Part 2 : What should i do?

1.2K 121 1
                                    

Jisoo duduk di sofa. Ia masih tidak tenang, mengingat pergi meninggalkan makan siang dengan perasaan tak nyaman. Ada sedikit kelegaan saat berbagi cerita dengan Rose serta berkeliling menemaninya melihat Kota Seoul sampai sore, tetapi Yoongi yang tak kunjung merespon panggilannya membuatnya semula lebih baik menjadi gelisah. Ia khawatir dengan Yoongi yang mendiaminya seperti ini. Ia bingung dengan apa yang harus diperbuatnya. Dia tidak pernah memperlakukan Jisoo sampai seperti ini sebelumnya. Mendiaminya tanpa memberi kabar.

"Oppa kau dimana? Kau marah? Aku benar tidak tahu. Kita sama-sama tidak tahu. Setidaknya beri aku kabar." Jisoo mengiriminya pesan suara. Ia memandangi ponselnya, membaca dan mendengarkan kembali pesan yang dikirim untuk Yoongi. Panggilan itu berdering tapi tidak kunjung diangkat oleh si pemilik telepon. Ia sudah mengirim puluhan pesan dan satupun tak ada balasan bahkan sekedar dibaca olehnya. Terakhir terlihat pada profil pesan chatnya jam 1 siang.

Ding~ dong~

Jisoo bertanya-tanya siapa yang datang ke apartemnnya selarut ini, saat yang tahu ia tinggal disini hanya Minhyuk dan ibunya. Ia memberi tahu Yoongi, sayangnya pesan itu belum di bacanya. Mungkin. Ia tidak ingin berpikiran buruk. Dengan hati-hati dan sedikit rasa takut karena ia tinggal seorang diri Jisoo berjalan ke depan pintunya. Jisoo menekan interkom untuk melihat siapa yang datang. Seorang pria berambut cokelat gelap dengan jaket denim membelakangi pintu apartemnennya.

"Siapa?" tanya Jisoo.

Dia menoleh dan Jisoo segera membuka lebar pitu untuknya. Jisoo memperhatikannya dengan wajah iba. Ada luka gores kecil di pipinya, pelipisnya berdarah, bibirnya terluka dengan segumpal darah yang sudah mengering. Itu berlangsung singkat, karna pria itu menarik Jisoo erat dalam dekapannya.

Sejenak diam dalam pelukan Yoongi, Jisoo bertanya pelan. "Oppa, ada apa denganmu?"

"Mmm-, aku merindukanmu." Pelukannya mengerat saat Jisoo berusuha mendorong. Jisoo juga mencoba mengabaikan perhatian penghuni apartemen lainnya yang menatapnya dengan bingung.

"Kau milikku," bisik Yoongi bersembunyi di bahu Jisoo.

"Aku milikmu. Kenapa? Ada sesuatu?" Jisoo membalas pelukannya, ia menepuk bahunya dan mencoba mendorong Yoongi setelah ia merasa Yoongi sudah melonggar dan memberi jarak sejengkal.

Jisoo mematapnya, tangannya terulur membelai wajahnya. Ia tersenyum lega, karena Yoongi menemuinya. "Kau baru saja menangis? Kenapa? Aku di sini. Tidak kemana-mana."

Yoongi membawa tangan Jisoo kedepan bibirnya, ia mengecup tangannya dengan mata terpejam. "Aku sangat merindukanmu."

Meresapi ucapannya, Jisoo menatap Yoongi dengan senyum dan nyaris saja Yoongi membuat mereka terjatuh. Ia menjatuhkan kepala pada bahu Jisoo. Mendesah pelan. Jisoo tahu Yoongi tidak tidur dan tidak sepenuhnya dia melimpahkan bebannya pada Jisoo. Yoongi memeluknya lagi, memebenamkan kepala dan bersembunyi dibalik rambut Jisoo yang tergerai.

"Kau hanya milikku," bisiknya samar dan serak. Menegaskan Jisoo adalah miliknya.

"Jisoo menjadi kepunyaan Yoongi." Jisoo mengusap rambut Yoongi dan mencium pucuk kepalanya. "Ayo masuk. Kita obati luka di wajahmu. Kau terlihat kacau."

Jisoo memapah Yoongi setelah menutup pintu. Berat Yoongi bertumpu sebagian padanya membuat langkah mereka ke dalam lebih lama. "Astaga berapa banyak kau minum?" Jisoo mengeluh setelah berhasil mendudukkan Yoongi di sofa panjangnha. "Ini kali pertama aku melihatmu mabuk seperti ini. Tunggu disini. Hanya sebentar."

Yoongi menahan Jisoo yang akan pergi darinya. Ia menggeleng dan memeluk perutnya. Jisoo tidak tahu apa yang sedang ada dalam pikiran Yoongi. Ia mengusap bahu, balas memeluk kepalanya. Berbisik memberitahunya. "Aku hanya pergi ke dapur. Sebentar saja. Aku akan segera kembali."

"Janji?" Dikecupnya sisi bibir Yoongi yang tidak terluka. Yoongi melepaskan Jisoo pergi. Ia bersandar di sofa.

Jisoo mencari kotak p3k di lemari dapurnya. Kotaknya sedikit berdebu, ia memeriksa dan semua tanggalnya sudah kadar luarsa. Jisoo melirik Yoongi yang memyandarkan kepalanya dan menutup mata dengan lengan.

Jisoo berlari kecil ke kamarnya, mengambil dompet dan juga scarf. Ia berjalan pelan keluar untuk membeli obat di minimarket 24 jam di lantai bawah gedung apartemennya.

"Anti septik dan plaster." Jisoo langsung memintanya di kasir. Ia bergegas kembali ke apartemennya setelah mendapat apa yang dibutuhkannya.

"Jisoo-ssi."

Jisoo terkejut saat sedang menunggu lift, ia menoleh ke asal suara. "Oh, Oppa. Kau kesini? Pergi ke rumah temanmu?"

"Kebetulan aku lewat sini. Aku bertanya pada Minhyuk dan melihatmu berlari keluar dari minimarket, jadi aku langsung ke sini menyapamu."

"Ada sesuatu?"

"Aku membeli ini di restoran cina depan. Kau belum makan malam bukan? Terimalah."

Jisoo tidak bisa menolak dan menerima bungkusan itu. "Terimakasih."

Ia juga bingung bagaimana megusir halus. Jisoo ingin mengajaknya berkunjung ke apartemennya tapi di sana ada Yoongi. Ia tidak ingin terjadi salah paham antara kedua kakak beradik itu.

"Tidak masuk?" tanya Soohyuk saat pintu lift terbuka dan Jisoo diam menatap kosong.

"Maaf. Maaf juga aku tidak bisa mengajak Oppa berkunjung. Apartementku masih sangat berantakan. Lain kali."

"Tidak.  Aku memang hanya ingin menyapamu. Masuk dan istirahatlah." Tangan Soohyuk terangkat akan mengusap rambut Jisoo, gadis itu sudah berjalan mundur lebih dulu.

"Aku tidak biasa," ujar Jisoo memberitahu.

"Selamat malam." Jisoo segera masuk ke dalam lift.

Ia masuk ke apartemennya dan tidak melihat Yoongi. Ia meletakan bungkus makanan yang dibawakan Soohyuk untuknya diatas meja. Ia memanggil, mencari Yoongi. "Oppa!"

Jisoo mencari ke dapur, tidak ada. "Oppa!" Jisoo memanggilnya sekali lagi. Ia berjalan ke kamarnya.

"Kau dari mana saja?" Yoongi tiba-tiba sudah dibelakang dan mendekap Jisoo.

Jisoo terkesiap dan memukul lengan Yoongi. Ia tertawa geli ketika Yoongi mencium tengkuknya sebelum menyandarkan dagunya di bahu Jisoo.

"Membeli antiseptik. Ayo duduk." Jisoo menarik tangan Yoongi. Mereka duduk bersebelahan. "Kau habis muntah." Jisoo mengambil tisu di atas meja membersihkan sisa air di dagunya.

Jisoo ke dapur, untuk menyiapkan air bersih dan kain. Ia kembali duduk di sebelah Yoongi. Tangannya, membawa wajah Yoongi menghadapnya. Ibu jarinya menyentuh sudut bibir Yoongi. Jisoo yang meringis dan Yoongi tersenyum. "Kau masih bisa tersenyum saat terluka."

Pelan-pelan, Jisoo membersihkan noda darah yang mengering di pipinya. Yoongi tidak mengeluh atau merasa sakit. Ia hanya menatap Jisoo, walau gadisnya terus memarahinya. "Kenapa kau rusak wajah tampanmu? Kau tidak boleh merusaknya. Ini yang akan kupandang sebelum tidurku. Aset."

Jisoo memberinya kecupan di kening di tempat ia meletakan plaster menutup luka di dahinya. Yoongi baru meringis merasa sakit. Jisoo tersenyum dengan reaksinya. "Kau belum makan malam?"

"Aku buatkan teh untuk mengurangi mual dan mabukmu sebelum kau makan."

Jisoo mengambil sendok dan sepasang sumpit untuk Yoongi. Ia sedikit terkejut mengetahui ada dua kotak di dalamnya.

"Kau tidak menyentuhnya?"

"Teringat Omma."

tbc.

Aku hanya ingin menegaskan, tidak ada tokoh jahat dalam cerita mini ini.

Right [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang