- 4 -

25 2 0
                                    

                                    - 🍒 -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





  - 🍒 -

"Sebenarnya..." ucap Jaemin, aku menunggu apa yang dia mau katakan.

"Gue tadi emang izin ke toilet, tapi tadi pas mau balik ke kelas, Ortu gue nelpon..." aku mendengar dengan seksama, sudah mulai mengerti jalan ceritanya Jaemin.

"Tapi sebelum gue lanjut, lo udah tau Ortu gue kayak gimana?" tanyanya kepada aku, aku mulai mengingat apa yang aku ketahui tentang Orang Tua Jaemin.

"Hmm, setau gue, Ortu lo itu punya yang punya salah satu hospital dia daerah Jakarta, terus punya perusahaan gitu," Jelas aku kepada Jaemin.

Jaemin mengangguk, berarti jawaban aku benar. Lalu apa yang terhubung dari semua ini?

"Terus hubungannya apa?" aku tanya, menurut aku pertanyaan Jaemin tidak masuk akal apa dengan apa yang terjadi tadi di sekolah.

"Tadi Ortu gue nelpon, ada acara mendadak dan gue harus ikut. Dari tadi gue udah nolak, tapi katanya kalo gue menentang kemauan mereka..." Jaemin berhenti sejenak, mengambil nafas sebentar.

"Gue bakalan keluar dari sekolah, dan beralih ke Home-Schooling," jawabnya, aku sedikit terkejut. Kenapa Ortunya begitu?

Aku melihat Jaemin mulai sedih, aku langsung menepuk pundaknya mengingatkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Kenapa Ortu lo kayak gitu?" tanya ku, ingin mengetahui alasannya.

Jaemin melihat aku lalu berbicara, "Sebenernya udah sejak SMP gue di suruh Home-Schooling sama Ortu, tapi gue gak mau, gue pengen sekolah kayak siswa biasa pada umumnya," aku melihat Jaemin, kelihatannya dia ingin sekali bersekolah di sekolah umum.

"Emangnya kenapa Ortu lo nyuruh lo Home-schooling?" tanya aku, Jaemin senyum lalu mengacak rambutku.

"Cukup lo tau segitu aja, terus sehabis itu, gue melampiaskan kesel gue dengan main basket, gue suruh si Rangga nitipin tas gue," aku langsung membentuk bibir aku menjadi 'o' menandakan aku sudah mengerti.

Jadi setelah Jaemin menceritakan semua, lalu kita makan bareng lalu pulang, disinlah aku berdiri di pinggir jalan, panik karena baterai Hp aku mati total.

"Aish, gue pulang gimana yak?" tanya aku, tiba-tiba ada seseorang berhenti di depan aku, "Lo kayak kambing conge tau gak sih," ucap Jaemin ketika sudah berada di hadapan ku.

lalu Jaemin melanjutkan ucapannya, "Weh beneran gila kali dari tadi ngelamun aja," membuat aku naik darah.

"Terus maksud dan tujuan lo kesini buat ngeledek gue doang?, meningan pulang Jaem," ucap aku kesal karena di ledeki mulu oleh Jaemin.

Jaemin mengusap dada berkali-kali sesekali mengucap kata 'sabar', "gue kesini mau nganterin lo pulang, gak peka banget jadi cewek!. Gimana pacar lo nanti," ucap Jaemin, aku langsung menyadari.

Mungkin kalian berpikir Jaemin adalah murid yang biasa memiliki Motor Gede, seperti Ninja, Repsol, dan lain-lain.

Tetapi di kesehariannya, Jaemin menggunakan Vespa kesayangannya, barang yang paling berharga yang Jaemin miliki.

"Awas aja pas lagi jalan gue di turunin tiba-tiba" aku ucap, was-was karena tahu bahwa Jaemin ini orang yang jahil.

Jaemin ketawa kecil, "gue emang jahil, tapi kalo nurunin cewek di tengah jalan ada banyak orang asing kayaknya terlalu jahat," jawabnya, entah kenapa muka aku jadi hangat.

Jaemin yang melihat mukaku berubah menjadi merah muda langsung menaruh belakang tangannya ke kening aku, "Gak panas kok, tapi muka loh merah," jawabnya.

Karena perlakuan itu muka aku jadi tambah memanas dan aku berbalik agar tidak bertatapan dengannya. "Ga jelas lo Jaem, dah cepetan katanya mau anterin gue. Cepetan nanti keburu sore," Jawab aku.

Jaemin mengangguk dan aku langsung menaiki motornya, tetapi dia tidak berjalan.

"Kok gak jalan?" tanya aku kepadanya, dari kaca spion Jaemin melihat muka aku, "Gue bukan tukang ojek jadi jangan pegangan di pundak gue," jawabnya, aku langsung memukuk helm yang di kenakanya.

Jaemin meringis kesakitan, "apaan sih Rey, sakit tau," ucapnya kesakitan, "Heh, gue gak mau pegangan perut lo, gak boleh tau," aku jawab untuk membenarkan mengapa aku memegang pundaknya.

"Ya udah, kalo jatoh jangan salahin gue yak. Gue ngebut nih" ucapnya, aku tidak peduli dengan kata-katanya karena aku anggap itu hanya candaan.

"Ga bakal ampuh kayak gitu-JAEMIN!" aku teriak sekencang mungkin ketika Jaemin melaju motornya dengan kecepatan yang kencang, refleks aku langsung memegang pinggang Jaemin.

"Gue udah warning loh tadi, tapi lo gak percaya sih" ucapnya, aku tidak memedulikannya.

Ibu kota kalau dilihat pada sore ini memang indah, senja sudah mulai kelihatan, banyak sekali orang yang pulang kerja lalu balik ke rumah untuk bertemu dengan orang-orang yang mereka cintai.

Sungguh pemandangan yang indah, aku sadar sedari tadi Jaemin melihat aku dari kaca spion, yang aku tidak tau setiap Jaemin melihat aku. Dia tersenyum tipis.

Setelah sudah sampai di depan rumah aku, Jaemin langsung pamit karena takut Orang tuanya mencarikan keberadaan dia, karena sedari tadi dia tidak mengabari mereka setelah insiden tadi.

Aku langsung memasuki rumah lalu membersih-bersih sebelum aku mengerjakan tugas rumah lalu tidur.

- 🍒 -

hellowww
maaf readers kalo chapt kali ini short banget, soalnya author lagi sibuk sama PTSㅠㅠ
tapi aku janji abis ujian bakalan update lagi,
thx alot guys

jangan lupa kalo suka vote ya
karena voting itu ge ra tis,
see you all next chapter.

-xoxo, author

-xoxo, author

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
with(out) you // na.jaemin  [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang