Murid baru

244 12 0
                                    


Banyak hal yang ingin aku katakan pada  Takdir. Kenapa aku harus bertemu pada nya? Kenapa aku harus terlibat dalam ke kacauan nya? Sungguh aku begitu ingin mengulang waktu dan berpura- pura tuli.

_zhao Lusi_

Lusi berdiri di halte bis menunggu kendaraan yang akan mengantar nya sampai ke sekolah. Jarak dari rumah nya ke sekolah tak  begitu jauh , namun jika ia harus jalan kaki bisa  di perkirakan bahwa ia akan terlambat, jadi lusi lebih memilih menaiki angkutan umum saja.

Tak lama akhirnya bis nya datang, lusi naik dan duduk sambil memasang  earphone milik nya, untuk mengurangi kebosanan.

Hampir 10 menit perjalanan, sekarang ia sudah sampai di depan gerbang sekolah. Gadis itu tampak gemetaran, yang ia pikirkan. Nanti aku  harus bersikap bagaimana ya? Temen-temen ku baik-baik ngak ya?. Oh sungguh ia bingung. Lusi memang sulit untuk bisa berkomunikasi dengan mudah. Ia juga sedikit trauma karena perlakuan teman-teman nya di sekolah yang dulu kurang baik pada nya. Gadis itu pernah kena bully di sekolah nya di bandung. Semenjak itu ia harus berhati-hati memilih teman.

"Bismillah." Ucap nya mayakin kan diri sendiri.

Lusi melepaskan earphone yang masih ber ada di telinga  nya. Gadis itu perlahan berjalan masuk ke dalam sekolah.

"Assalamualaikum buk?" Lusi kini telah ber ada di depan pintu ruang guru.

"Waalaikum salam. Silahkan masuk  nak." Jawab salah satu guru di sana. Mempersilah  kan  lusi untuk masuk ke dalam dan duduk.

"Kamu   murid  baru itu kan?" Ucap  guru memastikan.

"Iyha buk." Jawab nya dengan ter senyum.

"Perkenal kan, nama saya Bu dina. Saya adalah wali kelas kamu." Bu dina mengulurkan tangan nya.

Lusi  membalas uluran tangan dari wali kelas baru nya.

"Mari saya antar."

Mereka berdua bangkit dari duduk nya, berjalan keluar dari ruangan  untuk pergi ke kelas.

"Ini kelas kamu."
Mereka telah sampai di depan pintu kelas XI IPA 2.

"Mari masuk." 

Lusi mengikuti guru nya masuk ke dalam kelas. Semua siswa nyaris tak berkedip melihat kedatangan gadis itu. Sungguh lusi gugup jika seperti ini terus, rasa nya ia ingin menangis dan pergi pulang memeluk mamah nya.

"Ini teman baru kalian."
"Perkenal kan  dirimu nak!"

Lusi ber usaha untuk  biasa saja. Ia pun mulai memperkenal kan diri  nya.

"Haii, perkenal kan nama saya Zhao Lusi, di panggil  lusi. Saya adalah murid pindahan dari SMU di Bandung. Senang bertemu kalian." Lusi menunduk kan kepala nya.

"Apa ada yang mau ber tanya?" Ucap Bu dina kepada semua murid.

"Saya buk." Seorang siswa yang duduk di bangku belakang mengangkat tangan nya.

"Silahkan dimas."

Laki-laki itu ternyata bernama dimas. Lusi mulai menengadakan kepalanya, menatap dimas. Tatapan mereka pun saling  bertemu.

"Apa kamu sudah punya pacar?" Kata dimas blak-blak an tanpa malu padahal masih ada guru di sana.

Lusi  tampak gugup, apalagi semua murid di kelas menjadi riuh, mereka kompak menyoraki dimas.

"Woy, santai bro." Ucap dimas menenangkan semua teman nya. Bu dina hanya geleng-geleng kepala, melihat anak didik nya.

"Belum." Jawab  lusi menunduk kan kepalanya lagi. Sungguh ia ingin pulang.

"Huwaaaa mamahhhhh lusi maluuuuuy."
Rasanya ia ingin berteriak se kencang-kencang nya. Namun ia hanya bisa berterik dalam hati. Sabarr

"Ibuk harap kalian bisa berteman baik dengan nya."
"Silahkan kamu duduk di sebelah Citra."

Lusi mulai berjalan perlahan, ia bingung mana yang nama nya Citra.

Ia melihat-lihat semua teman nya.

Mengetahui bahwa murid baru itu bingung.Citra pun mengangkat tangan nya. Gadis yang peka juga.

"Akhirnya." Gumam lusi. Ia pun mulai   berjalan menghampiri Citra  dan duduk di sebelah nya.

"Hai namaku Citra. Semoga kita bisa berteman baik." Ucap nya dengan mengulurkan tangan.

Lusi membalas uluran tangan citra dan tersenyum manis. Akhirnya ia menemukan teman baru.





Call Me LusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang