1. Heboh

16 4 0
                                    

"Aaaw."

"Maaf Kak, aku gak sengaja," ucap gue sambil menunduk, tapi didalam hatinya gue merasa senang bisa bertabarkan denagn orang yang selama ini gue kagumi.

Tapi cowok itu langsung pergi begitu saja tidak memperdulikan gue yang di tabarak.

Tapi bagi gue ini adalah sebuah keberuntungan dan anugrah yang tidak bisa gue lupakan.

Nama gue Yuri umur 17 tahun yang sekolah di Maseok High School, sekarang gue duduk di bangku kelas 11. Hidup gue mulai gila saat dirinya menyukai kakak kelasnya yang menurut gue tampan kaya dewa. Maksudnya gila, bukan gila kaya orang yang ada dijalanan ya, ingat itu.

Jujur aja gue sangat menyukai cowok itu. Dan tidak hanya gue yang menyukainya bahkan cewek satu sekolahan mungkin menyukainya karena cowok itu benar benar tampan. Dia adalah cowok paling tampan dan populer dikalangan gadis remaja. Jadi tidak heran cowok itu disukai banyak gadis.

Selain itu cowok yang bernama Soon Young atau lebih dikelan dengan Hoshi itu memiliki sifat yang cuek kepada cewek yang menyukainya, ia juga jarang menjawab sapaan dari para cewek yang menyapanya. Sifat itu yang membuat sulit untuk memiliki cowok itu.

Sekalinya gue tau Kak Hoshi memiliki pacar itu hanya teman satu kelasnya, Kak Sherin namanya, dia sangat beruntung bisa berpacaran dengan Kak Hoshi, tapi itu tidak bertahan lama hanya 3 bulan saja. Itu yang gue tau dari informasi yang didapat.

Gue kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas yang berada dilantai 2, sepanjang perjalanan menuju kelas gue tidak henti hentinya mengingat kejadian benerapa henit lalu.

"Shila!, lo tau gak!, OMG OMG OMGGG!!!" ucap gue heboh, setelah berada didalam kelas.

"Paan. Lo pagi pagi udah gila gitu, obatnya habis?"

"Barusan gue ketemu Kak Hoshi, ditambah tadi gue...." ucap gue terjeda membuat Shila penasaran.

"Paan, gue juga tadi ketemu."

"Tabrakan sama dia...."

" HAH, YANG BENER LO!!" teriak Shila membuat seisi kelas ngeliahatin tingkah aneh mereka berdua. Ya, Shila tau kalo gue suka sama Kak Hoshi jadi yang gue maksud 'dia' itu Kak Hoshi.

Gue dan Shila jingkrak jingkarak kesenengan. "Pokoknya lo harus traktir gue hari ini!" ucap Shila disela mereka jingkrak jingkrak.

"Oke," dengan bodohnya gue mengiyakan ucapan Shila. Padahal gue tau Shila kalo minta traktiran bukan hanya makanan tapi shopping juga. Mampus kan gue.

Shila adalah sahabat gue, yang suka marotin gue dengan kata traktiran, tpi dia juga selalu mendukung dan membantu gue untuk mendekatkan gue sama Kak Hoshi. Maksudnya dekat, bukan pacaran tapi lebih mengenalnya lebih jauh. Tapi kalo Kak Hosinya juga suka sama gue, terus nembak gue, gue mau kok heheh. Sebenarnya Shila juga menyukai Kak Hoshi, tapi lebih ke kagum sih, bukan kaya gue yang terlalu menyukainya dengan ketampanan Kak Hoshi. Eh bukan maksunya prestasinya.

"Pagi anak anak, kita langsung mulai pelajarannya untuk pagi hari ini," ucap bu Nita selaku guru sejarah di sekolah ini.

Semua anak anak mempersiapkan buku pelajarannya, termasuk gue sama Shila. Kebetulan gue duduk bersebelahan sama Shila, jadi kalo ada apa apa saling mengingatkan seperti Shila yang selalu ngingetin gue untuk menaruh surat di lokernya Kak Hoshi yang kebetulan berada di luar kelas itu menjadi keberuntungan gue untuk menaruh surat sebelum istirahat, tepatnya 15 menit sebelum bel istirahat.

Mungkin itu terdengar cupu bagi sebagian orang, tapi tidak masalah bagi gue, karna memang gue takut untuk memperlihatkan kesukaan gue kepada Kak Hoshi seperti cewek cewek lainya. Jadi gue punya trik tersendiri untuk menarik perhatian Kak Hoshi.

Jadi gue selelu menyelipkan surat ke dalam lokernya Kak Hoshi, Ya walaupin gak di baca, itu sudah menjadi resiko bagi gue.

"Udah mau istirahat nih, lo gak naruh surat?" tanya Shila bisik bisik.

"Oh iya. Hampir aja gue lupa," gue mengambil surat yang ada di tasnya, lalu ijin keluar.

"Bu saya ijin ketoilet." alibi gue agar bisa keluar kelas.

"Oh, silahkan jangn lama lama."

Gue mengangguk lalu pergi keluar, gue berjalan menuju tempat loker Kak Hoshi. Jarak antara Kelas 11 dan kelas 12 lumayang dekat jadi gak butuh waktu lama untuk menaruh surat.

Setelah sampai, gue melihat situasi di sekitar memastika apakah ada orang yang melihat aksi gue, bisa bahaya kan kalo gue sampe ketahuan dikira gue nyolong. Setelah dirasa aman gue langsung menyelipkan surat tersebut yang ke 87 kali tanpa di ketahui.

Tok tok tok

Gue mengetuk pintu untuk kembali mengikuti pelajaran yang tinggal beberpa menit lagi.

10 menit kemudian pelajarannya selasai dan saatnya istirahat pertama.

"Kita sudahi dulu pelajarannya, silahkan istirahat." ucap bu Nita. Lalu pergi meninggalkan kelas, dan semua murid berhamburan keluar.

"Gimana?" tanya Shila sembari memasukkan bukunya kedalam tas sebelum keluar kelas.

"Aman," balas gue sambil mengangkat jempol tangan kanan gue.

"Ya udah kekantin yuk."

🍭🍭🍭

Saat ini kantin sudah penuh, gue dan Shila hanya celingukan mencari tempat yang kosong untuk ditempati.

"Sana, disana ada yang kosong," tunjuk Shila.

Gue melihat kearah yang ditunjuk Shila. Tapi di sebelah meja itu ada Kak Hoshi dan beberapa sahabatnya, gue tidak mungkin duduk disana.

"Jangan disana, lo gak liat diselah itu siapa?" tolak gue.

"Tapi gue laper, gak mungkin kan kita nungguin kantin sepi, yang ada jam istirahat udah selesai!" oceh Shila kesal.

"Tapi gak baik buat gue!. Lo mau nanti gue kejang kejang saat dekat dengan dia."

"Bodo amat lahh. Gue laper!" lalu Shila menarik tangan gue ketempat yang kosong itu.

"Shil, lo gila!" ucap gue tapi di abaikan oleh Shila

Saat ini gue dan Shila duduk disebelah meja Kak Hoshi gue merasa deg degan, jantung gue kaya mau copot pindah ke ginjal.

Padahal gak satu meja, gimana jadinya kalo gue duduk satu meja sama Kak Hoshi mungkin gue udah mati berdiri.

"Bangsat lo Shil, awas aja lo!" umpat gue dalam hati, gue gak ada henti hentinya ngumpat Shila, udah tau gue deg degan kalo dekat dengan Kak Shosi malah duduk deket dia. Ambyar gue, ambyar.

"Lo mau pesen apa, biar gue pesenin?"

"Bodo amat, gue gak laper," balas gue kesal. Sebenarnya gue juga laper. Tapi gimana lagi jantung gue terus berdetak kenceng banget.

"Jangan marah, nanti cantiknya ilang," goda Shila. "Sama kaya gue aja ya?, lo kelamaan mikir." lalu Shila pergi begitu saja.

Sesekali gue ngelirik kearah Kak Hoshi yang ada di sebelah gue, dan gue dengerin mereka semua lagi bicarain apa. Secara gue kan penasaran kalo cowok suka bicarain apa, beda dengan cewek kalo lagi kumpul pasti ngegosip.

"Jadi gimana lo terima tantangan mereka?" tanya Kak Vernon, salah satu sahabatnya Kak Hoshi.

" Oke, malam ini kita balapan sama mereka!" ucap Kak Shosi.

"What!!. Kak Hoshi balapan?" lirih gue setelah mendengar pembicaraan mereka.
 

🍭🍭🍭

Bersambung

SECRET ADMIRER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang