03. Ujung Pertemuan

78 7 0
                                    


Hari ini, tepat tanggal 1 Februari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari ini, tepat tanggal 1 Februari. Persis satu minggu setelah kandasnya hubungan dua insan yang pernah bersama dalam waktu yang dapat dikatakan lama. Tanggal 1 yang harusnya menjadi perayaan tepat 3 tahun hubungannya dengan Winar. Namun nyatanya harus berlalu begitu saja.

Sejak pagi, jendela luar kamar Rania berembun. Ada bulir-bulir air yang melekat pada kusen dan kaca jendela itu. Tanda bahwa diluar sedang hujan. 

Perempuan yang baru saja membuka mata untuk mengawali hari itu harus bertemu dengan dosen pembimbingnya untuk membicarakan tugas akhir yang diperjuangkan kini, memaksanya untuk cepat-cepat beranjak dari kasur. Namun sebelum itu, pandangannya menembus kaca jendela, mencoba untuk menerawang apa yang akan terjadi hari ini.

Suara pendingin ruangan masih terdengar dalam kamarnya saat ini, bersamaan dengan terawangannya pada kaca jendela yang mencoba menebak skenario apa yang disiapkan oleh semesta hari ini. 

Sebelum akhirnya suara gaduh memecah keheningan.

"Yaaah! Ayo, udah jam 7 ini!", suaranya jelas terdengar dari dapur.

"Rania! Juan! Bangun! Ini anak-anak kenapa belum pada bangun, sih", sahutnya lagi masih dari sumber suara yang sama namun kali ini lebih santer terdengar, yang menandakan seseorang yang memiliki suara itu semakin mendekat ke tempatnya saat ini.

*tok.. tok..*

Pintu kamarnya diketuk, disertai dengan seruan perempuan dewasa yang ia panggil sebagai Bunda, "Rania, bangun. Bunda sama ayah mau pergi, sarapan udah bunda siapin. Nanti tolong cuci piring, ya".

Cklek..

Perempuan itu mulai berjalan kearah pintu untuk menjawab seruan bundanya, 

"Iya bun, Rania udah bangun daritadi, lagi ngumpulin nyawa ini juga"

"Kak Juan dibangunin sana, Bunda sama Ayah pergi dulu", katanya sambil membenarkan baju yang dikenakan.

"Bunda sama ayah baru pulang kemarin sore, sekarang harus pergi lagi?", katanya datar.

Perempuan yang ada didepan Rania kini mengedikkan bahunya, "Mau gimana lagi? Tuntutan pekerjaan ini. Buat kalian juga, kan?".

"Selalu gitu alas----",

Wanita itu menjawab sebelum Rania menyelesaikan kalimatnya, "Udah ya? Telat nih nanti.. Saling jaga ya kalian cuma berdua dirumah. Baik-baik, kalau ada apa-apa kabarin".

Perempuan itu langsung pergi menyusul suaminya yang sudah berada di mobil sambil menutup pintu kamar Rania. Dalam lubuk hati Rania, yang ia harapkan hanya satu dari orang tuanya, yakni punya waktu lebih lama dengan mereka. Bercengkarama, berdiskusi, atau hanya sekedar makan bersama di meja yang sama. Namun jika begini keadaannya, apa mungkin bisa bercerita tentang apa yang dialaminya baru-baru ini? Itu mustahil kan? 

---------------------------------------


"Kak Juan.. Kak bangunnnnn!!!!! Susah banget sih kalo suruh bangun pagi!", 

seru Jeara sambil berusaha untuk menarik selimut kakak laki-lakinya itu.

Tetapi laki-laki yang masih asyik bercumbu dengan kasurnya sama sekali enggan untuk bergerak.

"KAAAAKKK!! UDAH JAM 8 LOH??!!", 

Jeara meningkatkan tone suaranya setelah melihat respon yang diberikan oleh Juan.

"Hoaaamm, apaan sih Raaann", 

kata laki-laki itu berusaha untuk mengubah posisi tidurnya.

Laki-laki dihadapannya masih asyik memejamkan matanya, sambil berkata, "Hhhh.. bentar, 5 menit lagi".

"Yaudah serah kalau telat ga nanggung ya", 

ucap Rania sambil melangkah pergi keluar kamar kakak laki-lakinya yang masih asyik membuat pulau pada bantalnya.


Membangunkan Juan ketika pagi hari memang PR paling sulit yang ia dan ibunya lakukan. Tak sering bahkan, kata "5 menit lagi" yang berujung menjadi lebih dari 20 menit hingga nanti akan berakhir terburu-buru ketika Juan memiliki kelas pagi. Bahkan tak jarang, kakak laki-lakinya itu tidak mandi dan langsung menuju kampus dengan semerbak parfum dan baju baru yang ia ambil serampangan pada tumpukan pakaian teratas di lemarinya. Ketika diingatkan, ia hanya berdalih, 


"Anak teknik mah bebas mau mandi mau engga".


---------------------------------------


Juanda Rinarna, kakak laki-laki Rania yang katanya hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk bangun, nyatanya sampai Rania selesai mandi, berdandan, bahkan menyiapkan berkas BAB 1 yang akan ia serahkan untuk bertemu dosen pembimbingnya hari ini, belum menunjukkan tanda-tanda akan membuka matanya.

Sampai akhirnya, "KAK JUAAAN! UDAH JAM 8.45!! BANGUN!!! KULIAH!! RANIA BERANGKAT DULUAN. KUNCINYA DI MEJA DEPAN YAAA PINTU DEPAN RANIA KUNCI, JANGAN LUPA SARAPAN NANTIIII", sambil  memekakkan pada telinga kakaknya itu dan melenggang pergi untuk lebih dulu berangkat ke kampus. 



Namun tiba-tiba....

*ckling*

*ckling*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Daring AnantaWhere stories live. Discover now