𝙡𝙖𝙧𝙞

311 35 1
                                    

Kalau kau merasa ada yang mengikutimu, jangan lari.

Sepenggal kalimat dari buku lusuh yang Seonghwa pinjam dari perpustakaan membuatnya merinding. Apalagi ketika ia baru menyelesaikan bacaannya saat hari sudah gelap, seolah tak ada lagi kehidupan di kampusnya.

Padahal ia dua kali melihat arlojinya dan tiga kali membuka gawainya, menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh. Seharusnya masih ada beberapa mahasiswa yang berlalu lalang, karena seingatnya ㅡsebagai mahasiswa semester tuaㅡ kelas malam selalu ada. Paling tidak satu sampai dua kelas.

Rasanya ia menyesal karena memilih untuk melewatkan waktunya sekadar untuk membaca novel lawas itu di perpustakaan. Padahal ia bisa baca itu di rumah. Namun apa yang ia bisa lakukan sekarang adalah mengembalikan buku itu kemudian pulang.

Seonghwa terdiam sejenak di depan gerbang kampus, merasa ada yang aneh. Hari ini benar-benar sepi, bahkan satpam pun tak terlihat. Aneh sekali. Lebih anehnya lagi, ia merasa sedang dibuntuti. Kau tahu rasanya? Punggungmu serasa dingin, seperti ada angin yang berdesir hanya disana, serta kakimu yang tegang, ingin berlari, tapi serasa ada yang menahan.

Kemudian, ia teringat pada novel tadi. Sialan sekali, bagaimana bisa ia tersihir untuk membaca karya fiksi lawas macam itu? Bukankah lebih baik mencari referensi? Entah. Niat awalnya tak berjalan lancar. Buku itu, Seonghwa tidak tahu mengapa bisa membacanya sampai akhir tanpa bosan sedikitpun.

Lupakan. Sekarang, ia kembali teringat kalimat itu. Kalimat yang akhirnya membawanya pada kenyataan yang mengerikan, persis pada novel yang ia baca.

Disana ada halaman yang hilang, tepat setelah kalimat itu berbunyi. Ia pikir, lebih baik menciptakan sebuah karya baru dari novel tersebut, dan ia harap berakhir bahagia.

Bodohnya, prinsip "peraturan ada untuk dilanggar" justru ia terapkan. Ketika buku itu mengatakan jangan lari, maka ia lari.

Sekali lagi aku katakan, bodohnya. Bodohnya ia mengambil pilihan itu. Tanpa sadar sama sekali, ia menyebrang jalanan raya yang ia pikir sepi, mengabaikan apapun di depannya yang ia kira kosong. Berakhir dengan truk yang melempar tubuhnya jauh, dengan kepala bocor dan cipratan darah yang menyebar di jalanan.

...bisa jadi, akan ada petaka di hadapanmu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ATEEZ SHORT HORROR STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang