?"
"M-mengerti, tuan!" Si walikota makin gemetar hingga nyaris jatuh karena lutut-lututnya lemas.
"Nah, itu baru manusia, takut mati," sindir Bobbin. "Mulai sekarang, kalian semua harus melayani aku, memberiku makanan lezat setiap hari sampai aku kenyang! Kalau tidak, awas!"
Bobbin menyeringai, menunjukkan gigi-geliginya yang besar dan kuning. Ia menunjuk ke arah walikota, lalu ke giginya yang mengatup seketika.
Isyarat itu membuat si pria tambun menelan ludah dan buang air kecil di celana.
Sudah cukup menebar ancaman, si raksasa lantas berbalik pergi ke hutan terdekat. Gelak tawanya menggelegar bagai guntur, dan terus terdengar sampai ke kota, bahkan setelah sosoknya menghilang dalam kerimbunan hutan.
Maka, mulailah Kota Leddingsford dirundung teror, disandera oleh sesosok raksasa.
==oOo==
Dalam beberapa hari saja, persediaan bahan makanan di Kota Leddingsford menipis drastis.
Ternyata, raksasa bernama Bobbin itu amat rakus dan tak kunjung kenyang. Makanan yang dihabiskan kira-kira seberat satu ton sehari.
Di saat kritis itu, beberapa insan pemberani berhasil menyelinap ke luar kota untuk meminta bala-bantuan dari kota-kota tetangga, bahkan ke ibukota Lore, Alceste. Namun perjalanan butuh waktu berhari-hari. Bisakah Leddingsford bertahan selama itu sebelum mengalami kelaparan?
Suasana dalam kota jadi makin suram, hampir seluruh kegiatan ekonomi terhenti. Tak ada penjual dan pembeli, seluruh penduduk kota telah berniat untuk diam-diam mengungsi.
Tak terkecuali Earvin Thatcher, seorang penjahit yang adalah mantan pemburu bayaran.
Menyebalkan sekali si Bobbin itu! batin Earvin sambil memandangi tokonya yang sepi. Aku baru saja hidup mapan sebagai penjahit. Gara-gara raksasa itu, kini aku kelaparan dan kehilangan penghasilan!
YOU ARE READING
EVERNA SAGA genta.prahara
FantasyTerra Everna, ranah berjuta prahara Tak hentinya diguncang perang, teror dan bencana Namun di balik segala malapetaka dan duka Terselip pula saat-saat damai sarat makna Terra Everna, ranah berjuta mukjizat Di sinilah lahirnya legenda yang tak terhin...