Meet Hope (Part One)

14 0 0
                                    

5March 2020 Hoseok post this photo on twitter make me scream by my own!!! I hate him, but love him more! Ahahahah ok! This is the part one of With Hope story. Please enjoy! Btw, this story full Indonesia. If I get mood for write it in English, I will post it asap...



"Hoseok-ah! Aku sudah sampai di bandara Paris. Aku menunggumu di M*D ya!"
"Ya! Kamu bilang sampai Paris jam lima. Ini sudah jam setengah tujuh kenapa baru sampai? Aku khawatir. Mana kamu baru pertama kali kesini lagi. Tunggu aku disana! Jangan kemana-mana. Makan saja yang banyak!"
"Tapi... Ah! Geuseki!" (Si Brengsek!)

¥R
Hoseok berlari ke arah mobilnya. Tak hiraukan panggilan para asisten dan sahabatnya yang lain. Hanya satu yang ada dipikirannya. Ahn Yeoreum. Gadis yang dari SMP menjadi sahabat perempuan satu-satunya datang ke tempatnya berada.

Saat tiba di bandara dan menyerahkan kuncinya pada penjaga vallet parkir, Hoseok berlari mencari tempat makan siap saji. Sambil mengatur napas sehabis lari, ia berjalan menuju area samping dekat jendela. Sosok gadis yang telah lama tak bertemu sudah berada di hadapannya.
"Ya, Ahn Yeoreum! Aku datang!"
"Ya! Kamu lari?! Tidak perlu lari-lari. Aku baik-baik saja kok! Aku tetap menunggumu dan tidak akan ikut orang lain. Ini minum dulu!" Yeoreum menyerahkan botol air putih miliknya.
"Aku takut terjadi apa-apa padamu karena kamu orang asing disini. Dan ini negara asing bagimu." ucap Hoseok sambil mengatur napas.
"Tadi kan hujan, jadi pesawat sempat hanya berputar-putar di atas bandara mungkin sekitar setengah jam. Lalu setelah mendapatkan bagasi, aku belanja beberapa barang dulu... hehehe.. Sampai aku lupa membeli kartu ponsel baru. Jadi, aku baru bisa menghubungimu."
"Ya! Disini ada wifi. Tinggal tanya kata sandi, kamu bisa mengontakku. Kamu ini hidup di zaman apa sih?"
"Aku lelah setelah penerbangan berjam-jam. Dan aku kesini bukan untuk mendengar ocehanmu. Aku datang karena merindukanmu dan membutuhkanmu."
"Ayo pulang kalau begitu! Kamu bisa istirahat di rumah."
"Kamu harus makan dulu, Hoseok! Kamu sudah berlari kesini."
"Baiklah..."
"Oh! Logat Gwangju mu tidak berubah sama sekali. Padahal sudah... Berapa tahun kamu disini? Dari kuliah kan? Delapan tahun?"
"Iya, delapan tahun. Aku masih orang Korea meski aku tinggal di Paris."
"Baiklah, Jean Hoseok Dupont!"
"Kamu kesini terlalu mendadak. Aku tidak bisa menyambutmu dengan baik. Jujur saja aku lari dari gladi resik colaboration exhibition dengan desainer lain dari seluruh dunia."
"Ya! Kau gila?! Ini kan kesempatanmu untuk kolaborasi dengan mereka. Aku bisa menunggumu. Aku bisa berbelanja atau cari hotel sekitar bandara sebelum kamu bisa menjemputku."
"Tak masalah. Kamu lebih berharga dibanding kesempatan itu..."
"Terima kasih, Hoseok..."
"Ayo pulang! Aku sudah menghabiskan makananmu. Nanti, kita makan malam lagi ya! Kamu istirahat dan mandi dulu. Kamu harus merasakan makanan khas Perancis di negerinya langsung."
"Itulah yang kuinginkan, Hoseok!"

¥R
"Hey! Kamu terlambat! Berlari keluar dari exhibition tanpa memberitahu siapapun! Lalu pulang terlambat untuk menghindari memasak makan malam ya?!" Ucap seorang pria menggunakan bahasa Perancis begitu Hoseok masuk dan mempersilahkan Yeoreum masuk.
"Kamu lebih cerewet dari ibuku! Aku menjemput tamu kita."
"Oh my God! How's your day, ma cherrie? (Sayangku?) Aku Peter!" Pria Perancis itu mengulurkan tangan dan langsung menarik Yeoreum untuk memberikan ciuman di pipi.
"Yeoreum Ahn. Teman Hoseok!" Kata Yeoreum canggung.
"Kamu bisa bicara bahasa Korea saja denganku. Aku mengerti kok! Hoseok mengajariku. Aku juga pernah belajar ke Korea langsung selama setahun untuk belajar bahasa dan kebudayaannya."
"Ah... Syukurlah... Aku belum fasih berbahasa Perancis."
"Kamu tidur di kamar dengan Hoseok ya!"
"Apa?!"
"Ya! Maksud Peter, kamu bisa tidur di kamarku. Bukan tidur denganku. Dia memang bisa berbahasa Korea, tapi dia belajar sudah lebih dari tiga tahun lalu? Jadi dia sedikit lupa. Tapi, setidaknya kalian bisa mengobrol meski aku tidak di rumah."
"Oh... Ok! Lalu kamu tidur dimana?"
"Dia bisa tidur dimanapun. Di teras juga bisa seperti anjing penjaga."
"Kalau bukan teman, aku usir kamu!"
"Cherrie, kamu sudah makan?"
"Sudah."
"Kalau begitu kamu mandi dan istirahat dulu. Aku dan Hoseok akan menyiapkan makanan untukmu. Padahal ini hari giliran dia memasak makan malam. Karena ada ma cherrie, aku bantu dia memasak makan malam hari ini. Hanya hari ini ya, Jean Hoseok Dupont!"
"Iya... Yeoreum, mandilah dulu!"
"Ne..."

¥R
Paris, Perancis. Kedatangan Yeoreum kemari untuk membuat harapan baru dalam kehidupannya. Ia merasa kehidupannya yang selama ini sangat bahagia telah hancur. Itu karena ulahnya sendiri.

Satu orang yang ada dipikirannya yang bisa membantunya membuat harapan baru adalah Hoseok. Hoseok menjadi sosok sahabat, kakak bahkan orang tua di saat yang sama. Yeoreum butuh itu selama ini. Sudah belasan tahun ia kehilangan orang tua. Lima tahun hidup terpisah dengan kakak satu-satunya karena sudah berkeluarga.

Sejak kenal Hoseok, ia selalu menginginkan seorang kakak laki-laki yang bisa selalu merangkulnya di saat ia senang maupun sedih. Kali ini ia datang sendirian dengan penuh harapan pada Hoseok untu membuat hidupnya lebih berarti.

¥R
"Darling, kamu harus simpan kembali apapun yang sudah kamu pakai!"
"Oh! Yeoreum, makanan sudah jadi. Ayo makan! Inilah masakan khas Perancis. Peter sangat jago membuatnya."
"Jangan terlalu memuji! Kalau aku terbang, atap rumah ini akan rusak. Kalian mau kebanjiran di dalam rumah? Hari ini hujan sepanjang hari."
"Iya, tadi saja pesawat hanya berputar di atas bandara selama setengah jam karena landasan basah dan takut tergelincir."
"Oh ya! Aduh! Parah sekali kalau gitu. Pantas saja Hoseok langsung berlari setelah mendapat telepon. Ia sangat mengkhawatirkanmu!" Peter berbicara campur berbahasa Korea dan Perancis. Tapi, cukup membuat Yeoreum mengerti.

Mereka makan malam sambil berbincang panjang. Yeoreum lupa sejenak rasa lelah, khawatir, gelisah dan kesedihannya. Sampai akhirnya Peter pamit untuk pergi ke Venice malam itu juga. Dia tidak bercerita panjang tentang alasannya ke Venice. Yang jelas ia hanya memberikan wejangan pada Yeoreum agar menjaga Hoseok. Padahal seharusnya Hoseok yang menjaga Yeoreum karena Yeoreum adalah seorang wanita. Wanitalah yang harus dijaga oleh laki-laki. Bukan wanita yang menjaga pria.

WITH HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang