4. lunch time

2.3K 279 26
                                    

Jeongin sedari tadi hanya menaruh kepalanya pada tumpuan tangannya yang ditaruh di atas meja. Ia melihat ke arah Beomgyu yang tidak henti-hentinya tersenyum. Jeongin pikir bahwa Beomgyu sedang kesurupan.

Lelaki muda itu jadi takut sendiri. Pasalnya, Beomgyu masih betah menggambar dan senyumannya tidak pernah luntur. Ini membingungkan sekaligus membuat Jeongin bertanya-tanya.

"Gyu, kau sehat?" tanya Jeongin akhirnya namun tidak ada jawaban dari Beomgyu yang masih dengan kegiatannya. Jeongin sebal diabaikan hingga akhirnya ia menepuk keras bahu Beomgyu yang membuat lelaki mungil itu berteriak.

"Yang Jeongin bodoh! Sakit bahuku!" teriak Beomgyu heboh.

"Kau sih, kupanggil tidak menyahut lalu kuajak bicara kau senyum-senyum sendiri. Kenapa sih? Kau kesambet hantu mana lagi?" kata Jeongin.

"Sialan ya mulutmu," geram Beomgyu. "Aku tidak kesambet apa-apa, tahu. Aku hanya merasa senang saja."

"Ck, apa kau tidak ingin berbagi kebahagianmu itu denganku?" pinta Jeongin yang terdengar seakan memohon pada Beomgyu.

"Jangan. Aku malu."

Kedua bola mata Jeongin membulat.

Apa? Beomgyu malu?

Astaga! Ada apa dengan Beomgyu hari ini?

"YA! Sejak kapan kau punya malu, hah?" Jeongin yang tidak tahan itu akhirnya bertanya dengan suara kerasnya yang mampu mengundang perhatian di sekitar mereka.

Beomgyu tidak peduli yang ada lelaki mungil itu malah menunduk sembari memegangi kedua pipi tembamnya. Ia merona dan jangan tanyakan betapa kagetnya Jeongin. Jeongin ingin segera ke UKS saja karena rasanya jantungnya sudah mati rasa.

Bel istirahat berdering dan seluruh siswa berhamburan keluar kelas untuk ke kantin. Ya tentunya selain mengisi perut mereka, mereka biasanya juga saling bertukar pikiran tentang apapun termasuk bertukar pikiran dan obrolan mengenai suka duka mereka selama di kelas. Ah... indahnya kehidupan SMA memang tidak bisa diulangi selagi di SMA kalian harus menikmatinya—syukuri saja ya jika tidak nanti kalian akan menyesal.

Lelaki tinggi tersebut berjalan ke sebuah meja yang berisikan dua orang siswa laki-laki yang duduk saling berhadapan. Senyumnya terus merekah ketika langkahnya hampir dekat dengan meja yang ditujunya. Langkahnya pun berhenti.

"Hai," sapanya.

Kedua orang siswa lelaki yang mulutnya penuh makanan itu menoleh padanya dengan tatapan bertanya mereka.

Lelaki tinggi berseragam rapih itu tersenyum, "Apa aku boleh duduk disini? Meja lainnya sudah penuh," ujarnya.

Jeongin dan Beomgyu segera tersadar dan menelan makanan mereka cepat-cepat hingga Jeongin terbatuk-batuk dan Beomgyu memberikan segelas air kepada kawan karibnya itu.

"Oh.. iya tentu. Silahkan saja," balas Beomgyu.

"Terima kasih."

"Iya."

Jeongin masih terbatuk-batuk karena tersedak makanannya sendiri. Dasar konyol. Beomgyu menepuk-nepuk punggung belakang Jeongin agar Jeongin merasa sedikit lebih baik.

"Hati-hati, bodoh. Kalau makan itu yang benar dong," oceh Beomgyu.

"Diam, Choi," kesal Jeongin yang tak lama ia merasa sudah lebih baik.

Beomgyu melihat dasi yang dikenakan siswa yang duduk di sebelah Jeongin itu. Ia pun tersenyum setelahnya. "Kau kelas berapa?" tanya Beomgyu karena ia tidak suka suasana canggung seperti ini.

Quickly Babe ⌇ taegyu [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang