Jisoo beberapa kali terbangun karena tidurnya yang tidak nyaman. Ia berputar beberapa kali demi mencari posisi. Itu tidak bertahan sampai 1 jam. Ia akan terbangun dan satu jam kemudian baru dapat tidur kembali.
Nafasnya juga berat karena dadanya yang penuh. Ia juga menjadi jauh lebih sering ke kamar mandi untuk buang air kecil. Ia menatap suaminya yang tidur. Ia tidak sampai hati membambangunkannya untuk mengajaknya berbicara. Sudah 3 hari Yoongi selalu terlambat karena sibuk dengan pendistribusian barang dan juga pengawasannya. Ia mengusap pipinya.
Mereka sama melewati hari yang melelahkan dan Yoongi pantas mendapat istirahatnya.
"Kau tidak tidur?"
"Aku mengantuk tapi tidak bisa. Maaf membangunkanmu."
"Jam berapa sekarang?"
"4 pagi."
"Mau mendengar cerita."
Jisoo mengangguk. Yoongi menceritakan aktivitas-aktivitas yang lucu dan menyenangkan untuk dibagikan kepada Jisoo. Ia menceritakan banyak hal. Tentang karyawannya, tentang bagaimana ada salah satu karyawannya yang melamar saat istrihat dan bagaimana obrolan-obrolan lucu tentangang kegiatannya disana. Jisoo selalu tertawa disela-selanya dan dimana keseruan ceritanya.
Dahi Jisoo berkerut meringis sakit dengan kontraksi perutnya. Ia menggigiti bibir bawahnya dengan terus mengatur nafasnya.
Yoongi berhenti dan melihat istrinya. "Sakit sekali?"
Jisoo hanya mengangguk.
Yoong duduk, mengusap bahu Jisoo dan punggungnya. Tangan kirinya digenggam Jisoo sangat erat. "Andai sakitnya bisa dibagi. Apa kita ke dokter sekarang?"
Jisoo menggeleng, ia tersenyum dan melonggarkan genggamannya. "Aku merasa lebih baik. Saat kontraksinya sudah lebih dari 2 kali hari ini. Aku akan cepat menghubungimu."
"Kau harus," ujarnya dan memberikan ciuman di bibir lalu kening.
Sudah jam 7 pagi, setelah jam 6 tadi Jisoo tidur. Dia masih tidur ketika Yoongi meninggalkannya untuk mandi dan ia kembali ke kamar setelah sarapan, Jisoo masih pulas tidur. Ia hanya berbisik tanpa ingin membangunkannya. Ia juga meninggalkan sarapan dan susu beserta catatan di meja kamar mereka.
"Aku berangkat, sayang." Ia mencium keningnya.
--
Jisoo bangun jam setengah sembilan pagi. Mendapati sarapan dan tulisan manis yang di letakan dibawah gelas susunya. Ia mengusap perut sebelum mencari ponselnya untuk mengirim pesan pada Yoongi. Jisoo mengambil gambar dirinya yang sedang memegang perutnya. "Terimakasih sarapannya, appa." Ia juga memberika beberapa karakter stiker di pesannya.
Ia menyelesaikan sarapannya dan berencana hari ini untuk berberes di rumah. Tapi sebelum itu, menggunakan online market app, Jisoo berbelanja sayuran dan juga kebutuhan dapur lainnya. Ia menggunakan pembayaran di tempat.
Dengan bawah mata yang sudah terlihat gelap, kurangnya istirahat, Jisoo masih bersemangat untuk mengurus rumahnya. Ia menyalakan Robotic vacuum cleaner untuk membersihkan sudut-sudut rumahnya. Ia melihat dapurnya sudah rapi, piring-piring tersusun di tempatnya. Pakaian yang dicuci semalam sudah dijemur, hanya ada satu pasang baju yang semalam dipakai Yoongi di keranjang cucian. Sudah jam setengah supuluh dan ia bingung apa yang akan di kerjakannya. Mengingat bisanya ia hanya akan bermain-main dengan bola-bola benang untuk membuat pakaian atau syal hangat. Sekarang benang rajutnya sudah habis. Nyonya Seo biasa datang bermain di tempatnya saat sore. Ingin mengurus taman, ia hanya memiliki rumput di halaman rumahnya dan minggu kemarin Yoongi baru memotongnya. Ada juga pohon buah yang ia siram saat sore sembari ia berolahraga karena sulit baginya untuk bangun di pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right [END]
Fanfiction[COMPLATED] [15+] Yoongi x Ji Soo || Romance, Shortstory, "Aku berperan seperti antagonis. Apa aku terlihat seperti orang jahat diatas semua penderitaanmu." "Mereka sudah dewasa untuk menentukan menolak atau menerima."